meminta kesempatan

316 41 16
                                    

Warning rutin..

Hati-hati typo nya... 😁😁

Happy reading 😚😚

.
.
.
.

"Apa 'dia' yang buat mommy menangis?"

Deg...

Win mengurai pelukannya dengan sang anak tercinta, menatap pemuda tampan itu dengan tatapan bingung.

"Dia?" Samuel belum menjawab, tapi netranya terus memperhatikan bagaimana kebingungan tergambar jelas di wajah cantiknya.

"Masa lalu mommy?" Bukan pertanyaan, tapi sebuah kalimat yang terdengar seperti tebakan. Membuat Win tersenyum tipis ketika mendengarnya.

Kedua tangannya terulur untuk menangkup wajah yang ada di depannya. Ibu jarinya mengusap pelan. "Mommy baik-baik saja, kenapa El bisa berpikir seperti itu?" Pemuda itu tersenyum kemudian menggeleng pelan.

"El hanya tidak suka melihat mommy selalu seperti ini." Jawaban Samuel lagi mengundang tanya di kepala Win.

"Selalu?" Samuel mengangguk untuk mengiyakan apapun yang ada di pikiran ibunya.

"Maaf, waktu itu El tidak sengaja mendengar obrolan mommy dan grandma..." Pemuda itu tertunduk dalam, menyesali perbuatannya yang memang tidak sopan. Tapi Samuel juga tidak bisa mengabaikan jika apa yang dia dengar berhubungan dengan mereka bertiga. Ya, mommy, Samuel dan juga Samantha.

Bukan dia tidak tahu, Samuel tahu jika dirinya dan Samantha masih memiliki seorang ayah. Walaupun mommy tidak pernah mau menceritakannya, tapi dirinya sudah dewasa dan bisa menangkap kondisi yang terjadi di sekitarnya.

Apalagi, sejak kecil dirinya dan Samantha kerap sekali melihat mommynya yang selalu mendapat pertanyaan tentang..

"Ayahnya kemana?

Wah tampan sekali, pasti mirip ayahnya..

Kamu hebat bisa urusin anak kembar sendiri, memangnya kemana ayahnya?

Kami ibu-ibu disini sudah tahu, kalau kamu pasti di tinggal sama laki-laki yang harusnya tanggung jawab sama si kembar.

Makanya Bu, pacaran jangan berlebihan. Kalau sudah begitu.. yang jadi bapaknya pasti tidak mau bertanggung jawab

Samuel yang saat itu masih berusia tujuh tahun, tidak pernah absen dalam satu Minggu mendengar bagaimana jahatnya mulut tetangga yang berbicara tentang mommy.

Mereka tidak pernah peduli apakah mommy bersama dengan dirinya atau Samantha atau pun seorang diri.

Dan saat itu juga, Samuel selalu mendapati mommy menangis di dalam kamarnya. Mengumpat beberapa kata kasar yang di tujukan untuk seseorang yang membuat mereka hidup dalam pandangan hina orang lain.

Syukurnya, Samantha memiliki sifat masa bodo. Dia terlalu acuh tak mempedulikan apa kata orang lain. Jika dia terganggu maka Samantha akan sedikit bersikap lebih kasar untuk menggertak mereka yang selalu mengatakan kata-kata  sampah.

Tapi sayangnya, tidak dengan mommy. Selalu ada rasa khawatir yang menghinggapinya ketika beberapa anak tetangga datang hanya untuk mengejek Samantha atau dirinya yang tidak memiliki sosok ayah.

Samuel marah? Tentu saja. Dirinya adalah satu-satunya lelaki di rumahnya, dan karena hal itu pula yang membuat mau tidak mau, Samuel harus bersikap dewasa di usianya yang masih terbilang dini. Nuraninya berkata

Samuel & SamanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang