Story by Venus
"Mata itu dipake, bukan dipajang!" bentakku kepada seorang pria mengenakan masker hitam dan kacamata hitam. "Sok ngartis lagi pake kayak gini."
"Kan gua emang artis." Dia membalas cepat.
Aku hanya berdecak kesal. Anak ini, udah telat, pake acara nabrak lagi. Mana burgerku belum kumakan, sayang banget. Aku akhirnya hanya bisa melotot kesal sambil memunguti burger dan membuangnya ke tempat sampah.
"Belum lima menit, Di." Dia menatap nanar burger tersebut. "Kasian ga punya dosa dia."
"Iya soalnya dosa burger itu ada di lo semua!" Aku menyemburnya dengan kekesalanku.
"Ayo cepat nanti keburu ketinggalan film!" Dia menarikku kencang.
+++
"Nyaris." Dia mengelus dadanya.
"Sebenarnya lo tumben banget ngajak nonton film recehan gini." Aku memutar bola mataku.
"Gua main di film ini." Dia terkekeh kecil.
Bagaimana bisa aku menemukan seseorang yang minus akhlak, minus pikiran juga. Kalau dia yang main harusnya dia sudah nonton film ini setidaknya sampai mual. Lalu kenapa dia mengajakku? Oh, pamer. Iya juga dia hanya pamer padaku soal dia main disitu.
"Ya ampun Iqbaal ganteng banget!" Seseorang disampingku berteriak.
"Jadi mau pacaran sama Iqbaale!" pekik temannya.
"Dilan jadi so sweet banget kalo yang main Iqbaal."
Aku hanya mendenguskan nafas kasar mendengar mereka. Sedangkan di sebelahku, dia tertawa geli melihat aku yang mulai kesal. Astaga orang ini, bukannya menenangkanku malah menertawakanku.
"Mau gua lempar masker sama kacamata lo?" Aku menatapnya sinis.
"Ga papa biar lo ikut viral juga, akhirnya kita masuk infotainment berdua." Dia berbisik sambil terkekeh.
Kayaknya manusia disebelahku ini bukan sekedar pamer film barunya setelah kembali ke boybandnya. Tapi ia juga mau menunjukkan bahwa dia bisa bermesraan dengan Vanessa dan menampilkan bahwa banyak yang menginginkannya. Kuakui dia memang tampan dengan tipe badboy seperti itu, apalagi pake jaket seperti itu dan naik motor. Tapi tetap saja aku kesal dengan Vanessa yang menempel kepadanya seperti itu. Mengingat begitu banyak fans disini, aku mulai berpikir agar tidak mengajaknya makan di mall ini.
+++
"Mau makan dimana?" Dia merangkulku.
"Mana aja. Asal lo ga ketahuan." Aku berusaha melepaskan rangkulannya. "Rangkulan sama Vanesa aja sana!"
Dia tersenyum kecil lalu duduk di kursi terdekat, dia mengisyaratkan aku untuk duduk di sebelahnya.
"Kamu cemburu?" Dia menggenggam tanganku.
"Gak." Aku mengalihkan pandanganku.
"Kamu mau lihat aku tulus sama kamu?" Dia menatap kedua mataku.
Aku mengerutkan dahiku, menatapnya bingung sekaligus khawatir. Anak ini suka agak bar-bar soalnya. Dia mulai menyentuh kacamatanya dan menahan tangannya. Sayangnya tenagaku jauh lebih lemah dari dia, jadi dia tetap bisa menarik kacamatanya. Selanjutnya dia mulai melepas maskernya.
"Eh anjir itu Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan!" seru seorang gadis menunjuk dia.
"Ayo lari!" Dia meraih tanganku dan mulai berlari.
Sudah kubilang kalau dia agak minus pikiran.
***
"Gua liat lo di Lambe Sisa! Katanya lo lari-lari ala drama dikejar fans Iqbaal." Ini suara Bastian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Idol
Storie breviBagaimana jika idolamu terasa sangat dekat denganmu? Bahkan, bisa berinteraksi secara langsung. Bukankah sudah pasti menyenangkan?