CHAPTER 5 - KUTUKAN

20 6 0
                                    

Setelah beberapa saat, Papyrus sudah kembali tenang. Mukanya tak lagi terlihat pucat, dan emosi nya sudah kembali mereda. Papyrus kemudian pergi membersihkan diri dan bersiap seperti biasanya.

“Papyrus, aku harus pergi ke desa untuk mengawasi perdagangan. Kudengar hari ini banyak pedagang baru yang masuk dan tidak terdaftar. Setelah kau selesai berpakaian, turunlah ke Aula. Raja Amanrah memanggilmu.” Ucap Imanri dari depan pintu.

“Baiklah Imanri, terimakasih! Aku akan segera ke Aula setelah bersiap!” sahut Papyrus.

Tak lama kemudian, Papyrus turun ke Aula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama kemudian, Papyrus turun ke Aula. Terlihat Amanrah dan beberapa Pemimpin Pertahanan sedang berkumpul. Mereka terlihat sangat serius membicarakan sesuatu.

“Ada apa ini Yang Mulia?” tanya Papyrus kepada Amanrah.

“Duduklah terlebih dahulu Papyrus.” Perintah Amanrah. Papyrus kemudian duduk disamping Amanrah.

“Pangeran Papyrus, kami mendapat laporan tentang dua orang penyusup di kerajaan ini. Tadi malam beberapa penjaga ditemukan tak bernyawa saat berjaga di gerbang istana. Kami khawatir penyusup tersebut sudah berada di dalam kawasan Istana saat ini.” jelas salah satu Petinggi Pertahanan.

“Baiklah ini masalah yang cukup serius. Apa kau sudah memanggil semua penjaga untuk berkumpul?” tanya Papyrus.

“Sudah Pangeran. Semuanya lengkap dan tidak ada yang terlihat mencurigakan.” lanjut Petinggi Pertahanan.

“Papyrus, Anakku. Sejak kedatangan Akhen kemarin, banyak hal aneh yang terjadi pada Oasisna. Untuk itulah kita akan memperketat keamanan mulai dari hari ini.” sambung Amanrah.

“Yang Mulia, jika saya boleh menyarankan bagaimana jika kita menam-“

DUAR!!

Suara ledakkan terdengar dari luar pintu Aula. Para penjaga yang seang berjaga terlihat sangat ramai dan ricuh menghadapi sesuatu. Dari balik silaunya matahari, terlihat dua orang penjaga dengan kepala yang dibalut perban berjalan mendekati mereka. Para petinggi pertahanan yang berada disitu segera bersiap dan mengeluarkan pedang mereka.

“Siapa Kalian! Berani sekali kalian menganggu kedamai—” Petinggi pertahanan tersebut jatuh dan tak sadarkan diri. Ternyata sebuah kalajengking menusukkan racun di kakinya.

“Ayah Mundurlah!” Papyrus segera berdiri dihadapan Amanrah dan melindunginya.

“Demi dewa Horus, siapa kalian ini?!” Tanya Amanrah dengan penuh kekesalan.

Oh Seth! God of Destruction. We’re here for you, to regain your power back in Egypt. Oh Seth! God of Ambos. Punish them, who doesn’t Obey you! Let them know what suffering means!” sahut kedua penyusup tersebut. Mereka terus mengucapkan hal tersebut berulang-ulang kali.

“Ayah, kita harus lari dari sini!” teriak Papyrus.

OH SETH, GOD OF DESTRUCTION. PUNISH THEM WHO WILL NOT OBEY YOU WITH DESPAIR!” teriak kedua penyusup tersebut dengan sangat kencang.

Tak lama kemudian kedua penyusup berubah menjadi kumpulan serbuk pasir. Serbuk tersebut tersebar di udara dan menempel ke lantai dan dinding. Seketika, semua serbuk tadi tumbuh menjadi berbagai binatang melata. Mulai dari kelabang, ular dan kalajengking memenuhi dinding dan seisi aula. Beberapa dari mereka langsung menggerogoti tubuh para penjaga yang tumbang tadi. Aroma busuk menusuk hidung Papyrus dan Amanrah.

“AYAH KITA HARUS PERGI, CEPAT”

Papyrus dan Amanrah berlari secepat mungkin ke arah Pintu Aula. Tanpa mereka sadari, ternyata Imanri yang baru saja pulang dari desa terkejut melihat kegilaan tersebut.

“PAPYRUS, ADA APA?” tanya Imanri yang ikut berlari bersamanya.

“CEPAT LARI SAJA ATAU KAU AKAN MATI!”

Mereka bertiga lari secepat yang mereka bisa. Ternyata seisi kerajaan sudah dipenuhi oleh berbagai macam binatang melata. Semua orang panik, teriakan dimana-mana. Beberapa dari mereka mencoba melawan binatang-binatang tersebut. Tanpa disengaja, Papyrus tersandung dan menabrak sebuah tong berisi minyak.

“IMANRI, BAWA AYAH KELUAR DARI KERAJAAN SECEPAT MUNGKIN.”

“BAIKLAH PAPYRUS! JAGA DIRIMU!” sahut Imanri.

“PAPYRUS, TUNGGU!” Teriak Amanrah.

“AYAH PERGILAH! TEMUI AKU DI KERAJAAN MESIR!”

Dengan berat hati, Amanrah dan Imanri berlari keluar kerajaan. Sedangkan Papyrus mencoba menahan para mahkluk tersebut dengan membakar tong-tong minyak yang ia tabrak.

“Rasakan ini!” Beberapa binatang tersebut terbakar oleh minyak tersebut.

Papyrus kemudian kembali lari menuju gerbang kerajaan. Ternyata dari arah belakang, terlihat seekor ular yang mengejar dirinya dengan cepat.
Papyrus terus berlari swcepat yang ia bisa. Ia sangst tergesa-gesa karena nyawanya yang terancam. Seketika, ular tersebut menembakkan racun dari mulutnya ke arah papyrus.

“Ah!!” Papyrus melompat menghindari tembakan racun tersebut.

Saat ia melihat kebelakang, ternyata ular tersebut dihalang oleh beberapa penjaga yang ingin melindungi Papyrus.

“Pangeran! Pergilah dari sini!”

Papyrus melihat kebelakang dengan penuh kesedihan. Ia tidak tega melihat prajurit kerajaan yang setia mengorbankan nyawa untuknya.
Tak lama kemudian, ia sampai di gerbang kerajaan. Ia yang panik terus berlari tanpa melihat ke arah depan. Kemudian ia menabrak seorang perempuan secara tidak sengaja.

“Ah!!” Perempuan tersebut tertabrak hingga badannya ikut terputar. Tepat sebelum ia menyentuh tanah, Papyrus menangkapnya dengan refleks.

Beberapa saat kemudian ia sadar bahwa perempuan yang ia tabrak adalah Fetti. “Putri Fetti? Apa yang kau lakukan disini?”

“Papyrus? Ada apa ini? Mengapa semua orang berteriak? Kekacauan macam apa ini?”

“Putri, Aku tidak punya waktu menjelaskan. Kita harus berlari cepat!”

“Tunggu dulu.. Tapi ayah meminta aku un…” belum selesai Fetti bicara beberapa prajurit berteriak sambil berlari keluar dari Istana Osisna.

Dan benar saja diikuti oleh banyaknya hewan melata yang seakan siap membunuh siapapun yang ada dihadapannya.
“Fetti cepat!kita harus kembali ke Mesir..” kata Papyrus tegas sambil memegang tangan Fetti, Fetti yang awalnya takut saat Papyrus memegang tangan nya semua itu hilang.

“Kau menenangkan ku Papyrus.. Kau.. Bisa membuat ku tak takutt..” saut Fetti sambil tersenyum manis.

Namun keindahan ituu terhenti saat Kepala dayang berteriak kencang saat Seekor kalajengking sedang menaikkan ekornya seakan ingin mematuk kaki Papyrus.

“PANGERAN!!! KAKII ANDAA!!” teriaknya.

Papyrus melihat kebawah dan segera melompat naik ke kereta kuda dan menarik tangan Fetti, Kepala dayang segera memerintahkan Kusir menarik kereta kuda nya meninggalkan Oasisna kembali ke Mesir.

KINGDOM OF OASISNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang