empatbelas

30 6 0
                                    

Mirsya terisak meminta anak itu diberikan padanya namun sosok didepannya hanya diam tak bergeming "BALIKIN!!!!!! KASIH ANAK ITU KE SAYA!!! KASIAN DIAAAA!!!!" Teriak mirsya sembari menangis sesenggukan, tiba-tiba tubuhnya tertarik kebelakang dan terjatuh di pelukan irsya.

Mirsya melemas kehabisan tenaga, dengan paniknya irsya menggendong tubuh saudaranya itu lalu membawanya keluar dari hutan

"Sya, bertahan" ujar irsya getir lalu berlari membawa mirsya kerumah neneknya.

Berputar-putar mencari jalan keluar namun nihil, yang ditemuinya hanya pepohonan yang menjulang tinggi dan semak-semak belukar.

Akhirnya mereka tersesat,

Lagi,

Dan lagi.

Irsya meringis ketika telapak kakinya dirasa perih "shhhh aww" irsya memegangi dengkulnya lalu menurunkan mirsya dalam gendongannya kesebelah pohon yang menjulang tinggi, dengan perlahan irsya meletakkan kepala mirsya ke pohon itu secara hati-hati.

Irsya melepas sepatunya, melihat kedalam sepatunya yang sudah berlumuran darah,- bagian bawahnya juga sudah sobek.

Lalu melirik pada telapak kakinya yang tertancap bongkahan beling yang cukup besar bahkan dibeberapa jarinya juga tertancap serpihan beling.

Lagi-lagi irsya meringis kesakitan lalu nekad mencabut beling berwarna hijau itu dari telapak kakinya.

"Sshhh! Awwss aarrghhh!!!! Ada-ada aja! Sshhh" beling itu terlepas dari kakinya, darahnya masih bercucuran lalu irsya kembali mencabuti serpihan-serpihan beling di jari-jari kakinya.

Tas itu ditaruh didepannya, irsya mengeluarkan kotak p3k lalu membuka sebuah obat merah untuk disapukan di telapak kakinya lalu memperban nya.

Untung saja tas mereka masing-masing berisi kebutuhan pribadi lengkap.

"Nghh, irsya––"

"Sya? Udah sadar? Gimana? Apa yang lu rasain? Pusing? Sakit?" Tanya irsya bertubi-tubi.

Mirsya menggeleng "lemes" ujarnya, irsyapun membukakan tutup air dibotol untuk mirsya minum.

"Minum dulu sya" ujarnya lembut "he-em"

"Lo kenapa? Apa yang Lo liat? Kenapa Lo pergi dari kita?" Tanya irsya bingung

"Anak itu, anak itu sya hikss"

"Anak itu siapa? Apa?"

"Kasian anak itu sya Hikss dia mau pulang, dia harus pulang orang tuanya nungguin dirumah hiks"

"Udah-udah jangan nangis, kita cari anak kecilnya nanti ya? Kita pulang dulu dari sini" putus irsya sembari memeluk mirsya yang menangis tersedu-sedu.

"K–kaki Lo?" Tanya mirsya kala melirik kearah telapak kaki sepupunya yang dibalut perban dengan tebal itu.

"Ah gapapa cuma luka kecil ko" ujarnya menenangkan.

"Gak mungkin sya, kalo luka kecil gak mungkin di perban" ujarnya ringkih lalu mengambil beling yang ada di samping irsya "kaki Lo? Ketusuk beling?" Tanyanya pelan.

"Gak papa sya, aman ko cuma perih sedikit. Ya?" Irsya tersenyum meyakinkan mirsya "yaudah pulang yuk" ajak irsya, mirsya pun mengangguk-angguk.

Mereka berdiri dengan irsya yang dipapah oleh mirsya karena sebelah kakinya terluka, mereka berjalan menuruni gunung bermodalkan kompas dan senter yang mereka simpan di tas.

Tbccc

Rumah Tusuk SateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang