Takdir?

458 54 16
                                    

Awas Typo..

.
.
.
.

Sudah satu Minggu sejak pertemuan tak terduganya dengan seseorang yang berhubungan dengan masa lalunya, Win menjadi sedikit khawatir. Akankah mereka juga menemukan Samuel dan Samantha? Win menggeleng, mencoba mengenyahkan pikiran buruk yang hinggap di kepala cantiknya itu.

" Win? Are you oke?" Oh? Win mengangkat kepalanya dan melihat phi jennie yang tengah memperhatikannya khawatir. Wanita cantik itu mencoba tersenyum. " Im ok phi.." Jennie mengangguk meskipun dia sedikit tidak yakin.

" Hm baiklah, jika kau ada masalah ceritalah. Walaupun phi tidak bisa membantu banyak tapi setidaknya kau merasa sedikit lega." Win tersenyum lebar lalu menyentuh tangan phi jennie yang berada di pundaknya.

" Thank you phi, tapi untuk saat ini aku baik-baik saja." Wanita berkulit tan itu menghela nafas lalu mengangguk. Dan kembali meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Lagi-lagi Win terdiam, hidupnya kini baik-baik saja. Dia sudah cukup bahagia dengan kedua anak kembarnya. Win tidak ingin berharap lebih, hanya ketenangan dalam menjalani kehidupannya, itu saja.

Ting

Dentingan lonceng tanda jika pintu terbuka mengalihkan perhatian Win lalu bibirnya tersenyum lebar ketika tahu siapa yang baru saja masuk.

" Aaah, hai tampan.. sudah lama rasanya kau tidak mampir ke toko." Itu phi Jennie, dia memang selalu genit pada setiap pria tampan yang ditemuinya tak terkecuali pada Lee Thanat.

" Sawadi khap phi Jen.." Lee menyapa Jennie yang lagi-lagi berteriak heboh.

" Kau kesini pasti merindukan cookies kami kan?" Win tersenyum seraya menggeleng mendengar pertanyaan sahabatnya itu. Lee terkekeh lalu berpura-pura seakan dia sedang berpikir.

" Hmmm, bisa di bilang tebakan phi benar.." Jennie bertepuk tangan kegirangan.

" Tapi, yang lebih kurindukan itu si pembuatnya phi. Bagaimana?" Jennie menghela nafas panjang berpura-pura kesal.

" Hoih, dia bahkan masih mengacuhkanmu. Bisakah kau berpindah saja kesini?" Jennie menunjuk dadanya dengan wajah genitnya. Win menahan tawanya, Lee menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan memejamkan sebelah matanya.

" Maaf phi, aku sih ingin pindah. Tapi...." Win mengernyit ketika Lee menatapnya jenaka.

" Dia sudah mengurung hatiku. Jadi aku tidak bisa pergi kemana-kemana lagi." Win menggeleng dan berpura-pura sibuk dengan buku di depannya.

Jennie berkacak pinggang dan menatap Win tegas. " Win, jika kau terus mengacuhkannya biar phi yang urus si tuan tampan ini.  Bagaimana?" Win memutar kursinya dan menatap dua orang di depannya yang memperlihatkannya tapi dengan cara yang berbeda.

" Jika phi mau, silahkan.." Lee merajuk sedangkan Jennie kegirangan. Win tertawa setelahnya.

" Kenapa tidak bilang jika sudah pulang?" Lee melambai tangan pada Jennie yang memilih kembali ke dapur. Kini perhatiannya sepenuhnya pada Win.

" Kejutan?" Win memasang wajah seperti ingin muntah dan Lee tertawa melihatnya.

Kini keduanya berada di taman dengan masing-masing minuman yang sempat di beli tadi.

" Bagaimana kabarmu?" Win tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban. Lee menghela nafas.

" Kau tahu, aku merasa bosan selama berada di Jepang." Win mencebik mendengar keluhan pria di sampingnya itu.

" Tapi postinganmu tidak mengatakan jika kau kebosanan disana." Lee tertawa mendengar sanggahan Win.

" Itu kan hanya foto.." Win mengangguk dan memilih untuk meminum blue hawainya.

Samuel & SamanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang