di bawah hujan

367 59 13
                                    

.
.
.
..
.
.
.
.
.

Awas Typo

.
.
.

Hari ini Win sedikit lebih siang berangkat ke toko karena ada sedikit urusan dengan seorang temannya. Win menengadah ke langit yang sedikit mendung.

" Apa akan turun hujan?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Win mempercepat langkahnya untuk segera mencapai halte bus. Namun langkahnya kalah cepat karena hujan turun tiba-tiba dan membuat Win terpaksa harus berteduh sejenak di depan sebuah cafe.

.
.
.
.

Bright memasang wajah masam ketika gadis yang baru saja di jemputnya dari bandara itu terus saja bergelayut manja di lengannya yang sibuk mengendarai mobil. Jika bukan karena permintaan maenya, Bright terlalu malas untuk meluangkan waktu menjemput Tu.

" Honey, aku lapar. Bisakah kita makan siang dulu?" Bright membuang nafas keras. Jelas sebagai tanda jika Bright enggan untuk menuruti permintaan wanita disampingnya itu.

" Aku tidak bisa, masih banyak pekerjaan yang harus selesaikan hari ini." Tu yang menerima penolakan itu melepas pelukannya ditangan Bright dan melipat kedua tangannya didepan dada dengan wajah kesal.

" Aku tahu itu hanya alasan phi untuk menghindariku." Bright melirik sarkastis wanita disampingnya yang kini tengah mencoba merogoh tasnya untuk mencari ponsel canggihnya.

" It's ok, aku bisa bilang pada bibi dan Daddy untuk mempercepat acara pertunangan kita. Bukankah itu lebih baik?" Bright mengernyit dan menahan geramannya. Sedangkan Tu Tontawan tersenyum miring ketika melihat bagaimana reaksi pria disampingnya itu. Cara apapun akan dia lakukan untuk membuat Bright tetap di sampingnya dan menjadi miliknya. Walaupun dia harus menggunakan kekuasaan ayahnya sekalipun. Tidak masalah.

Bright sedikit mempercepat laju kendaraannya dan berhenti disebuah cafe yang cukup besar.

" Pesanlah sesukamu." Bright menghentakkan Bokongnya ke kursi dan memilih sibuk dengan ponselnya. Mengabaikan wanita yang duduk didepannya memesan cukup banyak menu yang ada.

Gemuruh Guntur terdengar, membuat Bright yang tengah sibuk mengirim chat pada sekretarisnya perihal pekerjaan pun harus teralihkan ke langit yang sedikit mendung.

" Phi, aku ke toilet dulu.." mengacuhkan Tu yang pergi ke toilet.

Rintik hujan mulai turun mengguyur kota Bangkok, Bright bisa melihat dari tempatnya duduk beberapa pejalan kaki berlarian untuk menghindari hujan.

Tapi ditengah minatnya memperhatikan orang-orang diluar sana, kedua retinanya menangkap siluit tubuh seorang wanita yang tampak familiar sedang berteduh didepan pintu cafe yang di singgahinya saat ini.

Dahinya mengernyit menatap tajam siluit yang sibuk menepuk cardigannya dari air hujan.

Rambut panjang ikal itu terurai  rapi. Mengingatkannya akan sosok yang sangat dirindukannya.

.
.
.

Win mengulurkan telapak tangannya untuk menangkap air hujan yang membasahi telapak tangannya.  Setelah sekian menit Win menarik kembali tangannya dan memasukkannya kedalam kantong cardigannya. Wajahnya dia tolehkan ke sisi kiri dan kanan, tapi gerakannya terhenti ketika kedua matanya tidak sengaja bertemu pandang dengan pria yang sudah memporak porandakan hidupnya. Tubuhnya terasa kaku, dadanya bergemuruh mengikuti ritme gemuruh hujan.

Win juga bisa melihat keterkejutan yang sama sepertinya pada wajah pria yang sudah 16 tahun ini tidak pernah dilihatnya.

Win merasakan panas di matanya, dadanya terasa sakit, saat melihat pria itu bangkit dari duduknya dengan cepat Win melarikan diri dari sana. Dia belum siap jika harus bertemu dengan Bright.

Samuel & SamanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang