dua puluh

16 3 0
                                    

Rasanya seperti d'javu sebelum berlibur mirsya dapat penglihatan yang menyeramkan di gunung selatan sekarang saat mereka benar-benar pergi berlibur mereka juga merasakan ketakutan meski ditempat yang berbeda.

Ingin pulang.

Hanya itu, mereka tak punya niat lain dari awal hanya ingin bersenang-senang lalu pulang.

Anggi menggenggam tangan mirsya menunggu si empunya membuka mulut, mirsya yang masih terdiam bagaikan orang linglung,- ia tak tahu apakah yang akan dilakukannya akan berhasil? Atau mungkin hanya sia-sia dan mereka akan tinggal disini selamanya?

"Gimana sya?" Irsya memulai percakapan, mirsya menoleh "gue takut" katanya.

Seketika semua temannya panik, mirsya saja yang berkemampuan lebih masih merasa takut bagaimana dengan mereka?

"Ammm, soal cw yang Negor Lo waktu lagi siapin makan" mirsya bersuara pelan sembari menunjuk boby, "pak Mamat yang pucet dan gak beresin rumah, sosok yang mirip Anggi dan irsya itu–––"

Semua orang menunggu mirsya melanjutkan penjelasannya, sepertinya dugaan irsya benar selama mirsya pingsan,- mirsya tidak benar-benar pingsan rohnya hanya pergi ke masa lalu.

"Korban kecelakaan" lanjut mirsya pelan.

"Pak Mamat?" Irsya terperangah, mirsya mengangguk.

"Dulu, ada kecelakaan hebat didepan rumah,- antara mobil truk yang oleng sama motor tua" semuanya mendengarkan dengan seksama.

"Korbannya 6 orang, 1 keluarga kecil ayah ibu dan anaknya, nenek-nenek yang gue liat di gerbang depan, pak Mamat sama supir truk mereka tewas di tempat tapi gaada yang tau karna desa ini udah kosong penyebabnya karna motor tua itu udah mulai rusak jadi susah buat belok dan truk yang lewat tiba-tiba oleng dan rem blong.
Setelah berbulan-bulan baru ditemuin jasadnya yang udah busuk, mereka ngeluarin bau Danur makannya orang-orang cari,- lokasinya tepat didepan rumah mereka emang udah dikubur tapi belum tenang"

"Kenapa?" Tanya Kinos

"Tulang nya masih ada disini" semua terpaku mendengar ucapan mirsya "pas jasadnya diangkat, bentuknya udah ga karuan mereka hancur dihantam mobil jadi masih ada sisa-sisa yang belum kebawa dan belum dikubur"

"Kenapa pas banget didepan rumah?" Tanya irsya

"Kalian gak sadar kah? Rumah ini ngebelah 3 jalan, letaknya gak wajar bukan hal aneh kalo terjadi kecelakaan"

Irsya mendelik mengingat sesuatu "maksud Lo rumah?–– tusuk sate–?" Mirsya mengangguk.

"Orang-orang bilang rumah tusuk sate rumah pembawa sial, karna posisinya yang salah motong jalan bikin pengendara ga fokus kalo tiba-tiba harus belok,- belum lagi kalo kendaraan nya jalan kenceng mereka gaakan ngeh buat belok"

"Jadi maksud Lo kita harus cari tulang itu?" Tania ketakutan "iya kita harus cari dan kubur baik-baik"

"Tapi kita gak tau kuburannya dimana" cetus Anggi bingung "kita kubur didepan rumah cukup yang penting harus dikubur dengan baik, kasian mereka masih belum tenang lagipula kalo gak gini kita gabisa pulang mereka udah anggap kita sebagai bantuan"

-




TBC .......

Rumah Tusuk SateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang