BAB 8

171 13 0
                                    

Kini Kim tengah berdiri di depan pintu private lift sejak setengah jam yang lalu.

Ia gugup setengah mati, dengan keringat yang mengucur deras dari pelipisnya itu, Kim menyeka nya sesaat.

Ia sedang menggenggam ponsel genggamnya saat ini yang menampakan beberapa angka yang diketahui sebagai password unit yang akan ia datangi sore ini.

Tangannya yang dingin pun di lepas dari rematan dipinggir blouse baby blue yang tengah ia kenakan hari ini.

Gadis itu telah membulatkan tekadnya. Bahwa ia harus segera mengambil barang yang merupakan hak nya itu sekarang juga.

Bukannya apa, masalahnya minggu depan ia akan ada ujian dan itu membutuhkan kartu kemahasiswaan untuk mengikutinya. Jika tidak ia akan tidak diperbolehkan ujian dan harus mengulang semester depan.

Sedangkan jika ingin mengurus ulang dan melaporkan kehilangan kartu tersebut, ini sudah memasuki waktu yang mepet. Mau tidak mau, ia harus menginjakkan kakinya untuk yang kedua kali di apartemen mewah itu.

Yeah. Tentu saja sejak kejadian malam itu.

Bunyi 'pip' menyadarkan Kim dari lamunannya sesaat, ia mulai merajut langkahnya dengan hati-hati memasuki penthouse yang luas dan megah tersebut.

Kim tidak menemukan seorangpun disana, untuk beberapa saat ia mengedarkan  pandangannya ke sekeliling ruangan mengagumi kemewahan dari unit bergaya Victorian modern itu dengan seksama.

"Tertarik untuk tinggal disini, baby?" suara bariton seseorang dari arah belakang membuat Kim menoleh karena terkejut.

Dan saat dirinya berbalik, ia melihat seorang pria yang kurang lebihnya ia ingat sedang berdiri sambil melipatkan kedua tangannya di dada bersandar diantara sekat ruangan.

Namun yang membuat Kim lebih terkejut lagi ketika ia melihatnya secara langsung. Pria itu topless dan seketika membuat  pipi merah Kim terasa panas.

Astaga, lupakan tentang apapun saat ini Kim. Kau harus fokus pada tujuanmu.

"Menikmati yang kau pandang, Kimberly?" pria itu kembali membuka suara dan jangan lupakan seringai tampan yang ikut menghiasi wajahnya.

"A-aku, aku kesini untuk mengambil sesuatu!"

"Benda ini maksudmu?!" pria itu bertanya sambil memperlihatkan tali kartu kemahasiswaan Kim berada ditangannya.

"Ambilah!"

Dengan langkah pelan ia mendekati pria itu, sesaat sudah dekat, tangannya terangkat untuk meraih benda itu.

Namun yang terjadi selanjutnya malah mengejutkan Kim. Kartu mahasiswa nya itu diambil kembali berbarengan dengan lengannya yang ditarik paksa dan pria itu menahan pinggangnya dari belakang sesaat tubuh mereka menempel.

"Aku sangat, sangat merindukanmu, sayang." Ucap pria itu kemudian menempelkan bibirnya dengan milik Kim dan mulai memagutnya.

Kim berusaha menolak dengan mendorong dada bidang pria itu namun hasilnya nihil, ia tidak bisa sama sekali disingkirkan dan justru tengkuknya yang ditahan untuk semakin memperdalam ciuman mereka.

"Nghh.."

Satu desahan lolos dari bibir Kim yang membuat pria yang diketahui bernama Edward itu semakin gencar mencumbunya.

Sesaat napas mereka mulai menipis, Edward memundurkan wajahnya sedikit lalu menempelkan dahi dan hidung mereka terengah sehabis melakukan ciuman panas.

"Lepas-hh!"

Sejurus kemudian Kim berhasil melepaskan dirinya dari kungkungan posesif pria itu dan memaki-marah.

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang