Tujuh : Sesak itu Masih Terasa

597 108 7
                                    

Tap vote sebelum lanjut scroll 🤗

3.8k words nih 😄😄, yuk kasih semangat aku lewat kasih vote dan ramein kolom komentar

•••

"Kamu kuat karena kamu dicintai, setidaknya oleh dirimu sendiri - W J"

•••

Prilly tengah proses belajar membiasakan diri. Belajar tentang bagaimana mengikhlaskan sebuah kepergian tanpa menjadi beban berarti serta belajar menerima ketetapan ketetapan sebagaimana yang telah Tuhan gariskan bagi umatnya.

Garis bawahi untuk kata belajar, sebab hingga sekarang dirinya masih tak mampu menerima panggilan baik dari sang Mama, Adik, apalagi sang Papa. Dirinya masih dalam proses menerima, menerima bahwa dirinya tak hanya berbagi Papa dengan sang adik namun masih ada sosok lain. Ah, dirinya harus mulai membiasakan diri hidup dengan perhatian dan kasih sayang yang minim.

"Pesanan bunga atas nama Kak Prilly?" Akhirnya datang juga pesanannya untuk diberikan pada Ali pada sempro hari ini.

Prilly mengangguk santun. "Iya, ini ya uangnya."

"Uangnya sudah pas Kak, terimakasih sudah order di florist kami."

Prilly mengangguk, kemudian berjalan memasuki gedung dan segera menuju kelas. Dirinya masih ada kelas sebelum nanti datang di acara Ali. Dan semoga saja kelasnya tidak mengaret hingga bisa mengakibatkan dirinya datang terlambat.

Ngomong ngomong, dirinya memilih membawa buket bunga serta ada kado kecil kecilan yang dirinya masukkan kedalam paperbag. Sebuah Hanging Plates Wall yang tak sengaja dirinya beli kemarin sekalian berbelanja bulanan.

"Buset, buat siapa tuh. Rempong amat bawanya." Windy menyambut kedatangan Prilly kedalam kelas yang kebetulan sudah datang dan menyiapkan bangku untuknya. Prilly hanya menggeleng dan tersipu malu dan lebih memilih duduk. "Gitu ya lo sekarang udah main rahasia rahasiaan sama gue, kagak asik lo."

Lemahlah Prilly kalau Windy menunjukkan tanda tanda akan mengamuk padanya. "Temen gue ada yang mau sempro, nih makanya gue bawain ini buat dia."

Prilly tak berkeinginan menyebut merk, tapi melihat seringaian Windy sepertinya tanpa dirinya ketahui Windy pasti bisa menebak siapa teman yang Prilly maksud.

"Susah banget bilang kalo itu bakal buat Ali, hmm hmm." Ledek Windy sambil menaik turunkan alis membuat Prilly seketika mencubit pelan lengan Windy. "Nih ya Pril, gue kasih tahu. Gue tuh seneng banget akhirnya setelah sekian purnama lo lewatin hidup dengan sendirian alias jomblo, lo bakal mau gak jomblo lagi."

Prilly mendengus, ini kenapa fikiran Windy terlalu jauh. Prilly masih bisa mengingat dengan baik, bahwa tadi dirinya menyebut Ali sebagai teman.

"Ngaco lo win, orang gue sama Ali temenan. Lagian nih ya, menurut pandangan gue Ali bukan tipe laki laki yang mau ajakin cewe pacaran tau."

"Weh, kayanya udah kenal betul nih ya." Mendengar ledekan lagi, Prilly merasa jengah. "Lo lupa, semua yang pacaran bahkan sampe nikah kan kebanyakan emang berawal dari temenan. Tenang aja, gue siap kawal kalian berdua sampe halal pokoknya." Prilly sibuk mengeluarkan peralatan tulis, disamping elinganya menyimak obrolan Windy. "Eh tapi, bukannya malah bagus kalo Ali tipe cowo yang tiba tiba langsung tanjap gas ajakin nikah tanpa proses pacar pacaran? Apatuh sebutannya.."

"Taaruf maksud lo?" Windy mengangguk antusias sedang Prilly terkekeh karena merasa lucu. "Wah, otak lo melencengnya semakin jauh nih. Lulus aja belom udah mikir nikah, woy win yang bener dong."

From Do'a To Do'i [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang