sembilan belas

26 4 2
                                    

Burung berkicau berterbangan ke-sana ke-mari, mirsya sudah bangun dari tidurnya jauh sebelum teman-temannya sadar.

Tania mulai meraba-raba kasur merasakan keberadaan mirsya yang sudah tidak di sampingnya lagi.

Tersentak, Tania bangun sembari mencari mirsya yang tak lagi ada di kasur,- membangunkan Anggi yang masih terlelap.

"Nggi! Mirsya gaada!" Teriakan itu membuat irsya, Boby dan kinos yang tertidur di karpet terbangun panik di susul Anggi yang mulai bangun kebingungan.

"Hah?! Maksudnya??"

"Eh mirsya mana?!"

Irsya bangkit dengan tergesa dan melihat pintu kamar dan tirai kamar yang sudah terbuka begitu juga jendelanya.

Mereka berlarian keluar kamar hingga mendengar suara percikan minyak panas di dapur, Anggi buru-buru menuju dapur di susul semua temannya.

Dan mendapati mirsya sedang memasak sarapan di sana "mirsya!" Teriak Tania membuat mirsya mematikan kompor dan buru-buru berbalik.

Seketika irsya langsung mendekapnya sembari terisak "Lo udah sadar? Hiks..." Mirsya mengangguk lalu tersenyum membuat semua temannya iku menangis dan ikut memeluknya erat.

"Lo gak papa kan? Gak ada yang sakit?" Tanya irsya sembari merengkuh kedua bahu mirsya, lagi-lagi mirsya mengangguk

"Alhamdulillah! Syukur kalo gitu" irsya tersenyum lalu menuntun mirsya duduk di meja makan "Lo bikin semua orang panik 4 hari lebih"

"Maaf ya, gara-gara gua kalian panik,- gua janji gak akan bikin kalian panik lagi"

"Gapapa, yang penting Lo selamat" timpal Anggi

"Jadi– gimana? Kita bisa amm– pulang?" Tanya irsya sembari meyakinkan mirsya berharap sepupunya itu bilang 'bisa'

"Kita bisa pulang" teman-temannya bernafas lega

"Tapi–"

"Tapi? Tapi apa sya?"

"Tapi kita harus beresin sesuatu dulu" ungkapnya "tapi sebelum gua ceritain semuanya, kita makan dulu ya? Gue laper" mirsya terkekeh mencairkan suasana

Teman-temannya mengerti mirsya lapar, maklum mirsya belum makan selama 4 hari selama ia tertidur panjang itu "oke, makan dulu ya habis itu Lo ceritain semuanya biar kita bisa beresin masalah di sini dan kita bisa pulang" beo kinos

"Oke"

Mereka makan dengan hikmat sambil sesekali mengobrol

"Gue panik tau gak"

"Jujur gue nangis 4hari gak berhenti, Lo gak liat mata gue kaya abis di antup tawon?"

"Gua gak kepikiran sya kalo misalnya Lo pergi waktu itu"

"Gue juga gak tau gimana caranya bisa ikhlas kalo seandainya Lo gak bangun lagi"

Sementara yang bisa mirsya ucapkan pada lima temannya itu hanya kata "maaf" saja. Maaf telah merepotkan, maaf telah membuat panik, maaf telah membuat khawatir dan maaf maaf yang lainnya.

Namun biar bagaimanapun mirsya harus menyelesaikan semuanya, lagipula seandainya kemarin ia tidak pingsan,- ia tidak akan tahu cerita dibalik masalah yang terjadi selama mereka disini.

Dibalik musibah yang mereka alami ada berkah yang harus di syukuri.




-

PC: cuma mau ngingetin, dari cerita "misteri gunung Selatan" dan cerita "rumah tusuk sate ini" cuma cerpen aja ya, jadi bukan cerita panjang yang ber-alur.

Ini cuma sekumpulan cerita singkat aja masing-masing judul cuma 20-an chapter begitu juga cerita terakhir "Ningsih"

Jadi kalo kalian tanya kenapa pendek banget "ya karna ini emang cerpen isinya cuma 20an chapter dan cuma 400-an kata aja per chapter nya.

Kenapa aku gak bikin cerita yang beneran punya "alur" yang jelas karna dari awal aku bikin "misteri gunung Selatan","rumah tusuk sate" dan "Ningsih" ini emang cuma iseng jadi kalo kalian pengen baca cerita panjang yang ber-alur kalian bisa baca cerita lain disini (tapi bukan genre horor)

Okee sekian....

Terimakasih.

Rumah Tusuk SateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang