[31] All's Well That Ends Well To End Up With You

8.4K 2.4K 3.3K
                                    

Vila yang mereka tempati saat ini milik pribadi keluarga Ricale. Vila besar berlantai dua tersebut memiliki lima kamar tidur, di mana kelima kamar tersebut ada di lantai dua. Pembagian kamar pun dilakukan. Lebih tepatnya yang cewek-cewek mengatur teman sekamar. Kemudian dari hasil pembagian kamar didapati hasil, Zahera sekamar dengan Syakia, Nirail sekamar dengan Renata, Sagatara sekamar dengan Malviro, Orion sendiri, Ricale sekamar dengan Zyakiel.

Dari hasil pembagian kamar tersebut, Malviro mengeluarkan protes keras.  Sebab, ia inginnya satu kamar dengan Zyakiel. Tanpa tahu malu Malviro berkata bahwa ia butuh tubuh Zyakiel untuk dipeluk bagaikan guling. Oh, tentu saja mendengar penurutan Malviro tersebut membuat Zahera tidak tinggal diam. Zahera dengan sadis menjambak rambut Malviro, mengancam Malviro untuk jaga jarak satu meter dari Zyakiel dan Syakia. Mengapa Syakia terlibat padahal ia hanya diam saja? Karena bagi Zahera, Zyakiel dan Syakia sepaket dan miliknya seorang.

Setelah melalui banyak dramatis yang didalangi oleh Malviro, akhirnya mereka pun memasuki kamar masing-masing untuk membereskan barang-barang dan beristirahat sejenak.

"Kia, kamu keringatan? Mau ganti baju aja atau mau mandi sekalian?" Zahera duduk di pinggir ranjang tepat di samping koper yang sedang terbuka. Sedangkan lawan bicara, Syakia, sedang duduk di meja hias sekadar mengecek tas kecilnya.

"Gerah sih, Kak. Cuma aku males mandi. Kakak mau mandi?"

"Mandi dong. Aku nggak mau Kiel nyium bau keringat aku." Zahera mengendus-endus lengannya.

Syakia tertawa pelan. "Nggak bakal kecium kali, Kak, sama Mas Kiel."

"Pasti kecium dong. Nanti aku kan mau nempel terus sama Mas kamu."

Syakia kembali tertawa. "Oh, pantes."

Zahera tersenyum melihat Syakia yang sudah membuka diri untuknya. Dia berdiri dari duduknya, melangkah menghampiri Syakia. Rambut panjang Syakia yang lepek dan agak berantakan, ia sisir dengan lembut dan perlahan. Syakia tidak protes atau bertanya apa yang dilakukan Zahera. Ia hanya menikmati setiap sentuhan lembut Zahera pada rambutnya.

"Kia, rambutnya lembut banget sih. Kamu perawatan, ya?" Zahera memeluk Syakia dari belakang, gemas sendiri oleh adik kekasihnya.

Syakia menoleh ke belakang untuk melihat wajah Zahera. "Aku nggak perawatan apa-apa. Kak Nala rambutnya juga bagus. B-boleh aku sentuh?" tanyanya sopan.

"Hm? Apanya?"

"Rambut Kakak."

Zahera melepaskan pelukannya. Ia berlutut di depan Syakia. "Boleh dong." Lalu ia tersenyum lembut.

Bola mata Syakia berbinar. Meskipun sungkan dan canggung, tetap ia sentuh rambut Zahera. Semula ia sentuh ujung rambutnya, lalu menjadi sentuhan seperti menyisiri. "Rambut Kak Nala bagus banget. Kak Nala perawatan?"

"Iya, perawatan salon dan perawatan di rumah juga."

Syakia berhenti menyentuh rambut Zahera. Kini kedua tangannya mengepal di atas pahanya. "Kak Nala kalau perawatan begitu capek nggak? Kayak bosen atau tiba-tiba ada rasa males?"

"Hmm... kadang suka ngerasa kayak gitu sih. Kia, aku bawa vitamin rambut. Kamu mau coba pakai?"

"Boleh?"

First Girlfriend To BrondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang