CHAPTER 28 - AULA KERAJAAN

1 0 0
                                    

Papyrus jatuh terbatuk-batuk, mencoba bernafas kembali seperti biasa. Imanri yang melihatnya segera berlari menghampiri Papyrus.

"Papyrus!" Teriak Imanri.

"A-ku, aku tak apa. Cepat bantu aku berdiri! Kita naik ke kereta kuda dan pergi ke Istana Mesir!"

"Baiklah!"

Mereka berdua segera menaiki kereta kuda. Imanri memacu kereta dengan begitu cepat. Mereka menembus kerumunan mahkluk Seth yang sedang berperang melawan para prajurit. Imanri sesekali menembakkan anak panahnya ke langit dan menghujani para mahkluk Seth dengan anak panah.

Disisi lain, Fetti dan utusan Serqet sedang berjaga-jaga di kamarnya. Sedangkan Kepala Dayang sedang menyampaikan pesan darurat kepada Cleopatra. Fetti hanya bisa melihat keadaan dari jendela kamarnya. Semuanya benar-benar kacau, api ada dimana mana, kepulan asap dan suara riuh yang begitu keras terdengar ke berbagai arah. Fetti terus berdoa dalam hatinya, memohon perlindungan bagi semua orang. Fetti yang sedang berada dikamarnya dikejutkan oleh suara dentuman keras dari luar pintu kamarnya.

"Kepala Dayang?"

Tiba-tiba seekor mahkluk utusan Seth berwujud kadal mendobrak pintu lorong diluar kamar Fetti. Fetti segera menarik busur pemberian dari Ratofer dahulu. Ia melesatkan anak panah tersebut tepat pada kaki kadal tersebut. Namun ternyata, sekumpulan mahkluk Seth lainnya menerobos tubuh Manusia kadal tersebut yang menghalangi pintu.

Seketika, utusan Serqet mendobrak dari dalam kamar Fetti dan menyerang sekumpulan mahkluk tersebut dengan senjata dan sengat miliknya. Ia kemudian menembakkan bisanya ke depan pintu lorong yang telah di dobrak.

"Princess of Egypt, please let me handle them. I am your protector, sent by the Goddess Serqet. I will buy you some time, so you can go to a safer place." Ucap utusan Serqet.

"Are you sure?"

"Yes your Highness. Now go, and please don't look back." Seketika terdengar suara gemuruh dari sisi lorong yang telah didobrak. "They're coming! Go!"

Fetti berlari menuju pintu di ujung lorong satunya, ia hanya bisa berlari dan menghadap ke depan. Terdengar suara teriakan dari utusan Serqet yang sedang melawan para Mahkluk Seth. Tanpa disadari, air mata Fetti jatuh sepanjang jalan. Ia berlari tanpa tujuan, ia menangis tak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Oh Papyrus.... What should i do?" pikir Fetti.

Seketika, terbesit ingatan saat Fetti dan Papyrus dahulu. Kuil dimana Fetti dan Papyrus bertemu dan jatuh cinta.

"Terima kasih, Papyrus. Aku akan menunggumu disana." Ucap Fetti.

Sementara itu, Papyrus yang sedang berada di kereta kuda akhirnya sampai di gerbang Istana. Sesampainya disana, Seeokor mahkluk seth yang besar melompat dari atas dan akan menimpa mereka.

"PAPYRUS AWAS!" Imanri mendorong Papyrus ke belakang. Papyrus terpental, sedangkan Imanri jatuh dan mengalami beberapa lecet. Imanri segera melesatkan anak panahnya menuju mahkluk Seth tersebut. Terlihat beberapa mahkluk lainnya merayap di dinding istana dan dinding gerbang.

"Papyrus aku tak apa! Pergi! Aku akan menahan mereka disini!" teriak Imanri.

"Tapi Imanri-" Papyrus ragu, dan menghentikan langkahnya.
"Papyrus tak ada waktu! Fetti akan mati jika kau tetap disini!"
"Baiklah, berjanjilah kita akan bertemu lagi dengan keadaan hidup!" Papyrus melihat Imanri dengan serius.
Imanri mengangguk dan menatap Papyrus penuh keyakinan. "Pergilah sekarang!"

Papyrus berlari menaiki anak tangga menuju Aula istana. Sesampainya disana, Aula terlihat begitu kosong dan sunyi. Papyrus segera mengeluarkan pedang Matahri dari Dewa Ra.

"Fetti? Ratofer?" panggil Papyrus.
"Sihir kutukan : Amukan Merah!" Teriak seorang laki-laki. Muncul laser energi berwarna kehijauan yang menyerang Papyrus.

Papyrus mencoba menahan dengan pedang mataharinya. Namun kekuatan itu begitu besar hingga Papyrus terpental ke dinding. "AHHHH!!!"

"Oh Papyrus, aku sungguh dendam tak kuat lagi melihat wajahmu. WAKTUNYA KAU UNTUK MATI!" Teriak Akhen yang muncul dari balik bayangan.

"KAU YANG SEHARUSNYA MATI!" Teriak Ratofer yang kemudian menyerang Akhen dengan sihir energi miliknya.

"DIAM KAU RATOFER!" Akhen menyerang balik Ratofer dengan kekuatan energi kehijauannya.

Kedua energi dari tongkat mereka saling beradu. Kekuatannya begitu dahsyat hingga menciptakan petir-petir kecil yang menyambar sekeliling mereka. Aula Istana perlahan-lahan mulai hancur akibat dari petir-petir tersebut. Hingga akhirnya, kedua sihir itu meledak dan menghembuskan semuanya.

"Sihir Pembangkit : Ular Kematian." Akhen meniup telapak tangannya. Seketika muncul seekor ular api raksasa yang membara. Ular tersebut menyerang Ratofer dengan kepalanya.

Ratofer segera mengayunkan tongkatnya. Ia memukul ular tersebut dengan kekuatan dari Dewa Horus. Ular tersebut kemudian mematuk kaki Ratofer dengan lidahnya yang panjang. Kaki ratofer seketika membara bagaikan api. Namun Ratofer tak menyerah, ia kembali memukul mundur ular tersebut. Hingga akhirnya, ular tersebut meledak dan membakar seisi aula.

"Sihir Pengutuk : Hitam Keabadian!" Muncul tangan-tangan hitam yang meninju Ratofer dan Papyrus.

"Sihir pelindung : Protectia!" Sahut Ratofer sembari mengayunkan tongkatnya.
"AGHHHH!!!!!" seketika, sihir dari Akhen meledak dan menghempaskan segalanya. Seisi ruangan kini kacau balau. Namun Akhen tak menyerah, ia mengayunkan tongkatnya dan mengangkat semua besi dan bebatuan tajam yang berada di sekitarnya.

Ia menghempaskan semua benda tajam tersebut menuju Ratofer dan Papyrus. Ratofer yang sudah mulai kelelahan menggunakan sihir terakhir untuk melindungi mereka berdua.

"Sihir Pengubah : Kehampaan." Ucap Ratofer sembari mengayunkan tongkatnya. Seketika muncul sebuah pembatas berwarna kunning pudar di depan mereka. Dalam sekejap mata, semua benda tajam yang melewati pembatas tersebut berubah menjadi debu. Semuanya berubah menjadi debu tanpa tersisa apapun.

"P-papyrus, cepat.... Putri Fetti ada di Kuil Istana! Saya merasakan hawa keberadaan yang begitu jahat disana! Tak ada waktu lagi!" Teriak Ratofer.

"Bagaimana dengan dirimu Ratofer?!" Balas Papyrus.

"Saya akan menyusul Pangeran. Cepatlah!"

Papyrus segera berlari menuju kuil di istana. Sedangkan disisi lain, Fetti sedang berdoa dengan serius di kuil tersebut.

"Oh Dewa dan Dewi mesir, tolong lindungilah semua orang. Aku tak ingin pertumpahan darah ini terus terjadi. Tolong, bantulah kami melawan Seth." Ucap Fetti.

Seketika, bayangan hitam melesat melewati Fetti. Yang ternyata adalah...

KINGDOM OF OASISNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang