sebenarnya apa yang terjadi?

181 27 12
                                    

Awas typo

.
.
.
.

Kini, di waktu yang masih terlalu pagi pria berwajah blasteran itu sudah duduk manis di cafe milik sahabatnya itu. Tidak menghiraukan pandangan heran beberapa pelayan yang sedang membereskan cafe karena memang mereka baru buka.

"Permisi tuan.." seorang pelayan laki-laki mencoba memberanikan diri untuk menyapa pria yang sudah diketahui sebagai teman dari atasannya itu.

Bright yang merasa di sapa pun tersenyum tipis seraya mengangguk pelan.

"Ya?" Balasnya dengan memperhatikan si pelayan yang terlihat bingung untuk memulai pembicaraan.

"Maaf sebelumnya tuan, jika saya menganggu. Tapi, sebaiknya tuan menunggu di dalam ruangan bos saja." Bright berpikir sejenak, ada benarnya juga. Lagi pula Bright berpikir mungkin mereka kurang nyaman bekerja jika ada dirinya di sini. Maka pria yang hanya mengenakan kaos putih polos dan celana jeans biru itu memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan menyetujui saran dari pelayan tersebut.


"Baiklah, kalau begitu saya permisi." Si pelayan tersenyum kikuk dan mengangguk sebagai respon dari ucapan Bright.

Jika kalian bertanya, untuk apa Bright pagi-pagi sekali sudah berkunjung di cafe milik sahabatnya? Apakah dirinya tidak bekerja? Ya, jawabannya adalah tentu saja untuk bertanya pada Tay tentang seseorang juga menceritakan tentang mimpi yang sama yang selalu menghantuinya beberapa tahun terakhir. Di samping itu, Bright juga menghindari sang kakak yang mengiriminya pesan jika pria itu akan mampir ke kantornya.

Karena jujur saja, Bright sedang tidak ingin berkomunikasi dengan ibu, ayah bahkan kakaknya. Terlalu malas jika dirinya lagi-lagi harus mengeluarkan tenaganya hanya untuk berdebat dengan ketiga orang yang notabenenya adalah keluarganya sendiri.

Masa bodoh, Bright tidak mau peduli tentang itu. Apalagi sekarang hidupnya harus di ganggu oleh keberadaan wanita yang sama sekali tidak ia inginkan dan sudah cukup membuatnya merasa muak.

Bright mendudukkan dirinya di sofa yang terdapat di ruang kerja sahabatnya seraya memainkan ponsel pintarnya. Mengirimkan Sekretarisnya pesan untuk memundurkan jadwal meeting yang harus di adakan pukul 08.30 nanti. Dan mengatur ulang jadwalnya karena hari ini ia berniat untuk bolos bekerja.

.
.
.
.

Sedangkan di lain tempat

Sam dan El sedang duduk di samping lapangan dengan kernyitan di kening karena terik matahari pagi hari ini cukup menyilaukan mata.

Hari ini adalah pelajaran olahraga yang mengharuskan El dan teman sekelasnya harus berada di lapangan.

Di tengah lapangan sana pak guru sedang membagi regu untuk permainan kasti yang akan mereka lakukan pagi ini.

Sam yang mencoba mengikat rambut panjangnya melirik sebentar pada kembarannya itu.

"Kamu melamun? Kenapa? Ada apa?" Pertanyaan to the point yang di lontarkan Sam membuat pemuda yang diam tanpa ekspresi itu mengalihkan atensinya pada gadis yang saat ini juga tengah menatapnya penasaran. Sam memang tipe yang tidak bisa berbasa-basi.

"Eum.. aku ingin bertanya padamu." Dengan respon cepat, gadis itu memutar badannya agar menghadap sepenuhnya pada El.

"Katakan" satu kata yang keluar dari mulut Sam membuat El kembali berpikir.

"Haruskah ia tanyakan hal ini? Sekarang? Apa waktunya sudah tepat?"  Bukannya menimpali ucapan kembarannya, Samuel justru bertanya-tanya dalam hati dengan penuh keraguan.

Samuel & SamanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang