CHAPTER 9 - PERJALANAN

12 4 1
                                    

Kemudian Cahaya mentari kembali bersinar, suara orang-orang kembali terdengar. Namun Fetti dan Papyrus masih dalam shok begitu juga dengan sang Penyihir.

"P-papyrus, apa itu tadi?"

"Aku tidak tahu Fetti. Apa yang barusan terjadi Kepala Desa?"
"T-tadi, tadi itu adalah sosok agung Yang Maha Besar Anubis. Sang Dewa Kematian, yang menjaga desa ini. Oh betapa diberkatinya aku dapat bertemu dengannya!" Jawab sang Penyihir sembari menyembah patung dewa Anubis dengan penuh tangis.

Fetti dan Papyrus hanya bisa terdiam karena terkejut atas apa yang mereka lihat. Mereka yang masih gemetar ketakutan, akhirnya keluar dari Altar penyembahan patung Dewa Anubis perlahan-lahan. Mereka duduk di pinggir dekat pusat desa.

Tak lama kemudian, Sang Penyihir atau yang biasa disebut Kepala Desa mendatangi mereka berdua. Semua orang tampak bersyukur sekali setelah berdoa kepada Dewa Anubis.

"Oh Pangeran Papyrus dan Putri Fetti, saya sangat berterimakasih karena telah mendatangi desa kecil ini. Karena kalian, saya dapat bertemu dengan Dewa Anubis setelah sekian lama."

"Oh, uhm- tentu saja." Jawab Papyrus dan Fetti dengan penuh canggung.

"Sebagai rasa terima kasih, saya akan memberikan ini untuk kalian berdua," beberapa warga desa datang membawa sebuah Kereta Kuda baru, "kami dengar kereta kuda kalian rusak di tengah perjalanan, jadi akan kami berikan yang baru."

"Kepala Desa, sungguh kami sangat berterima kasih atas hadiah anda. Ini akan sangat berguna bagi kami. Namun sayangnya, kami harus pergi menuju Kuil Dewi Serqet secepatnya."

"Tentu saja Pangeran, silahkan bersiap. Beberapa warga akan menaruh bekal makanan dan tenda untuk kalian selama perjalanan nanti."

Papyrus dan Fetti kemudian memberi salam kepada kepala desa. Dan tak lama kemudian, mereka pergi meninggalkan desa. Semua warga desa, terutama anak-anak melemparkan bunga saat mengucapkan selamat tinggal.

Waktu demi waktu terus mengalir, pemandangan Padang pasir dan gunung batu menjadi pemandangan selama perjalanan mereka. Hingga akhirnya, langit mulai berwarna kuning oranye mulai menghiasi angkasa. Fetti dan Papyrus memutuskan untuk beristirahat di sebuah oasis kecil tak jauh di hadapan mereka. Disana terdapat sebuah kolam air kecil dengan beberapa pohon kelapa di sekitarnya. Mereka pun membangun tenda untuk beristirahat.

Disisi lain, jauh di bawah tanah yang terdalam, Akhen dengan Api Persembahannya, menggunakan sebuah sihir untuk membuat cermin yang dapat melihat segalanya. Api membara berwarna hijau kehitaman menghiasi cermin tersebut. Terlihatlah Fetti dan Papyrus yang sedang bersiap untuk bermalam disitu. Akhen melihat cermin itu penuh dendam dan amarah.

"OH SETH GOD OF AMBOS! GIVE ME YOUR POWER TO STRIKE DOWN YOUR ENEMY! GIVE ME POWER TO STRIKE DOWN PAPYRUS AND FETTI. LET THEM KNOW WHAT DESPAIR IS!" teriak Akhen dengan nadanya yang terdengar sangat kejam.

Tak lama kemudian, tanah bergetar dengan sangat kencang. Namun hanya Papyrus dan Fetti yang tidak bisa merasakannya. Seketika semua hewan berbisa ditempat itu mati dan mayatnya menjadi busuk dalam sekejap mata. Hingga, muncullah seekor kalajengking berukuran sedang, dengan motifnya yang berwarna kuning kehijauan dan racun ungu yang menetes di ujung sengatnya.

Ia menggali keluar dari dalam tanah. Terlihat Papyrus yang sedang mendirikan tenda, dan Fetti yang sedang menyalakan api unggun. Kalajengking tersebut kemudian mendekati kaki Papyrus yang sedang berbicara dengan Fetti.

"-dan oh ya Fetti, apa yang dulu kau suka baca saat kau pergi ke perpustakaan?"
"Aku? Haha tidak begitu menarik. Aku dulu sangat tertarik membaca tanaman obat herbal."
Saat papyrus ingin berbicara, ia sadar akan kalajengking yang sedang melata di kakinya. IA terkejut dan dengan refleks menendang kalajengking tersebut.

"Ah Sial! Kalajengking itu hampir saja menyengat kakiku." Ucap Papyrus yang kemudian menebas kalajengking tersebut dengan pedangnya.

"Papyrus kau tak apa?"
"Tidak apa Fetti. Aku hampir saja disengat oleh kalajengkig itu."
"Syukurlah. Mari kubantu mendirikan tendanya."

Mereka berdua kemudian mendirikan tenda masing-masing dan beristirahat untuk beberapa saat. Tak lama kemudian mereka berdua keluar untuk makan malam. Mereka terlihat sangat menikmati makanan yang dibawakan oleh warga desa.

"Aku jujur sangat menyukai makanan dari para warga desa. Semuanya terasa sangat lezat!"
"Iya! Aku setuju denganmu Fetti. Entah mengapa, makanan ini mengingatkanku pada masakan Ibunda saat dahulu. Entah mengapa, secara tiba-tiba aku merindukannya."
"Kau tahu Papyrus? Dahulu sekali ada yang bilang, jika kau sudah pergi meninggalkan dunia ini, jiwamu akan berubah menjadi sebuah bintang yang menghiasi gelapnya langit malam yang dingin dan sepi. Percayalah padaku, Ibunda sedang tersenyum padamu diantara bintang-bintang yang ada dilangit." Jawab Fetti yang kemudian tersenyum pada Papyrus.

"Aku percaya padamu Fetti." Papyrus membalas senyuman Fetti.

"Hey Papyrus, mari lihat bintang bersamaku! Disana sepertinya terlihat seperti tempat yang cocok!" teriak Fetti yang kemudian naik ke atas sebuah batu besar. Papyrus kemudian berdiri dan mengikuti Fetti.

Sesampainya diatas batu, Mereka berdua terdiam, menikmati terlihat hamparan langit bagai sebuah permadani yang dihiasi jutaan bintang yang bersinar terang. Terlihat juga kilauan hijau bagai aurora yang menyinari langit tersebut. Papyrus dan Fetti terpukau atas keindahan tersebut.

"Woah..." ucap Papyrus.

"Bagaimana Papyrus? Apakah kau sudah melihat senyum Ibunda di atas sana?"
"Aku tidak melihatnya, namun aku merasakannya. Kehangatan senyumnya, membuat hatiku tenang. Senyumnya yang hangat, mengingatkanku pada indahnya bintang-bintang di langit."
"Aku senang jika kau pun senang Papyrus." Ucap Fetti dengan penuh senyum.

"Terima kasih Fetti, sungguh. Kedatanganku membuat ku-" Papyrus terjatuh tak sadarkan diri.

"Papyrus!"

"Oh Papyrus, bangunlah! Kumohon, bangun!"

Fetti kemudian membawanya turun dari atas batu ke dekat api unggun. Ia yang panik segera mencipratkan air ke wajah Papyrus. Namun ia masih juga tak sadarkan diri. Papyrus terlihat sangat pucat, badannya berkeringat dingin, suhu tubuhnya naik. Fetti yang kemudian memeriksa beberapa bagian tubuh Papyrus.

Ia terkejut bukan main. Ia melihat sengatan kalajengking yang sebelumnya pada kaki Papyrus. Bekas sengatannya sangat kecil sehingga sulit dilihat oleh mata.

"Oh, ya ampun. Ini bahaya, ini sungguh bahaya!"

Fetti dengan cepat membawa Papyrus ke dalam tenda. Ia merebahkannya dengan sangat hati-hati. Ia dengan sigap memanaskan semangkuk air untuk mengompres dahi Papyrus. Fetti berjaga semalaman menjaga Papyrus, yang terlihat sangat pucat dalam sekejap.

Keesokan harinya, Papyrus terlihat semakin pucat. Beberapa bagian tubuhnya berubah menjadi keunguan, nafasnya semakin tersengal-sengal, suhu tubuhnya semakin meningkat. Fetti yang berjaga semalaman terus mencari cara untuk membuat Papyrus bertahan. Fetti terus mencari tanaman herbal disekitar oasis untuk Papyrus. Namun, tak ada reaksi apapun. Keadaan tubuhnya semakin melemah.

"Papyrus... Kumohon..." ucap Fetti dengan kepalan di tangannya, menahan tangis saat melihat keadaan Papyrus. Ia terdengar sangat sedih dan bingung. Hingga tiba-tiba, ia teringat akan sesuatu.

"Oh tunggu, jika aku tidak salah, daerah ini memiliki banyak lembah dan pegunungan batu. Tempat itu sangat cocok menjadi tempat tumbuhnya bunga kematian, obat paling ampuh menyembuhkan berbagai penyakit! Menurut peta, aku harusnya dapat kembali lagi kesinii dalam setengah hari. Aku pasti bisa lebih cepat jika memakai kereta kuda! Ya, aku bisa!" Pikir Fetti dalam hatinya. Ia kemudian menghampiri Papyrus dan memegang tangannya dengan sangat erat.

"Papyrus, tunggulah aku disini. Aku akan mencari obat untukmu. Oke? Kau bertahanlah. Aku sudah berjanji padamu waktu itu, bahwa aku akan melindungimu. Sungguh, aku akan menepati Janjiku! Berthanlah!" ucap Fetti yang kemudian mengecup tangan Papyrus dan berdoa memohon perlindungan para dewa.

Dengan penuh keyakinan, Fetti memacu kereta kudanya menuju lembah di arah timur. Ia percaya, dan telah berjanji, bahwa ia akan terus melindungi papyrus. Apapun yang terjadi.

KINGDOM OF OASISNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang