Malam mulai datang, begitu juga bau amis yang terus menyeruak seakan mengintimidasi mereka ber-enam.
Huekkk
Malam ini sungguh membuat mereka tak tenang, tinggal di rumah mewah bak tinggal di dalam rumah penjagalan (pemotongan) hewan.
Mirsya terus saja berkutat dengan mata batinnya, tadi saat turun dari bukit netra nya tak sengaja menangkap sosok anak kecil yang menatapnya sendu seolah meminta belas kasihan dan menunggu pertolongan.
Saat didepan gerbang pun mirsya kembali melihat seorang wanita tua yang berjalan ringkih menjauhinya seperti ketakutan, saat mirsya bertanya di dalam hatinya 'kenapa?' si wanita justru menggeleng cepat lalu kembali berusaha berlari sambil sesekali menatapnya takut.
Huekkk
Cairan merah berbau anyir baru saja lolos dari mulut mirsya, bau menyan kini menghiasi malam mereka.
Darah.
Mirsya memuntahkan darahnya untuk kedua kalinya, kali ini darahnya berwarna merah gelap,- membuat teman-temannya panik gelagapan.
Huekkk
"Mirysa, minum dulu sya" ujar Anggi sembari menutup hidung dan mulutnya Huekk sampai akhirnya ia juga ingin muntah namun tertahan.
"Sya! Kita harus pulang sya" titah irsya sembari menutup mulut dan hidungnya dengan leher baju yang ia kenakan.
"Beres-beres" ujar mirsya yang langsung dipatuhi semua teman-temannya.
Disaat semua panik mengemasi barang seseorang dikejutkan dengan kehadiran irsya dibelakang nya "mau aku bantu?" Tanyanya getir
Tania mengerutkan kening "gak usah sya, udah beres cepetan turun!" Tania melenggang begitu saja, sementara sosok irsya masih setia di kamar itu sembari menyeringai menatap Tania yang menjauh.
"Udah beres semua?" Tanya Boby panik
"Udah-udah" jawab mereka kompak, sementara Tania menatap irsya bingung
"Kenapa lagi Tan?"
"Lo, turun lewat mana?" Tanya Tania pelan, suasana mendadak hening semua orang disana menatap Tania bingung.
"Sebelum Lo selesai kan gue udah turun duluan" ujarnya enteng "udah ah Ayok! Jangan memperlambat waktu, kita harus pulang malam ini juga!"
"T–tapi kan tadi Lo gue tinggal di atas" ujarnya panik sembari menunjuk ke kamar tempatnya tidur
"Apasih Tan, jangan ngawur deh!"
"Kita bahas di mobil, ayo keluar"
"Tunggu!" Teriak Anggi setelah mengingat sesuatu, lalu menatap Tania takut "Tan, apa irsya yang lu liat mukanya pucet? Trus cara bicaranya sopan– haluss banget?" Tania mengangguk, membuat Anggi menganga tak percaya "itu–itu juga irsya yang gue liat di kursi goyang waktu kalian pergi!" Ujar Anggi shock.
Anggi sudah menceritakan apa yang dilihatnya kemarin begitu juga kinos dan Boby, membuat keputusan irsya untuk pergi semakin kuat.
Memang benar rumah ini tidak beres, desa tidak berpenghuni, tidak ada kehidupan, tak terurus, begitu banyak hal ganjil sampai membuat mereka stress kehabisan akal.
Sepertinya makhluk halus disini memiliki kekuatan yang cukup besar, mereka bisa mengubah wujud menjadi manusia bahkan sampai mirip dengan beberapa orang dari mereka.
"Tania, butuh bantuan?"
______________________________________________
TBC!!!!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tusuk Sate
Horormasih ingat dengan Mirsya? si anak indigo yang selalu berhadapan dengan mereka yang tak kasat mata, iya semenjak membatalkan perjalanan ke GUNUNG SELATAN Mirsya dan kawan-kawan memilih untuk menginap saja di rumah neneknya namun mereka harus kembali...