CHAPTER 17 - KEPERGIAN

5 1 1
                                    

Dengan segala cahaya yang sangat terang di Altar itu, Papyrus bersimpuh dihadapan Altar suci Ra, dan ia memohon dengan sangat rendah hati dan penuh penghayatan akan Ra yang akan membantu nya dalam mengalahkan segala Makhluk Seth.

"Oh Ra.. God of Sun.. the High King of Egypt.. please.. hear my Pray.. i'm Papyrus, Son of King Amanrah, Prince of Oasisna.. I know that I'm religious like Fetti who become the Priestess of Queen Isis.. but, Please dear Sun God Ra.. help me and Fetti through this Wicked test from Evil God Seth.. hear my Pray dear Lord.." kata Papyrus Sambil bersimpuh dan menundukkan kepalanya.

Angin bertiup kencang dan tak lama terdengarlah suara yang hanya dapat di dengar oleh Papyrus sendiri, semua ular Kobra yang berada dibelakang Fetti dan Papyrus menunduk saat Suara itu juga ternyata terdengar oleh mereka.

"Dear Prince of Oasisna.. I Know you.. my Son Mighty King Osiris tell me who you are and you already have his Protection. Your Pray is heard Son of Amanrah.. I know why you come her.. before I give you my Help.. you need to face my Test.." Kata Whispering Voice itu, Papyrus Menjawab nya dalam hati bahwa ia siap akan semua ujian dan test yang akan di berikan oleh Ra.

Cahaya yang begitu menyilaukan mata bersinar dengan terang. Papyrus merasa sangat pusing, semuanya berputar dan menjadi tidak jelas. Beberapa saat kemudian, cahaya itu menghilang. Seketika, suara misterius yang begitu indah terdengar di telinga Papyrus.

"Baa, baa, brown sheep, Have you any wool? Yes sir, yes sir, Three bags full." Suara itu begitu lembut, menyanyikan lagu dengan nadanya yang seindah Dewi namun terdengar samar.

"One for the mommy, One for the daddy, And one for the little baby Who lives down the lane." Suara itu semakin jelas dan jelas.

Mata Papyrus yang tadinya seberat batu kini menjadi seringan kapas. Papyrus membuka matanya perlahan-lahan. Terlihat, ia sedang tertidur dipangkuan seorang wanita dengan tubuh anak-anaknya. Wanita itu mengelus-elus kepalanya dengan lembut, sembari menyanyikan lagu. Pandangan papyrus semakin jelas, dan melihat wajah wanita tersebut. Papyrus menangis, memeluk wanita itu dengan begitu erat..

"Ibunda? Oh Ibunda! A-aku... Aku..." Papyrus tidak kuat menahan tangisnya. Air matanya memenuhi wajahnya.

"Anakku, ada apa ini? Bukannya kau mengantuk tadi?" balas Ibundanya.

"A-aku, aku sangat rindu padamu Ibunda! Aku rindu sekali, sampai hatiku menjerit menantikan kehadiranmu kembali. Namun nyatanya, kau tidak pernah kembali Ibunda!"

"Tidak pernah kembali bagaimana Papyrus? Ibunda mu ini tidak akan kemana-mana. Tenanglah wahai Anakku." Ibunda Papyrus kemudian mengelus-elus punggung Papyrus dan menenangkannya.

"Papyrus, Ibunda mu ini tidak akan pernah pergi sampai kapanpun. Ibunda mu ini, akan selalu berada di hatimu."

Papyrus terdiam, larut dalam tangisan penuh rindunya.

"Sudah ya, wahai anakku. Ibundamu ini tidak kuat melihatmu menangis. Tersenyumlah!" Ucap Ibundanya sembari mengelap air mata Papyrus. Ibunda tersenyum manis kepada Papyrus.

"Jika kau sudah tidak mengantuk, mari kita makan bersama ya!" ucap Ibundanya dengan penuh antusias. Papyrus Mengangguk dengan senyumnya.

Mereka berdua pun berjalan menyusuri Istana menuju ruang makan. Saat itu, Keadaan diluar istana sangatlah berkabut. Kabutnya begitu tebal, hingga tak bisa melihat apapun. Entah mengapa, Istana kali ini sangatlah sepi sekali. Tidak ada siapa-siapa kecuali aku dan Ibunda. Papyrus yang sangat merindukan Ibunda tidak mempedulikan hal itu. Ia terus berjalan dibelakangnya dengan penuh senyuman.

"Ibunda, bagaimana perasaanmu hari ini?" tanya Papyrus dengan penuh penasaran. Papyrus nampak tidak ingat mengenai apapun yang terjadi di kuil Ra.

"Ibundamu ini sedang berbahagia Papyrus. Ibundamu ini bahagia, melihatmu tumbuh menjadi anak yang begitu tampan dan pemberani. Ibu sudah mendengar cerita mengenai keberanianmu dari para penjaga."

KINGDOM OF OASISNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang