"Lihat Papyrus, kita sudah sampai loh!" Ucap Imanri sembari menepuk bahu Papyrus.
Terlihat dari kejauhan, Kerajaan Mesir yang sedang dalam kepanikan. Semua warga sibuk membawa bahan makanan serta pakaian dalam tas yang mereka buat dari kulit sapi. Semua tawa bahagia dari anak-anak serta senyum manis dari para warga menghilang seketika. Kabar soal akan datangnya perang sudah tersebar ke penjuru negeri.
"Pangeran Papyrus? Apakah kabar soal perang itu benar? Kami sangat ketakutan disini. Kami takut keluarga kami terluka, tolong hentikan perang ini!" Ucap para penduduk dengan wajah penuh ketakutan.
Papyrus dan Imanri menatap satu sama lain, tidak tahu harus menjawab apa.
"Baiklah, kalian lebih baik mengikuti apa yang para penjaga katakan. Mereka akan mengarahkan ke tempat pengungsian yang aman. Tenanglah, kalian akan dilindungi oleh para prajurit, penyihir, dan anggota keluarga kerajaan Oasisna." Ucap Papyrus yang mencoba menenangkan para warga.
"Anda yakin pangeran?" Tanya penduduk yang masih bingung.
"Saya sangat yakin. Bersegeralah mengungsi, saya akan bertemu yang mulia raja dan membicarakan hal ini." Balas Papyrus penuh keyakinan.
Para warga kemudian bergegas mengikuti para penjaga yang dikirim oleh Kerajaan Mesir. Banyak dari mereka meninggalkan kebun mereka yang sedang sangat subur-suburnya. Papyrus dan Imanri berjalan perlahan dengan kuda mereka, menyaksikan pemandangan yang menyakitkan hati ini.
Tak lama kemudian, mereka sampai di depan gerbang Istana. Papyrus dan Imanri segera bergegas memasuki Aula istana. Saat mereka sampai, terlihat para Menteri serta petinggi kerajaan sedang berkumpul. Mereka semua sibuk berdiskusi serta berdebat mengenai strategi perang untuk perang yang akan diadakan esok hari.
"Dimana Ayahanda ya?" Tanya Papyrus.
"Disana!" teriak Imanri. Terlihat Amanrah sedang berbicara dengan serius dengan Merenrei dibalik tirai bersama petinggi pertahanan.
"Ayah? Ada apa ini? Tolong beritahu apa yang terjadi. Keadaan diluar istana benar-benar kacau. Semua orang panik ketakutan!"
Amanrah kemudian menceritakan kilas balik apa yang terjadi saat Papyrus dan Imanri pergi. Papyrus terkejud bukan main saat Amanrah menceritakan semuanya. Imanri yang berada disampingnya tidak bisa berkata apapun.
"Imanri, maaf. Apakah kau bisa pergi menuju regu pertahanan sekarang juga? Ada beberapa hal penting yang kau harus sampaikan." Ucap Merenrei yang kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Imanri.
"Baiklah yang Mulia, saya akan segera kesana."
Setelah Imanri pergi meninggalkan Aula Singgasana, Amanrah menatap Papyrus yang sedang berdiri dihadapan nya dengan tatapan sedih dan kagum diwaktu bersamaan, Begitu juga dengan Fir'aun Merenrei yang juga melakukan hal yang sama. Papyrus dapat melihat rasa takut dan khawatir di wajah kedua Raja besar Oasisna dan Mesir itu, namun sangatlah tidak mungkin ia menunjukkan rasa takut, dan khawatir nya juga karena ia takut akan menambahkan kekhawatiran mereka.
"Apa yang anda Butuhkan yang Mulia ?" tanya Papyrus Sambil menyibak rambutnya yang sempat berantakan saat ia berlari memasuki aula Singgasana.
"Sebagai calon Raja, tentunya kau pasti sudah mempelajari mengenai Strategi peperangan, dan caranya berperang kan ?" tanya Merenrei sambil menatap Papyrus, Papyrus Balas mengangguk "bagus.. bantu kami berpikir untuk membuat strategi untuk memenangkan perang ini.." lanjutnya.
"Hmm.. baiklah.. tolong Jendral, jelaskan padaku bidak-bidak disini mewakili apa dan siapa ?" tanya Papyrus Sambil menatap peta besar di tengah meja dengan bidak-bidak kristal berwarna-warni diatas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM OF OASISNA
FantasyDi sebuah dunia dengan hamparan gurun pasir tak berujung, terdapat dua kerajaan besar bernama Oasisna dan Mesir. Disana, hidup Pangeran Papyrus dan Putri Fetti. Kedua Kerajaan tersebut hidup damai. Hingga pada suatu hari muncul Akhen dan Dewa Seth y...