bagaimana hatiku?

368 58 32
                                    

Sorry pake lagu indiheee 😂😂

Awas Typo ya gaes..

.
.
.
.
.

" Maaf tu-----phi....." Win terdiam, terlalu shock hingga membuat bumi serasa berhenti berputar. Bukan hanya itu, raganya seakan tak berpenghuni ketika melihat siapa yang ada di depan matanya.

Dengan cepat Win segera meletakkan biskuit yang tadi di pegangnya. Dan meninggalkan pria yang masih terdiam karena pertemuan mereka yang tidak di sengaja. Win melangkah menuju kasir dan tergesa-gesa memberikan semua belanjaannya. Pria tersebut segera berbalik dan menyusul Win yang terburu-buru untuk menghindarinya.

" Kita harus bicara.." Win mengacuhkan ucapan pria yang berdiri di sampingnya. Pria tersebut terus memperhatikannya.

" Ini, kembaliannya ambil saja." Win pergi dengan cepat setelah memberikan selembar uang pada kasir. Pria itu melangkah untuk mengejar Win, tapi tertahan ketika si kasir menahan jaketnya.
" Tuan, silahkan bayar dulu rokoknya." Dengan tergesa dia merogoh dompetnya dan mengeluarkan satu lembar uang dengan nominal yang besar. ( Anggap aja cepe ya 🤭).

Setelahnya melenggang pergi menghiraukan teriakan kasir karena kembaliannya tidak di ambil.

Win mempercepat
Langkahnya  dengan tergesa-gesa, takut jika pria itu akan mengikutinya walaupun sebenarnya iya. Win mengabaikan teriakan pria tersebut.

Sret

Prak

Belanjaan Win terjatuh ketika tangannya di raih dengan paksa oleh pria yang memiliki wajah blasteran.

" Kita harus bicara.. ada yang ingin aku tanyakan." Luke menahan tangan Win cukup erat. Mengabaikan jika wanita yang ada di depannya ini tengah berontak. Mencoba untuk melepaskan cekalannya.

" Kau Win, aku tahu itu. 16 tahun silam, kau datang ke rumahku hingga tengah malam.." Win menatap pria didepannya dengan silau mata yang memendam kemarahan. " Aku bukan orang yang kau maksud." Luke berdecih, melepas cekalannya pada tangan Win dan mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Win membuang wajahnya enggan untuk melihat orang yang berhubungan dengan 'dia'.

Meskipun ada desakan rindu yang terasa menghimpit ingin di keluarkan, tapi emosi yang lebih mendominasinya, meski hati ingin bertanya dimana dirinya? Kemana dia selama ini? Pernahkah dia mengingatku walau hanya sekejap? Pernahkah dia memiliki keinginan untuk mengabariku walaupun hanya sekedar salam? Tapi akal pikirku mencegahnya.

Kali ini saja, buat diriku bersikap  egois dan acuh. Kali ini saja, biarkan Win bersikap jahat.  Jangan libatkan anak-anak, sebentar saja. Win hanya tidak ingin menjadi terlalu lemah di depan orang-orang yang telah membuatnya terpuruk.

" Malam itu kau datang ke rumah untuk memberikan adikku ini?" Win menarik kepalanya perlahan dan penglihatannya terasa buram karena air mata yang mulai menggenangi pelupuk matanya. Dengan erat win mencengkeram rok yang di pakainya. Kenapa di saat dirinya merasa lebih baik Tuhan mengirimkannya sesuatu yang membuatnya harus kembali ke ingatan yang menyakitkan itu?

Apakah Tuhan tidak merestuinya untuk hidup dengan tenang?

" Maafkan Bright.. dia----"

" Untuk apa?" Luke menghentikan kalimatnya ketika Win menyelanya. Luke tertegun melihat sorot mata wanita di depannya yang terlihat begitu rapuh.

" Win..." Tapi gelengan yang Luke terima membuatnya lagi-lagi berhenti berucap.

" Cukup phi.. jangan pernah membawa sesuatu dari masa laluku. Susah payah, susah payah aku berusaha untuk hidup baik-baik saja." Win berkata dengan suara bergetar. Dia berusaha untuk menguatkan hati dan perasaannya.

Samuel & SamanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang