Seperti biasa gak lupa ngingetin..
Hati-hati typonya yaaaaa....
.
.
.
.
.Malam ini suasana rumah yang biasanya terasa hangat itu kini berubah menjadi sedikit dingin.
Bukan karena cuacanya, tapi karena sikap satu orang yang selalu menciptakan kehangatan di rumah sederhana ini tengah diam seribu bahasa.
Sosoknya begitu enggan menatap pada dua mahluk yang susah payah telah ia lahirkan 16 tahun lalu, yang kini terduduk dengan kepala yang di tundukkan.
Sedangkan tiga mahluk dewasa lainnya memilih untuk diam tanpa berani untuk ikut campur terlebih dulu.
"Maaf mi.." satu kata maaf meluncur dengan penuh penyesalan dari mulut Samantha.
Gadis yang biasanya selalu dingin dan selalu berani itu, kini terlihat pasrah dan takut dengan sikap dingin sang mami.
Ya, yang paling Samantha takuti adalah keterdiaman sang mami.
Samantha lebih memilih maminya yang cerewet memarahinya dari pada harus melihat maminya yang mendiamkannya seperti ini."Maafin Sam, Mami. Sam tidak bermaksud untuk membohongi, Mami." Lagi Samantha memohon maaf dengan penuh penyesalan.
Metawin masih bertahan pada posisinya. Menatap sendu suasana malam diluar sana melalui jendela rumahnya.
"El juga minta maaf sama Mami, karena sudah tidak jujur dan membantu Sam untuk menutupi nya." Samuel pun ikut meminta maaf pada sang Mami dengan raut dan suara sedihnya.
"Untuk apa?" Satu kalimat tanya yang keluar dari mulut Metawin membuat Samantha dan Samuel saling melempar pandang.
Gadis belia yang meminta saran dan Samuel yang mencoba untuk memberikan dukungan pada saudaranya itu lewat gerak mata.
Samantha bangkit dari duduknya, kaki pendeknya berjalan pelan mendekati sang Mami yang berdiri membelakanginya. Perlahan tapi pasti, tangan kecilnya ia lingkarkan di perut sang mami. Menyandarkan sisi wajahnya pada bahu wanita yang telah melahirkannya itu.
Tinggi badan yang tidak jauh berbeda membuat Samantha tidak begitu sulit untuk menyamankan pelukannya pada sang Mami.
"Maaf sudah membuat Mami kecewa. Sam tidak ada maksud untuk membohongi Mami selama ini." Gadis belia itu berucap dengan suara yang pelan dan penuh penyesalan.
Helaan nafas panjang dan berat begitu nyaring terdengar di telinga Samantha karena posisinya yang sekarang tengah memeluk Metawin dari belakang.
"Sam tahu Mami kurang suka lihat Sam memainkan gitar, entah apa alasannya Sam tidak akan pernah bertanya pada Mami. Tapi, Sam hanya menyukainya. Ketika memainkannya Sam seperti merasakan kedamaian yang selama ini Sam cari." Metawin diam, tanpa berniat untuk menyela kalimat yang belum selesai Samantha sampaikan.
"Selama ini Sam terus berpura-pura untuk menjadi tuli atas apa yang orang katakan pada kita. Berbagai cara Sam coba untuk menghalau setiap hinaan yang mereka tuduhkan kepada kita, dan hasilnya tetap sama. Sam selalu bisa mendengarnya, Mi." Tanpa mereka tahu, gadis yang selalu terlihat dingin dan kaku itu, kini sedang berusaha payah menahan air matanya juga suaranya agar tetap terdengar biasa saja.
Walaupun sebenarnya ada rasa sesak yang begitu menghimpit rongga dada, hingga membuatnya begitu sulit meskipun hanya sekedar menarik nafas.
"Selama ini Sam hanya berusaha untuk tetap diam, tanpa mau bertanya pada, Mami. Karena Sam tahu, dengan melakukan hal tersebut justru Mami yang akan tersakiti nantinya. Sam tidak mau melihat Mami sedih dengan mengorek masa lalu yang mungkin itu adalah sesuatu yang menyakitkan untuk mami." Kalah, pada kenyataannya hati seorang Samantha tidak sedang bisa di ajak untuk berkompromi meskipun hanya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samuel & Samantha
Romancehanya imajinasi author yang lagi bucin bucinnya sama couple brightwin. SG Marriage life family drama