empat

47 9 2
                                    

"Mirsya......" Toktoktoktok!!!!

"Mirsya!!!!! Buka dong pintunya!!!" Beberapa orang terlihat bersemangat diluar sana namun tidak dengan seorang pria.

Mirsya yang baru selesai berkemas buru-buru turun menuju pintu utama membukakan pintu untuk teman-temannya

Cklekkk

"Yaelah sya lama banget dah" beo Boby sembari melirik jam di pergelangan tangannya

"Yaelah Bob baru telat 5 menit"

"Sya lima menit itu lumayan tau, kalo kita berangkat dari lima menit lalu kita udah sampe depan komplek kali"

"Pake diitung segala lagi" cicit irsya

"Iyadong time is money guys!!!" Balas Boby

"Iyaudah ayo kita berangkat, eh tapi–"

"Kenapa sya?"

"Berdoa dulu dong sebelum berangkat gimana si!" Beo Mirsya

Tak lama setelah mereka mengaminkan doa masing-masing mereka bergegas menuju mobil yang dibawa Boby, Jeep grand Cherokee terbaru berwarna hitam itu terlihat elegan.

Membuat Mirsya membulatkan matanya "widihhh mobil baru ni" ujar Mirsya sembari memasukan tas bawaannya ke dalam mobil.

"Wuih iya dong sekalian percobaan ckk"

"Heuu bilang aja pamer" cicit irsya meledek Boby

"Nah sekalian juga" ujar Boby mengiyakan sembari tertawa

"Yeuu kan, yaudah ayo ah berangkat mau nyobain mobil baru ni gue. Ayo cepet time is money guys ckk" timpal Anggi bersemangat sembari mengikuti gaya berbicara Boby

Didepan sana Boby menyetir ditemani irsya di sampingnya sementara dibelakang Kinos, Anggi, Tania dan Mirsya.

Mereka berbincang sambil menunggu perjalanan sampai, perjalanan yang berliku-liku dan terjal membuat mereka harus berhati-hati ditambah beberapa jam yang lalu hujan turun membuat batu-batu yang bertebaran di jalan begitu licin.

Mereka bersenda gurau sembari melihat kanan kiri suasana pedesaan yang begitu asri udaranya masih sangat segar tidak berpolusi sama sekali.

Setelah berjam-jam menyusuri jalan tol hingga masuk ke desa mereka pun sampai di depan sebuah rumah yang cukup besar.

Rumah berlantai dua dengan gaya Belanda itu sungguh masih kokoh berdiri meski usianya sudah hampir satu abad, masih sama seperti dulu hanya saja lebih kotor dan tak terawat,- kemana pak Mamat? Orang yang biasa membersihkan rumah ini?

Mirsya dan teman-temannya turun dari mobil, mereka menaruh mobil dihalaman depan rumah.

Sepi, sunyi dan pias itu yang mereka rasakan. Kemana orang-orang? Hmm wajar saja, rumah ini berada diujung komplek yang sepi penduduk hanya beberapa saja yang tinggal di komplek ini saat itu,- ntahlah sekarang, tidak ada mungkin?

Angin berhembus kencang, daun-daun yang berserakan dihalaman terbang tak tentu arah terbawa angin.

"Sya? Lo yakin?" Cicit Anggi pelan pada mirsya yang sedang menatap dalam bangunan besar di depannya itu.

Boby yang berdiri disebelah mirsya yang juga ikut memperhatikan bangunan tua itupun melirik kearah mirsya "pak Mamat kemana? Ko gaada?"

"Kalian cari saya?"

Spontan mirsya, Boby, irsya, Anggi, Kinos dan Tania menoleh bersamaan dengan panik.

Terlihatlah seorang pria tua dengan sapu lidi di tangannya menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.

Pias, pucat, datar, dingin,- ntahlah apa hari ini pak Mamat sedang sakit?

"Astaghfirullah pak Mamat bikin kaget aja deh" ujar Anggi kesal namun tak ada jawaban dari pria tua itu.

"Pak, ini kenapa rumah kotor banget? Bapak ga bersihin rumah berapa hari?" Tanya irsya spontan

"Baru kemarin, saya lelah" ujarnya dingin

"Iyaudah bapak pulang aja biar kita yang bersihin rumahnya, mau dipake soalnya" ujar mirsya prihatin membuat pak Mamat mengangguk lalu berbalik badan untuk pergi

"Yuk gaes masuk" ujar irsya, lalu mereka semua masuk membawa barang-barang yang mereka masukkan ke tas untuk istirahat beberapa saat sebelum membereskan rumah ini.

Disisi lain pak Mamat yang langkahnya belum jauh dari halaman rumah itu menoleh, ya lagi-lagi dengan pandangan yang sulit ditebak namun anehnya dia tersenyum tipis.







______________________________________________
TBC!!!!!!!!

Lanjut gaaaa?

Oh iya sekarang aku nemenin kalian tiap sahur lhoo

Rumah Tusuk SateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang