.
.
.
.Berbeda dengan Bright yang tengah tersiksa oleh birahinya, Metawin justru kini berada di kamar Samantha. Duduk bersandar pada kepala ranjang dengan tangan yang masih setia mengusap penuh kasih sayang rambut gadis yang sudah terbuai mimpi indah itu.
Metawin memperhatikan wajah damai yang tengah tersenyum dalam tidurnya itu.
Senyum tipis muncul dibibir ranumnya. "Apa kamu mimpi indah?" Tanyanya pada sosok yang tidak akan menjawab pertanyaannya.
Tak bosan Metawin memperhatikan wajah cantik putrinya yang masih menampakkan senyum dalam tidur nyenyaknya. Namun di menit selanjutnya, senyum itu perlahan hilang tergantikan oleh raut gelisah. Metawin melihat kening putrinya mengernyit tak nyaman dalam tidurnya.
Igauan pelan mengucapkan kata "jangan" "bangun" di ucapkan sang putri tersayang dalam tidurnya beberapa kali hingga kegelisahan dan rasa tak nyaman mulai menganggu tidur nyenyaknya. Bahkan pelipis itu kini mulai mengeluarkan peluh.
Metawin memperhatikan dengan penuh tanya, apa gerangan yang di mimpikan oleh putrinya ini? Menegakkan punggungnya yang semula bersandar. Mengusap pelan seraya bergumam pelan agar putrinya kembali tidur dengan nyaman, walaupun racauan kata "jangan" dan "bangun" masih terdengar samar. Namun hanya beberapa detik, Samantha mulai terlihat tenang.
Helaan nafas panjang keluar dari mulut kecilnya. Ketika hendak kembali menyandarkan punggungnya, Metawin dikejutkan oleh teriakan Samantha yang cukup kencang.
Gadis itu bangun tiba-tiba dengan dada yang naik turun seperti habis lari maraton.
Wajahnya basah oleh peluh yang menetes dari dahi ke pelipis. Kedua manik coklat bening itu mengedar pandangannyake segala arah seakan tengah mencari seseorang. Ketakutan terlihat jelas diwajah yang tampak kelelahan itu.
"Hey, sayang... Kamu mimpi buruk?" Mendengar suara sang mami disampingnya, sontak membuat Samantha memutar tubuhnya. Memperhatikan sejenak wajah sang ibu yang turut memperhatikannya dengan khawatir, kemudian tanpa mengatakan sepatah katapun gadis itu menabrakan tubuhnya pada pelukan wanita yang telah melahirkannya itu.
Isakan lirih keluar dari mulut Samantha. Membuat Metawin semakin bingung juga khawatir dibuatnya.
Ketika hendak mengurai pelukan Samantha yang terasa kencang, justru Metawin merasakan gadis dalam pelukannya itu menggeleng heboh menahan tubuhnya untuk tetap memeluknya disertai tangisan yang terdengar menyakitkan.
"Sayang? Kenapa menangis? Mimpi apa yang membuatmu sampai seperti ini, hm?" Tanyanya dengan memberikan usapan lembut dipunggung putrinya yang masih bergetar seperti ketakutan.
Usapan lembut masih tetap Metawin berikan untuk menenangkan putrinya itu, mungkin saat ini Samantha belum mau menjawab pertanyaannya.
Setelah sepuluh menit berlalu, Metawin merasakan dengkuran halus di bahunya. Senyum terpatri di bibirnya ketika mengetahui jika Samantha kembali tertidur.
Perlahan Metawin menurunkan tubuh putrinya, membenarkan letak selimut berwarna Lilac itu untuk menutupi sebagian tubuh putrinya agar merasa hangat.
"Apapun mimpi yang kamu dapatkan, semoga itu hanya bunga tidur semata." Bisik Metawin di dekat telinga Samantha yang kembali pulas.
"Semua akan baik-baik saja..." Kini Metawin bisa melihat ketenangan kembali Samantha dapatkan dalam tidurnya. Walaupun jauh dilubuk hatinya ada kekhawatiran yang entah mengapa beberapa hari ini selalu menganggu pikirannya.
Metawin mematikan lampu yang ada di atas meja nakas, membaringkan tubuhnya di samping sang anak. Memejamkan mata menyusul sang anak menjemput mimpi indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samuel & Samantha
Romancehanya imajinasi author yang lagi bucin bucinnya sama couple brightwin. SG Marriage life family drama