CHAPTER 7 - BUJUKAN ULAR RAKSASA

16 5 0
                                    

Dengan menaiki kereta kuda, mereka berdua pergi menuju Desa kecil berisi Bahkta Anubis, sang Dewa Kematian. Sepanjang perjalanan, hanya terlihat hamparan gurun pasir yang tak berujung dengan teriknya matahari. Semuanya terdengar begitu sunyi dan damai. Terlihat beberapa burung yang sedang bermigrasi terbang di angkasa.

"Hey Fetti, kau tahu? Terima kasih untuk pelukannya kemarin. Aku sangat menghargainya."

"Sama-sama Papyrus, aku tahu kau sedang membutuhkannya. Dan juga, terima kasih telah percaya padaku. Tak begitu banyak orang yang mempercayaiku sejak saat i-" Fetti terdiam sejenak.

"Maaf aku tidak bisa menceritakannya sekarang padamu sekarang."

"Tidak apa-apa Fetti, ceritalah padaku jika kau siap."

Hingga tiba-tiba, kereta kuda mereka terguncang. Mereka berdua yang sedang duduk manis terlempar hingga mengenai atap kereta kuda. Mereka berdua terlihat panik, dan kebingungan akan apa yang terjadi.

"Papyrus, ada apa ini?"

"Aku tidak tahu tuan putri!"

"Biar kulihat keluar. Papyrus, siapkan pedangmu jika terjadi sesuatu."

Fetti kemudian membuka pintu kereta kuda. Saat ia menoleh ke belakang, ia terkejut bukan main. Salah satu ular raksasa utusan Seth menyerang kereta kuda mereka. Dengan nafas apinya, ia menyerang Fetti. Fetti dengan cepat memasukkan kepalanya kembali ke dalam kereta kuda. Ia hampir saja terbakar oleh nafas api ular tersebut. Namun nafas, api tersebut membakar kereta kuda yang mereka tumpangi.

 Namun nafas, api tersebut membakar kereta kuda yang mereka tumpangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Source : Pinterest)


"Fetti! Kau baik-baik saja?" Teriak Papyrus.

"Iya Papyrus, aku baik-baik saja. Bersiaplah melompat! Kereta kudanya terbakar!"

Papyrus dan Fetti kemudian melompat dari atas kereta kuda. Tak lama kemudian, kereta kuda yang mereka tumpangi meledak dan terbakar.

Setelah kereta kuda nya terbakar dan meledak, Fetti dan Papyrus jatuh terguling dipasir.. Fetti berteriak saat Ular itu berusaha mengigit nya lagi.. Dan sebelum ia menyerang Ular itu berbicara dan tentusaja itu membuat mereka terkejut.

"Anubis! Oh Anubis!! Tolonglah kamii!!" teriak Fetti saat Ular itu melata dan menaikan lehernya memblokade jalan mereka berdua!!

"Oh Lord of Ambossttt- I have come as you wisssh to kill them! I will kill them lord of Ambosss! Fetti and Papyrusss.. Sssstttsss.. You.. Will.. Die.. Ssstttsss.. Hahaha! Praissse Lord of Ambosss!!" Dengan suaranya yang menggaung besar membuat Fetti dan Papyrus takut.

 Hahaha! Praissse Lord of Ambosss!!" Dengan suaranya yang menggaung besar membuat Fetti dan Papyrus takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rasakan ini!" Dengan panahnya, Fetti menghujani ular tersebut dengan anak panah. Namun tak satupun, dari anak panah tersebut menyakiti ular tersebut. Semuanya terpental oleh kulitnya yang sekeras baja.

Papyrus yang belum menyerah mengeluarkan pedangnya. Saat ia mengeluarkan pedang tersebut, hembusan angin kencang menerpa mereka bertiga. Angin itu mengeluarkan hawa dinginnya, ditengah pada pasir yang terik ini.

"Woah..." Papyrus terkejut dengan kekuatan pedang yang diberikan Ratofer ini.

Ia kemudian melompat dan menebaskan pedangnya ke arah ular tersebut. Seketika angin kencang yang terasa dingin mengikuti alunan pedang papyrus. Semburan api ular tersebut seketika mengecil karena dinginnya angin tersebut. Fetti dengan refleks menembakkan anak panahnya ke mulut bagian dalam ular tersebut. Ular itu mendesis kencang kesakitan saat menerima serangan tersebut.

"Ssstttt! How dare you do that to my sacred fire?! I AM MORE POWERFUL THAN THIS!" Seketika mata ular tersebut membara oleh api. Terdengar bisikan-bisikan aneh yang datang saat melihat matanya.

"Fetti berhati-hatilah, jangan tatap matanya! Kita tidak tahu apa kekuatannya!"

"Tenanglah Papyrus, aku akan menjaga jarak!"

Papyrus terus menghantam ular tersebut dengan tebasan angin dari pedangnya. Walau tidak memberikan dampak apapun, setidaknya dapat mencegah api ular tersebut untuk sementara.

Fetti berlindung di balik bebatuan sembari mengincar bagian mulut ular tersebut. Ular tersebut tidak mau kalah, ia terus menembaki Fetti dengan bola api. Ular itu cukup cerdik dan mengibaskan ekornya ke arah Fetti. Fetti yang menyadarinya kemudian melompat ke atas batu dan menghindari ekor ular tersebut. Saat di udara, ia menembakkan anak panahnya ke arah Ular tersebut.

"Sssstt!! See through me! Look at me, Princesss of Egypt. Look at me Priestessss of Isisss!"

Fetti tanpa disengaja menatap mata ular tersebut. Ia tergoda oleh bisikan ular tersebut. Tiba-tiba, ia terjatuh ke tanah. Ia tak bisa bergerak, tatapannya kosong. Papyrus yang melihatnya langsung berteriak.

"FETTI! Beraninya kau!" Papyrus menebaskan pedangnya dengan sangat kencang, hingga serpihan kereta kuda yang berada di kejauhan ikut berterbangan. Namun sayang, kali ini Ular tersebut semakin panas. Angin dari pedang Papyrus tidak lagi berpengaruh padanya.

"HAHAHAHA! Your wind from your Sword of Horus no longer affect me, you Imbecile! SSSTT!" Ular tersebut kemudian mengibaskan ekornya ke arah Papyrus.

Papyrus kemudian terpental menjauhi Fetti. Saat ia sadar, ternyata Ular tersebut sudah bersiap untuk menyemburkan apinya. Papyrus yang panik berpikir keras dalam hitungan detik tersebut.

"FETTI! BERTAHANLAH!" Papyrus kemudian menghempaskan dirinya sendiri menggunakan angin dari pedangnya. Ia terpental dengan sangat kencang. Dalam hitungan detik, ia sudah berada di depan Fetti, tepat saat semburan api tersebut mengarah kepada dirinya.

Pedang Horus yang ia pegang terbakar seketika. Hembusan terakhir dari pedang tersebut berhasil menyelamatkan mereka berdua dari maut. Pedang Horus kini tidak lagi mengeluarkan kekuatan anginnya dan menjadi pedang biasa. Semburan api tadi terpental, mengenai mata ular itu sendiri dan membebaskan Fetti dari hipnotis.

"Papyrus?"

"Fetti! Ayo cepat, kita harus menyelamatkan diri!"

Ular itu menyemburkan apinya kembali. Mereka tak punya pilihan lain selain lari menghindari Ular itu. Mereka terus lari secepat mungkin walau dengan nafas yang tersengah-sengah. Sampai akhirnya, terlihat sebuah desa kecil di kejauhan. Terdapat  sesosok patung besar berwarna Hitam yang sedang duduk di singgasanya.

"ENOUGH!! NOW, DIE PRINCESS! NO MORE RUNING!!! SSSTTT!!!" teriak Ular itu sembari menyemburkan nafas apinya.

Secara ajaib, Patung Anubis itu hidup dan berdiri dan tatapan nya begitu tajam mengancam Ular itu. Ia menaikkan tongkat yang ia pegang, dan seketika terbentuk anak panah raksasa yang biasa disebut, Anubis Arrow.

"Beware of my Wrath you Lord of Ambos!! I am Anubis! God of the Dead! Protector of the Kingdom of the Dead and Anubiscropolis! Don't you dare to step into my Cropolis you Lord of Ambos!!" teriak Anubis kepada ular tersebut. Tak lama kemudian, ia berubah kembali menjadi patung.

"Oh Fetti, aku sangat bersyukur kau tidak apa-apa." Ucap Papyrus yang kemudian memeluknya.

"Terima kasih telah melindungiku Papyrus. Seharusnya akulah yang melindungimu, namun yang terjadi justru malah sebaliknya."

"Tak usah kau pikirkan, aku sangat bersyukur karena kau baik-baik saja."

"Hey, kurasa kita sudah sampai Papyrus. Lihatlah! Di depan sana ada sebuah desa kecil, kurasa itu Desa yang dimaksud Ratofer!"

"Baiklah, ayo kita pergi ke sana."

Mereka berdua kemudian berjalan menuju desa tersebut. Entah apa kejutan yang menunggu mereka di desa tersebut, akan mereka hadapi bersama.

KINGDOM OF OASISNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang