Hayuk follow akun author yang butuh dukungan ini 😂
Jangan lupa tap vote sama kasih komentar terbaik kalian ya ❣•••
“Tidak berkomunikasi, bukan berarti melupakan”•••
“Udah dapet berapa responden?” Tanya Ali yang tiba tiba muncul dari balik pintu.Hal itu berhasil mengagetkan Prilly. Pasalnya patnernya tengah beberapa saat yang lalu keluar dari ruangan ini untuk mengantarkan responden lain mengurus administrasi cek laboratorium. Sehingga diruangan yang menjadi salah satu ruang praktik dokter spesialis di rumah sakit ini Prilly hanya seorang diri merasa was was. Prilly reflek mengucap istigfar saat mengetahui ternyata Ali yang muncul disana. Dilihatnya Ali masuk tanpa rasa bersalah dan kini duduk di sebelahnya.
“Mohon maaf udah Jam berapa ini ya, kok baru muncul.” Prilly sama sekali tak menjawab pertanyaan Ali, melainkan melayangkan sindiran yang ia harap Ali sadar akan itu.
Keduanya sama sama mendapatkan jadwal jaga yang sama dirumah sakit hari ini guna mengambil data responden keperluan bahan skripsi. Responden yang mereka pakai kebetulan sama sehingga dari perintah dosen payungan, memilih menggabungkan teknis pengambilan data sekalian agar menghemat waktu juga tenaga. Dan itulah alasan kenapa keduanya bisa ada di sini sekarang.
Ali melemparkan tatapan permohonan maaf, karena baru bisa sampai disini dengan selamat. Sedang Prilly hanya memberikan tanggapan dengan gelengan kepala sambil mencatat beberapa data yang diambil dari rekam medis responden sebelumnya.
“Sorry lah, kan gue udah kasih kabar di grup alasan kenapa gue telat. Si Puri lagi urusin buat cek labnya?”
Prilly mengangguk, “Lagian udah tahu jadwal lagi padet, bisa bisanya coba coba cari penyakit dengan makan sembarangan. Kejadian bener kan.” Ujar Prilly persis sama seperti ibu ibu yang tengah memarahi anaknya karena bandel.
Ali terkekeh, ia merasa senang ada yang mengomelinya macam Prilly saat ini. Ya, setidaknya diantara banyak temannya yang ia punya, ada satu orang yang mengkhawatirkannya. Dirinya merasa diperhatikan kalau seperti ini.
“Namanya juga kepengen Pril. Tapi makasih banget ya, tadi pagi udah mau nyempetin buat nemerin gue periksa ke Poli tadi.”
Prilly kemudian menoleh, dan berhasil menemukan sosok Ali yang kini tengah tersenyum ke arahnya. Prilly akui, dirinya suka akan kedekatan mereka saat ini. Tentu saja lebih baik dibanding awal pertemuan keduanya. Kesukaannya, dimana Ali tak lagi sungkan untuk mengumbar senyuman untuknya. Seperti saat ini.
Tadi pagi, disaat Prilly akan turun kebawah berencana akan membantu teman kerjanya yang lain untuk produksi usahanya, deringan telfon berhasil menginterupsinya. Dan ternyata, itu berasal dari Ali yang kemudian mengatakan butuh bantuan untuk membawanya ke Poli terdekat. Ali yang tengah sakit perut akibat terlalu banyak konsumsi makanan pedas. Prilly yang memang sosok orang tak tegaan pun akhirnya membantu. Dirinya segera berganti pakaian kemudian berangkat ke tempat tinggal Ali.
“Sama sama.” Memang sepertinya emosi Prilly tak akan bertahan lama jika berhadapan dengan Ali.
Disaat keduanya tengah saling menatap, pintu ruangan terketuk membuat Ali segera beranjak untuk membukakan. Seorang perawat yang mengantarkan pasien yang dijadikan sebagai responden keduanya untuk diwawancarai. Ali segera menerima rekam medis dari perawat tersebut, serta mempersilahkan respondennya untuk masuk.
Ali mengulurkan rekam medis ke Prilly, seraya mengambil kertas yang berisi data yang perlu diwawancarakan kepada responden dan pena yang ada di tangan Prilly. “Kali ini, biar giliran gue aja. Ok.” Ujarnya setengah berbisik sambil mengedipkan sebelah matanya pada Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Do'a To Do'i [COMPLETED]
Romance(Follow dulu sebelum membaca, adalah salah satu sikap dari pembaca yang cerdas 👌) Spiritual-Romance Berambisi dalam segala hal apapun, Prilly ingin selalu menjadi orang yang selalu berada di depan. Menjadi satu satunya, sosok panutan bagi banyak or...