Taera menegang begitu tau mobil siapa yang baru saja lewat, rasa takut langsung mengerubungi hatinya dengan cepat ia mundur melepas pelukan dari Juyeon.
"Taera-ya" Juyeon terkejut melihat wajah takut Taera.
"Oppa aku harus pulang sekarang" ucap Taera tidak lupa memberikan kantong obat untung Juyeon dan langsung pergi dari hadapan Juyeon.
Taera meminta sopir nya untuk mengantar ke rumah keluarga Lee.
Sesampai disana ia langsung masuk setelah bibi dirumah itu membuka kan pintu, dengan cepat Taera naik ke arah kamar Jeno.
Taera dapat melihat jelas wajah tenang Jeno tidak sepertinya itu bukan wajah tenang melainkan wajah dingin nya, dengan langkah ragu ia mulai mendekati Jeno yang sedang duduk memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di dipan ranjang.
"Jen-"
"Aku tidak mau kehilangan mu kedua kalinya namun kau malah mendorongku menjauh" potong Jeno.
"Aku bisa jelaskan Jen.."
"Tidak perlu, aku bukan seseorang yang buta.. bahkan mataku terlalu jernih sehingga melihatmu tampak nyaman di pelukan Juyeon" kini iris mata Jeno sudah menatap mata Taera dapat terlihat jelas sorot kecewanya.
Taera tercekat itu pertama kali melihat mata Jeno begitu sendu.
"Biarkan aku menjelaskan nya untuk mu dulu"
"Mungkin memang aku bodoh dan tidak cukup baik dibanding Juyeon bahkan aku tau brengsek itu hanya berpura-pura sakit agar kau perduli padanya namun-" bibir Jeno kelu.
"Pergilah Taera maaf aku belum bisa menjadi pacar yang baik" nadanya terdengar putus asa, tangan Taera bergerak ingin meraih wajah Jeno namun pria itu memanglingkan wajah nya menghindari tangan Taera.
"Bahkan kau belum pernah mengatakan jika aku pacarmu secara resmi, haruskah kau mengatakan itu saat kau ingin berpisah denganku?" Taera merasa matanya memanas ia dengan sekuat tenaga menahan air matanya jatuh namun nihil, hatinya terlalu sakit saat Jeno bahkan tidak mau disentuh olehnya.
"Jika kau tidak mau pergi biarkan aku saja" Jeno mulai beranjak dari ranjang nya, Taera menahan lengan kekar Jeno.
"Mianhae"
Jeno menggenggam erat tangan yang melingkar di perutnya sebelum akhirnya ia lepaskan tangan itu, hati nya terlalu sakit setelah melihat semua itu ego nya terlalu tinggi untuk membuat telinga nya mendengar penjelasan Taera yang bahkan ia yakin itu hanya pembelaan dari gadis itu.
Dengan cepat Jeno meraih kunci mobil di meja kecil nya lalu melenggang pergi meninggalkan Taera yang sudah terisak berjongkok dilantai kamarnya, Sungchan yang dari tadi tidak sengaja mendengar perdebatan mereka melangkah masuk dan memeluk gadis itu setelah kakaknya pergi.
Sungchan tidak banyak bicara seperti biasanya dia hanya memeluk erat Taera yang terisak di dadanya, ia tau persis bagaimana Lee Jeno ketika sedang marah sifat egoisnya yang selalu tidak dapat menerima penjelasan yang menurut nya tidak masuk akal itu.
'Semoga dia baik-baik saja' batin Sungchan mengingat terakhir Jeno marah dan keluar dari rumah dia berakhir di rumah sakit tahun lalu karena menabrak trotoar jalan.
Terasa sudah berhenti terisak Sungchan menjauhkan dirinya berusaha menatap mata sembab Taera, tersenyum menatap dalam sahabatnya itu.
"Chayeon sudah menunggu mu dibawah" ucap nya singkat membuat Taera mengangguk dan beranjak untuk menemui Chayeon.
"Ya! Apa yang terjadi?" Chayeon berhambur memeluk Taera yang terlihat sangat mengenaskan.
"Sudah tidak perlu cerita aku juga sudah dengar dari Sungchan, lihat saja aku akan mengoyak daging LEE JENO!" ucap Chayeon sambil mengepalkan tangan nya ke udara, membuat Taera terkekeh melihat tingkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfie // lee jeno
Fanfiction'wah' aku melongo saat melihat kakak kelas sekaligus captain basket itu memasukan bola dalam jarak yang cukup jauh dari ring basket. 'ini untuk kak jeno' aku menyodorkan air putih pada laki laki bermarga lee itu namun sial nya dia bahkan menoleh pad...