delapan

37 11 0
                                    

Kini para perempuan sudah ada dalam kamar anak laki-laki, sementara para pemilik kamar tidur di sofa bawah.
Mereka memilih mengalah daripada akhirnya liburan mereka tak baik-baik saja.

Tania yang masih cemas meminta Anggi untuk menutup kaca yang ada di kamar itu saja, karena ia selalu merasa diawasi dari kaca. Seperti ada seseorang yang memantaunya dari dalam cermin, tapi ntah siapa?

Cermin besar itu di tutup dengan kain putih  yang ada di laci samping kamar, takut terbawa lebih jauh merekapun memutuskan untuk tidur saja.

Ntahlah sudah berapa banyak bayangan hitam berlalu lalang dengan cepat membuat seorang mirsya terus berputar mengikuti makhluk-makhluk yang terbang cepat tak tentu arah itu.

Dibelakangnya, didepannya, disampingnya, diatasnya ahh!! Mirsya terus saja mengikuti arah makhluk-makhluk itu berputar kekanan kekiri membuat kepalanya pening.

Lagipula makhluk apa ini? Tak berbentuk, hanya bayangan hitam yang terbang tak beraturan. Lalu dimana ini? Sebuah tempat yang tak ada ujung? Putih? Dimana pintunya? Kenapa mirsya disini?

Bruk!!!

"Irsya?" Panggil mirsya pelan ketika mendengar suara benda jatuh, ia ingin memastikan bahwa ia tak sendirian disini

Sekumpulan bayangan itu berkumpul menjadi satu membentuk makhluk yang sulit di jelaskan, tinggi–– besar––dan hitam.

Mirsya tak takut sama sekali, ia justru penasaran hantu apa ini? Baru pertama kali ia melihatnya.

Namun ternyata mirsya salah makhluk yang dilihatnya justru memiliki wujud yang menyeramkan, yang pertama dilihat mirsya bukanlah wujud aslinya itu hanyalah bagian belakang tubuh makhluk itu.

Saat mirsya mendekat makhluk itupun berputar memperlihatkan wajahnya yang sungguh menyeramkan, mirsya menegang melihat tatapan tajam makhluk itu,- bola matanya membulat sempurna seolah akan keluar dari tempatnya jujur mirsya takut dengan makhluk ini namun seperti nya sudah tidak asing. Mirsya seperti tahu makhluk yang matanya seperti ingin jatuh ini, seketika ia teringat mimpinya beberapa hari lalu tepatnya saat mirsya dan teman-temannya merencanakan berlibur ke gunung selatan.

Ya! Mirsya yakin makhluk didepannya adalah–––

TOTO.

Makhluk yang pernah hadir dimimpinya sebelum ia dan teman-temannya berangkat berlibur, lalu untuk apa ia datang sekarang? Bukan kah mereka tidak jadi ke gunung selatan? Dan jarak dari rumah ini dengan gunung selatan sangatlah jauh.

Mirsya mundur perlahan, Toto semakin mendekat. Ia seakan mengikis jaraknya pada mirsya, padahal sungguh mirsya sedang takut.

"Makan..." Ujarnya berbisik pada mirsya, membuat mirsya panik "m–ma–––makan apa?" Tanya mirsya takut.

Toto mendekatkan wajahnya ke wajah mirsya lalu berbisik "daaa––––rahhhh hahahaha" ujarnya berkata pelan lalu tertawa kecil namun menakutkan karna saat Toto tertawa cairan lendir merah dan kuning berbau amis dan busuk itu keluar dari mulutnya yang terbuka lebar itu.

Tak lama Toto menggerang tak jelas lalu mengamuk tak terkendali ia meraung seperti sedang marah lalu mengayunkan tangan buruknya kearah mirsya membuatnya terpental hebat.

Haaaaaa'!!!
Mirsya bangun dari tidurnya, nafasnya tersumbat tiba-tiba, kepala belakangnya sakit seperti terbentur benda keras begitu juga tangan kanannya yang terasa perih.

Mirsya membuka kancing atas baju tidurnya lalu menurunkan sedikit dibagian bahu melihat kenapa tangan dan bahunya terasa sakit, mirsya terkejut ternyata ada masing-masing 3 bekas cakaran yang cukup dalam di bahu dan lengan kanan Mirsya,- sebesar itukah dampaknya?

















______________________________________________
TBC!!!!!!!!!!!

Jangan lupa vote!!!!!

Rumah Tusuk SateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang