CHAPTER 15 - GURUN PASIR KESUNYIAN

6 3 1
                                    

"Hey uhm, Fetti. Bisakah kau mengambilkan sekantung air untukku?" tanya Papyrus sembari mengarahkan kereta kudanya.

"Oh tentu saja Papyrus. Minumlah yang banyak, jangan sampai kau sakit oke?" sahut Fetti yang kemudian memberikan sekantung air kepada Papyrus.

Papyrus tersenyum kepadanya. "Baiklah Tuan Putriku, aku akan menjaga kesehatanku." Ia kemudian meminum sekantung air yang diberikan Fetti.

Hari ini matahari terasa sangat menyengat sekali. Gurun ini sangatlah sunyi, tidak ada suara angin, burung, atau apapun. Yang terdengar hanyalah suara tapak kuda yang sedang mengantar mereka. Terlihat beberapa tanjakan di depan mereka. Sesekali Papyrus melirik ke sekitarnya mencari keberadaan Kuil Ra dari kejauhan.

"Kau melihat sesuatu Papyrus?" tanya Fetti.

"Tidak, aku tidak melihat apapun. Semuanya hanya gurun, bahkan oasis pun tidak ada."

"Aneh, padahal seharusnya kita sudah dekat."

"Entahlah Fetti. Aku juga tidak begitu mengerti. Dan apakah kau merasa kalau telingamu berdengung?"

"Kukira hanya aku saja yang merasakannya. Entah mengapa, dengungannya membuatku resah."

"Sekarang kaulah yang beristirahat Fetti, aku yang akan menjaga mu." Ucap Papyrus sembari menatapnya. Fetti tersenyum tipis kepadanya.

Mereka terus melanjutkan perjalanan mereka selama beberapa menit. Keadaan kembali hening. Fetti yang kelelahan memutuskan untuk menaruh busurnya di dekat sisa bahan makanan. Fetti duduk dan meluruskan kakinya yang masih terluka.

Hingga tiba-tiba, sekumpulan burung pemakan bangkai terbang dari arah depan mereka. Jumlahnya sangat banyak dan tidak dapat dihitung dengan jari. Mereka semua mengeluarkan bisingnya yang membuat telinga semua orang sakit. Tiba-tiba, kuda yang menarik kereta kuda mereka mengamuk dan tidak mau bergerak. Beberapa dari burung yang berterbangan menyerang kuda-kuda tersebut. Papyrus dengan cepat mengeluarkan pedangnya dan menebas burng-burung tersebut.

"Ada apa Papyrus?" tanya Fetti.

"Entahlah, kudanya tidak mau bergerak!" teriak Papyrus.

Dari kejauhan, terlihat sesosok bayangan hitam melayang menghalangi jalan mereka. Bayangan itu mengeluarkan asap hitam serta api berwarna kehijauan dari tubuhnya.

"OH SETH LORD OF AMBOS! Grant me your power! And i shall show them, what Despair really means! OH SETH LORD OF DESTRUCTION! Let me sacrifice them for you!" suara Bayangan tersebut menggema ke seluruh tempat. Suaranya begitu berat dan menyeramkan. Semua burung yang berterbangan tadi berkumpul memutari bayangan tersebut.

"OH PRINCE AND PRINCESS OF OASISNA AND EGYPT! LET ME SHOW YOU WHAT DESPAIR IS, HAHAHAHA-" Akhen tertawa dengan penuh kebahagiaan. Seketika, bayangan tersebut beserta semua burung tadi terbakar oleh Api Kehijauan. Semuanya terbakar dan menghilang dari tempat. Seketika kepulan asap muncul menutupi langit. Petir menyambar dari kejauhan, membakar jalan yang akan mereka lalui.

"AH!" Terjadi guncangan hebat yang menggoyahkan kereta kuda mereka. Papyrus terpental ke belakang kereta kuda.

"Papyrus!" Fetti mencoba berdiri dan menolongnya.

"Fetti! Aku tak apa! Cepat ambil kendali kuda-kudanya atau mereka akan lepas!"

Fetti kemudian menuju depan dan mengambil alih kuda-kuda tersebut. Papyrus kemudian berdiri menendang pintu bagian belakang kereta kuda.

Betapa terkejutnya ia, saat melihat kereta kuda mereka berjalan di atas sebuah ular putih raksasa. Tubuh bagian depan ular tersebut menyatu dengan pasir, sehingga Papyrus tidak sadar sedari awal.

KINGDOM OF OASISNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang