CHAPTER 18 - KEPULANGAN

3 1 0
                                    

"Behold my Son..the Sun Sword from me. Ra, The God of Sun. .. take this Sword to Defense Egypt and Oasisna.. be Wise my Son.." kata Ra sambil menurunkan pedang yang bercahaya dan berkilau indah bagaikan matahari terbenam.

Ra kemudian melesat secepat cahaya. Ia melesat menjadi gulungan cahaya yang menghilang di angkasa. Papyrus dan Fetti terdiam melihat keindahan cahaya dari Ra. Mereka hanya memandang angkasa tanpa berbicara sepatah kata pun. Tak lama kemudian, Papyrus memandangi pedang yang diberikan oleh Ra.

"Fetti, aku takut..."

"Oh Papyrus..." Fetti kemudian menepuk kedua pundaknya dan memeluknya.

"Tenanglah Papyrus, aku ada disini untukmu."

"Aku takut Fetti, aku takut aku tidak bisa menjadi Raja yang bijaksana suatu hari nanti. Aku takut... Aku tidak bisa menjalankan tanggung jawab sebesar itu. Aku takut, tidak bisa menepati janjiku kepada Ibunda."

"Papyrus, jangan kau tanggung semua beban itu sendirian. Kau punya aku, yang selalu berada disisi mu dan melindungimu. Kau punya Imanri, yang selalu setia dan percaya padamu. Jika ia disini, aku yakin dia akan mengatakan hal yang sama. Kau akan menjadi Raja yang paling bijaksana yang pernah ada di Oasisna."

Papyrus terdiam, memegang erat pedang dewa Ra dengan penuh keyakinan. "Kau benar Fetti, aku tidak boleh mengingkari janjiku kepada Ibunda."

Fetti kemudian menarik tangan Papyrus. "Ayo, kita kembali ke Mesir! Tugas kita sudah selesai disini. Ayahanda dan Imanri pasti sudah menunggumu!"

Papyrus terdiam sejenak, memperhatikan altar tempatnya bertemu dengan Ibunda. Papyrus menghela nafasnya. "Baiklah, ayo!"

"Ibunda, maafkan aku yang sudah mengikat jiwamu dalam kenanganku selama ini. Aku tidak bisa merelakan kepergianmu, maaf ya. Tapi sekarang, berbahagialah ibunda. Aku tidak sendirian seperti dulu lagi. Aku punya Fetti dan Imanri yang selalu berada disisiku. Berbahagialah Ibunda, karena senyumanmu lah yang membuatku bisa terus melaju sampai saat ini."

Papyrus kemudian melangkahkan kakinya bersama Fetti keluar dari kuil Ra. "Selamat tinggal, Ibunda."

Mereka berdua kemudian pergi meninggalkan kuil Ra dengan kereta kuda mereka. Sepanjang perjalanan, Papyrus terlihat senyum dengan penuh kebahagiaan. Fetti yang sedang menyiapkan buah-buahan, bertanya kepada Papyrus.

"Kau terlihat bahagia Papyrus, berbeda dari biasanya!" Fetti tersenyum kepadanya.

"Benarkah? Memangnya biasanya aku terlihat murung ya?" balas Papyrus penuh kebingugan.

"Bukan begitu haduh, hari ini kau terlihat lebih tulus?"

"Mungkin begitu, yang jelas aku bahagia sekarang."

"Tentu saja Papyrus, aku bisa melihat senyuman tulusmu itu. Senyuman itu, menghialngkan rasa sepiku."

"Rasa sepimu?" tanya Papyrus sembari sesekali melirik Fetti.

"Ya, aku ingat pada saat itu. Beberapa tahun yang lalu, sebelum aku mengenalmu."

**

"Dasar, Putri tidak tahu diri! Mentang-mentang kau keluarga kerajaan, kau berusaha mempermalukanku di depan anggota istana ya?!" Anak perempuan tersebut mendorong Fetti dengan sangat keras ke tanah.

"Bukan begitu maksudku! A-aku pikir karena kita sudah dekat, kita bisa pergi ke pesta istana bersama!"

"Kita ini hanya orang desa! Kita malu, pakaian kita begitu lusuh dihadapan semua anggota Istana. Lagian kamu ini juga pintar! Gausah sedih begitu deh. Sudah, ayo pergi!"

"T-tunggu! Kumohon!"

Tak lama kemudian, Fetti ditinggal sendirian. Semua anak-anak di sekolah sudah pergi pulang, hanya Fetti yang belum pulang saat itu. Semua orang, selalu pulang bersama teman atau orangtua mereka. Semuanya tidak pernah sendiri saat pulang. Sedangkan Fetti, tak memiliki siapapun disisinya. Ia tidak pernah merasa memiliki seseorang yang benar-benar peduli dengannya.

Fetti melangkahkan kakinya, menuju Istana sendirian. Jalanan yang sepi dan sunyi, begitu menusuk hati Fetti. Sepanjang perjalanan, ia hanya bisa berkhayal akan seorang teman yang menemaninya pulang. Namun, tidak ada yang benar-benar menemaninya.

Semua orang yang ia percayai dan hargai, bahkan tidak menganggap keberadaannya. Fetti selalu sendiri, duduk di depan kelas agar dapat fokus memahami pelajaran. Sesaat bel istirahat berbunyi, ia hanya bisa memandang langit sendirian, di ujung lorong kelasnya yang berada di lantai 2. Terkadang beberapa anak laki-laki menganggunya, dan mengolok-olok Fetti. Fetti terdiam, tak melawan.

**

"Fetti, aku- maaf jika kau harus merasakan semua hal itu."

Fetti hanya tersenyum, "Tak apa Papyrus, aku sudah memaafkan semuanya. Yang terpenting, ada kau dan Imanri, serta kepala Dayang yang selalu mendengarkanku. Yang menganggap keberadaanku, yang selalu berada di sisi ku."

"Tentu saja Fetti, aku berjanji tidak akan membiarkanmu jalan sendirian lagi seperti dulu." Jawab papyrus dengan penuh keyakinan.

"Terima kasih, Papyrus. Itu lebih dari cukup." Ucap Fetti yang kemudian menyuguhkan semangkuk buah potong kepada Papyrus. "Mari kita makan siang bersama!"

"Tentu saja, ayo!"

Mereka berdua meneruskan perjalanan mereka. Sesekali mereka berkemah dan melanjutkan perjalanan mereka keesokan harinya. Setelah beberapa hari perjalanan, akhirnya Fetti dan Papyrus sampai di Mesir.

"Lihat Papyrus! Kita sudah sampai!"

Mereka kemudian turun di depan istana kerajaan Mesir. Beberapa pelayan datang dan membenahi barang-barang yang berada di kereta kuda mereka. Mereka turun dari kereta kuda dan berjalan menaiki tangga memasuki istana.

"Hey, Papyrus. Terima kasih, telah memberikanku harapan. Harapan untuk memulai sesuatu yang baru, dan mempercayai orang kembali."

"Tentu saja Fetti, aku tidak akan meninggalkanmu. Dan, apa yang kau lakukan untukku saat keracunan, aku tidak bisa membayar jasamu dengan apapun. Jadi, terima kasih juga!"

Mereka berdua kemudian tersenyum satu sama lain. "Baiklah, ayo temui Ayah, kemudian menjenguk Ayahanda Amanrah."

Mereka berdua kemudian berjalan masuk menemui Firaun Merenrei. Disisi lain, Ratofer yang menyadari kepulangan mereka, berdoa kepada para dewa.

"Oh God and Goddess of Egypt, thanks for Keeping both of them safe."

Papyrus dan Fetti kemudian bertemu Firaun merenrei di Aula Istana.

"Ayah, kami pulang. Kami berhasil kembali dari kuil Serqet dan kuil Ra dengan selamat."
"Loh, memangnya selama ini kalian berdua pergi? Kenapa kalian tidak pamit terlebih dahulu?"

Fetti dan Papyrus terkejut, mereka menatap satu sama lain.

"Maaf, Yang Mulia. Tapi kami sudah izin dan berpamitan kepadamu sebelumnya."

"Benarkah? Aneh, rasanya aku tidak melihat kalian pergi. Kalian yakin sudah berpamitan? Atau mungkin hanya perasaan kalian saja?"

"Kami sangat yakin ayah!" ucap Fetti dengan penuh keyakinan kepada Ayahnya, Merenrei.

"Baiklah, kalian beristirahat saja. Dan papyrus, mungkin kau mau menemui Amanrah dan Imanri. Mereka sedang dirawat di salah satu kamar, Prajurit Mesir berhasil menyelamatkan mereka dari ular yang mengejar mereka." Ucap Merenrei.

"Oh tidak- AYAH!" 

KINGDOM OF OASISNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang