Epilog

1.2K 66 6
                                    

Lia POV

Pagi ini aku berkunjung ke tempat pemakaman sahabat baik ku. Sewaktu dia masih hidup aku benar-benar menyesal karena kami hanya menghabiskan waktu bersama sekitar satu bulan sebagai sahabat.

Soobin yang awalnya seorang pemalu akhirnya menjadi sedikit terbuka setelah memberanikan diri untuk berkenalan dengan ku dan Minju di taman fakultas.

Satu-satunya laki-laki diantara kami berempat. Selalu menjaga kami, rela mengeluarkan uang sekedar meneraktir makan dan nonton padahal kami tidak pernah minta.

Aku masih ingat betul saat kami nonton teater bersama dan itu juga merupakan nonton bersama kami yang terakhir kali.

"Soobin-nna, apa kabar? Apa kamu di sana baik-baik saja? Bagaimana teman-teman baru kamu? Aku harap kamu selalu bahagia."

"Hari ini aku datang bersama seseorang yang sudah kamu tolong beberapa bulan lalu, berkat kamu sekarang dia benar-benar terlihat sehat. Terimakasih sudah menjadi sahabat baik untuk aku."

. . . .

"Minju dan Somi? Minju sedang mengikuti kompetisi musik, semoga dia bisa menang. Kalau Somi sedang ada pemotretan untuk majalah terbaru, semoga Somi juga sukses. Mereka akan datang besok katanya."

"Terimakasih yah Bin... Aku pulang dulu, aku mau kerja tugas lagi he he."

Setelah meninggalkan pemakaman aku kembali ke parkiran mencari orang yang tadi datang bersama ku.

"Tadaaa..."

Sebuah buket bunga muncul dihadapan ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah buket bunga muncul dihadapan ku. Entah dari mana orang ini mendapatkan buket ini, aku harap dia tidak mengambilnya dari tempat pemakaman.

Ku ambil buket bunga itu dan menghirup aroma wanginya. Lalu membalikkan badannya menghadap pada nya.

"Terimakasih" ucapku.

"Sama-sama" jawabnya. "Mau pulang atau mau jalan-jalan dulu?"

"Aku mau ke taman, sudah lama tidak jalan-jalan ditaman."

"Baiklah, silahkan naik tuan putri." Ucapnya sambil membuka pintu mobil ala seorang pangeran.

Setelah aku masuk dia juga langsung masuk dan segera menjalankan mobilnya menuju ke taman yang selalu kami kunjungi.

Entah kenapa dia bisa terlihat cantik dan tampan disaat yang bersamaan itu sebabnya aku sering menyebutnya sebagai pangeran, terlebih lagi menyetir dengan satu tangan membuat aura tampannya semakin menonjol.

45 menit perjalanan kami telah sampai ditaman. Berkeliling sebentar dan makan es krim favorit kami.

Hingga akhirnya kami memutuskan untuk duduk bersantai di rumput karena dia ingin melukis diriku.

"Ya, kamu begitu. Senyumnya di lebarin lagi! Oke pas. Jangan gerak yah!"

"Iya..."

Aku sebenarnya sangat ingin tertawa melihatnya, tapi dia memintaku untuk tidak bergerak.

a story from JinLia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang