Enam : Luka itu Nyata

557 113 7
                                    

Masih ingat kan, tap vote dulu sebelum lanjut scroll ❣

•••

"Karena memang luka, seringnya tercipta dari seseorang yang kita anggap istimewa."

•••

Sepanjang dirinya bernafas, orang sekelilingnya tak pernah membiarkan dirinya merasakan apa itu namanya terluka. Dirinya begitu asing ketika meraskan bagaimana sakitnya karena terluka, terlebih luka itu ditimbulkan oleh orang terdekatnya. Orang terdekat yang biasanya menciptakan gurat bahagia, namun kini dengan tega mampu membuatnya tak bisa berkata kata lagi.

Bohong jika dirinya baik baik saja setelah mendengar suara asing yang berasal dari nomor sang Papa. Salah satu dampak buruknya, dirinya tak bisa seratus persen fokus membantu produksi Calorion beberapa hari terakhir. Beberapa mata kuliah hanya berhasil dirinya lewati seperti angin yang mungkin hanya 10% yang mampu otaknya serap. Selebihnya, hilang begitu saja.

Satu minggu dirinya lalui dengan kondisi buruk, fikirannya tak bisa digunakan maksimal. Hal itu sepertinya tak bisa lagi dirinya tahan. Sehingga jumat ini, dirinya memutuskan akan pulang tanpa memberikan kabar seperti biasanya.

Satu satunya harapan, fikiran negatif soal Papanya tak terbukti. Prilly berharap, sang Papa tetap menjadi sosok panutan yang tak pernah mengecewakannya. Karena sungguh, tak mampu dirinya bayangkan akan sehancur apa perasaannya nanti jika semua fikiran negatifnya terbukti benar.

Ini kali pertama dirinya pulang tanpa memberikan woro woro di grup keluarganya. Kali pertama dirinya pulang tanpa reaksi kesenangan dan wajah berbinar. Kali pertama dirinya pulang dengan penuh kecemasan. Dan itu membuat Prilly gugup sekarang. Telapak tangannya semakin terasa dingin saat taksi tumpangannya bergerak semakin mendekati bahkan hampir sampai di pelataran hunian keluarganya.

Bahkan, dirinya merasa kakinya melangkah terasa semakin memberat. Bukan karena koper yang dirinya seret di belakang badannya, ataupun ransel dibelakang punggungnya. Namun ketakutan akan kebenaran yang sebentar lagi akan dirinya terima membuat hatinya memberat untuk ikhlas akan hasilnya kelak.

Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu utama rumah, dirinya tersenyum kecut. Padahal biasanya dirinya akan langsung masuk tanpa perlu mengetuk pintu. Jantungnya berdebar menanti, tangannya sudah kembali saling menggenggam. Hatinya meyakinkan, bahwa dirinya kuat.

Damn!

Luruh sudah segala perasaannya. Mendapati sosok asing yang kini membuka pintu rumahnya. Sosok yang sialannya memang nampak cantik entah berapa usianya. Senyum ramah yang mungkin niatnya digunakan untuk menyambut tamu, kini sirna seketika ketika mendapati dirinya lah yang menjadi tamu tak di inginkan kehadirannya sekarang.

Air mata Prilly tahu sekali waktu yang tepat untuk menunjukkan sisi lemahnya. Dan kini dengan tak tahu malu, air mata itu keluar tanpa dirinya inginkan. Bahkan hingga tak sadar, ujung kemeja yang dipakainya telah lusuh karena sejak tadi dirinya pilin ditengah perasaan menunggu tadi.

"Nak Prilly?"

Sialan, dari mana wanita asing di depan matanya ini mengetahui namanya.

"Siapa Ma?"

Maka semakin hancurlah sudah perasaannya mendengar suara berat yang berasal dari dalam rumah menyapa telinganya.

Bahkan rasanya sebuah pelukan tak layak dirinya dapatkan saat ini, sebab bagai godam besar yang kini menerpa dirinya menggiringnya kearah kehancuran.

From Do'a To Do'i [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang