Perkenalkan namaku Adib La Tahzan, aku seorang anak 17 tahun yang berasal dari Dusun Kebon.
Aku kelas 2 SMA yang hobi bermain bola. Posisi kiper selalu menjadi pilihan saat aku bermain bola dengan teman-teman, karena aku suka menjaga sesuatu dari kebobolan. Ah, lupakan.
Hari ini tanggal 15 Agustus 2020, kami dari tim Kebon FC harus bersiap menghadapi lomba agustusan yang diadakan oleh Desa Wedung.
Kami persiapkan semua dengan sangat matang. Biasanya malam minggu kami gunakan untuk nongkrong atau apel ke rumah gebetan. Kali ini tidak, kami gunakan untuk berlatih di lapangan lingkungan RT kami.
"Dib, awas ada bola dari Sobri," teriak Somad.
Padahal aku sudah pasti melihat bola itu, memang dasar si Somad yang lebay.Beberapa detik kemudian Sobri menendang bola itu. Dan ...
berhasil kutangkap dengan sempurna. Aku memang berbakat untuk menjadi penjaga gawang profesional.Aku lempar bola itu ke arah Hidayat. Hidayat pun kemudian menggiring bola itu arah gawang yang dijaga oleh Kholis, yang tidak lain merupakan kiper cadangan dari Kebon FC.
Ya, tim kami hanya ada 14 orang. Itu harus dibagi dua saat latihan.Setelah Hidayat berhasil mendekati gawang yang dijaga oleh Kholis, ia lalu menendang bola itu. Dan … goool!
Sudah jelas bahwa aku lebih berbakat dari Kholis dalam hal jaga-menjaga. Skor terpampang jelas di papan skor 1-0.
Kami pun beristirahat.
"Yat, ini jam berapa?" tanya Udin kepada Hidayat."Ah, baru setengah 8," jawab Hidayat sambil melihat jam di ponselnya.
"Masih sore, Din," sahutku.
"Bukan masalah sore atau malam. Kata Bu RT Mulya mau mengontrak pemain dari luar desa," sambung Udin.
"Serius? Bu Mulya yang bahenol itu mau mengontrak pemain dari luar desa untuk lomba di Desa Wedung?" tanya Taufik memastikan.
"Ngapain bohong? Kita tunggu aja." Udin meyakinkan Taufik sambil melihat ke arah pintu lapangan.
"Eh, aku gagal fokus dengan kata 'bahenol' yang dibilang Taufik," kataku sambil tertawa ngakak.
"Ah, aku malah curiga kalau Taufik ada apa-apa dengan Bu Mulya," timpal Rusdy, bek andalan Kebon FC.
"Sudah, sudah. Ayo mulai lagi," ajak Hidayat sambil berdiri.
Tiba-tiba muncul Bu Mulya dengan paras cantiknya dari pintu lapangan.
"Assalamualaikum semua.""Wa'alaikum salam." Kami menjawab salam itu dengan bersamaan.
"Lihat, ini siapa?" Bu Mulya memperlihatkan seorang anak cowok yang tidak tinggi-tinggi amat, bahkan bisa dibilang pendek.
"Tidak tahu, Bu," jawab kami bersamaan. Kami memang kompak, baik di luar atau di dalam lapangan.
"Ini adalah Messi Junior yang Ibu kontrak untuk menjadi striker Kebon FC," terang Bu Mulya.
"Striker kok pendek banget," ledek Rusdy. Mungkin karena dia seorang bek yang sudah cukup berpengalaman dalam menghadapi stiker lawan.
"Bagaimana kalau kita langsung bermain," tantang Messi Junior.
"Oke, kamu di tim Adib yang sudah unggul 1-0. Hidayat ikut timku yang tertinggal," atur Rusdy yang langsung disetujui semua anggota.
Jujur saja, aku sebagai penjaga gawang juga penasaran dengan Messi Junior. Tapi apa boleh buat, kali ini dia ada di timku.
Kali ini aku harus menghadapi tendangan Hidayat yang sudah biasa bagiku.
Karena kami berlima belas, maka Aldi yang menjadi wasit di dalam latihan kami. Aldi merupakan striker pendamping atau cadangan dari Hidayat. Dengan adanya Messi Junior, ia berinisiatif untuk menjadi wasit. Anak baik memang si Aldi.
![](https://img.wattpad.com/cover/253009207-288-k228372.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Idol
Short StoryBagaimana jika idolamu terasa sangat dekat denganmu? Bahkan, bisa berinteraksi secara langsung. Bukankah sudah pasti menyenangkan?