kau kemana

361 61 19
                                    


.
.
.
.
.

Ini part flashback ya.. makanya text nya kubuat miring..

Awas Typo..

.
.
.
.
.

Tubuhnya bergetar ketika melihat satu benda tipis di tangannya menunjukkan dua garis merah dengan begitu jelas. Kedua matanya menatap satu bangunan yang berdiri megah didepannya.

Berharap lelaki yang sejak tadi ditungguinya mau keluar dari istananya dan menemuinya. Memeluknya, mengusap punggungnya lembut dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Kedua tangannya menggenggam pagar besi istana tersebut dengan kuat.

Seorang security berpakaian seragam hitam datang menghampirinya. " Nona, ini sudah malam. Lebih baik kau pulang saja." Win muda menggeleng dengan mata berair.

" Aku harus bertemu phi Bai .. " security itu menghela nafas. " Tidak ada, tuan muda tidak ada di rumah." Security itu sebenarnya merasa kasihan dengan Win yang sejak tiga jam lalu berdiri menunggu majikannya.

Security itu menengadahkan kepalanya keatas ketika mendengar suara gemuruh Guntur. Langit juga cukup gelap tanpa ada satu bintang pun yang terlihat. Ya, langit sedang mendung dan sebentar lagi akan turun hujan.

" Nona sebaiknya anda pulang saja. Sebentar lagi akan turun hujan deras sepertinya." Win menggeleng menolak saran security itu.

" Tidak paman, biarkan aku disini. Aku ingin phi Bai datang menemuiku. Aku harus segera berbicara padanya." Helaan nafas lelah keluar dari mulut security itu. Dan memilih untuk pergi dari sana meninggalkan Win seorang diri. "Aku tahu kau ada disana phi..." Gumamnya seraya menatap nanar bangunan didepannya.

" Kau yakin tidak ingin menemuinya? Sebentar lagi turun hujan" pria yang di ajak bicara itu memilih untuk acuh dan memakai earphone lalu menyalakan musik dengan full volume. Menulikan indera pendengarannya. Kedua matanya terpejam erat mencoba menghilangkan bayangan yang cukup melukai perasaannya.

Luke, pria yang sejak tadi berdiri di jendela memperhatikan ke luar sana hanya menggeleng melihat tingkah laku adiknya tersebut.

Dia kadang merasa heran, mereka masih 17 tahun tapi hubungan adik dan kekasihnya itu terbilang serius. Berbeda dengannya yang lebih memilih untuk bermain-main saja.

Ayolah dia masih muda dan masih ingin berjelajah tidak terikat hanya dengan satu wanita. Bukankah itu sangat membosankan? Luke kembali mengalihkan perhatiannya ke luar sana.

Gadis itu masih bertahan walaupun hujan turun membasahi seluruh tubuhnya.

" Hey, diluar hujan deras. Tidakkah kau kasihan.? Dia kedinginan." Luke memperhatikan adiknya yang sepertinya memang bersikap acuh. Luke pun mengedikkan bahu dan memilih untuk pergi ke kamarnya.

Ini bukan urusannya, jadi untuk apa dia pusing? Dan lagi pula dia tidak mengenal gadis itu.

Win memeluk tubuh basah kuyupnya dengan gemetar. Kakinya masih bertahan ditempatnya dengan tangan yang mengepal erat benda tipis yang sejak tadi digenggamnya. Wajahnya memucat bibirnya bergetar dan mulai membiru karena dingin yang menusuk. Tapi tak ada niatan sedikitpun Win untuk pergi dari sana.

Sudah pukul 00.00 malam. Hujan juga tidak kunjung reda. Dan Win dengan keras kepala tidak ingin pergi dari sana sebelum bertemu dengan Bright-nya. Menghiraukan pening yang mulai dirasakannya. Kepalanya terasa berat, tapi Win tidak boleh pergi sebelum bertemu dengan Bright, Kekasihnya.

Samuel & SamanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang