BAB 2

198 13 0
                                    

Kim yang sedari tadi merasa di perhatikan, tidak melapas cengkeramannya dari rok yang tengah ia remas saat ini. Ia berusaha menekan kuat-kuat keinginannya untuk keluar meninggalkan ruang rapat ini dan menghindari tatapan tajam seseorang disana.

Namun, mengingat Rey yang telah memulai presentasinya dan tidak ingin mengacaukannya. Kim berusaha menahannya lagi lebih dalam dan menghiraukan seseorang itu.

Beberapa menit kemudian Rey selesai dengan pembahasannya mengenai data perusahaan dan mulai meminta pendapat dari para pemegang saham. Seorang pria yang diketahui sebagai moderator meminta tanggapan dari seseorang yang disebutnya sebagai pemimpin rapat untuk menyampaikan keputusannya. Disinilah detik-detik penentuan di mulai.

"Saya telah mendengar semuanya dari pak Reynand" seseorang mulai membuka suara yanh terdengar sangat familiar di telinga Kim. "Bagaimana, jika kita mendengar pernyataan lain dari sekretarisnya?"

Seketika Kim melotot kaget dan mengarahkan pandangannya pada Pria yang baru saja berbicara. Itu dia. Pria itu, Kim kenal dengannya.

Namanya Edward Collins, pemilik The Collins Group. Perusahaan terbesar yang merajai pasar saham yang ada di Amerika, Asia, dan sekitar Eropa. Pria berperawakan Amerika-Korea itu bahkan Kim tau sampai ke dalam-dalamnya.

Ia menatap tak berarti kepada Edward untuk beberapa saat lalu mulai memberikan aspirasinya. Mungkin karena tidak cukup puas dengan jawaban Kim atau memang ada hal lain, pria itu tetap saja menanyakan beberapa hal kepada dirinya. Bahkan mengulang dan berusaha menjebak Kim dengan ucapan Kim sendiri.

Setelah beberapa saat, akhirnya ia mulai tersenyum melihat Kim dan menyudahi sesi 'interogasi' nya.

"Jawaban nona Kim begitu menarik-" ucap nya tidak lepas menatap Kim sedari tadi, jenis tatapan yang dulu pernah ia lihat sewaktu pria itu memendam amarahnya entah kepada siapa itu, "namun, ada satu hal lagi yang saya ingin anda jawab. Ini pertanyaan random, tapi bisa saja menentukan masih dari Mountain group."

Semua orang disana mulai tegang dengan apa yang baru saja Edward katakan barusan. Tidak terkecuali Kim.

"Bagaimana pendapat anda jika suatu hal yang tidak pernah terjadi dan disalahartikan oleh orang lain malah membawa suatu bencana bagi suatu hubungan." Kim tidak melepas pandangannya dari Edward sesaat pertanyaan itu dilontarkan, "Contohnya saja seperti masalah Mountain group yang meng-klaim tidak pernah melakukan kesalahan malah hari ini diakuisisi oleh Collins group."

Dalam hati Kim tersenyum miris, tentu ia tahu betul makna dibalik pertanyaan serangan yang dilontarkan oleh Edward. Orang mungkin akan menganggap bahwa ini adalah pertanyaan pendapat biasa, namun bagi Kim ini adalah pertanyaan ambigu yang pernah menyakitinya di masa lalu.

"Menurut saya..." Kim menjeda sejenak ucapannya, berusaha menahan gejolak amarah yang kembali membuncah didalam dadanya, "Collins Group pasti memiliki standarisasi sendiri dalam memercayai perusahaan rintisan yang berada dibawah naungannya, kami telah mengakui bahwa tidak pernah berniat untuk menentang apalagi memprovokasi Bank Wuhan hanya untuk mendapatkan wewenang atas wilayah tersebut."

"Jika anda tidak bersalah dan justru dihakimi, apa tanggapan anda?" lanjutnya menanyai Kim. Kim pikir sesi perang nya sudah berakhir sejak tadi, ternyata tidak.

"Tentu saya tidak terima!"

"Apa yang akan anda lakukan?!"

"Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk membuktikan bahwa perusahaan kami tidak bersalah, dan  kami hanya di jebak oleh beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab." Jawab Kim mantap.

"Jika anda yang sedang berusaha tersebut, tidak mendapatkan respon yang baik, contohnya tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan dan saya yang lebih memilih pergi, bagaimana?"

Kim menyipit mendengar pertanyaan selanjutnya yang diutarakan oleh Edward. Sepertinya pria ini memang sudah mengenyampingkan profesionalitas. Baik, Kim akan mengikutinya.

"Tentu saya akan berhenti dan memilih memikirkan mengenai kesalahan yang telah saya perbuat!" Ucap Kim dengan lantang, membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut dengan jawaban yang ia lontar kan, tidak terkecuali Rey. "Tentunya, jika memang itu kesalahan saya."

Rey mulai memijat pening pelipisnya, memang salah ia jika memilih Kim sebagai pendamping-nya dalam rapat ini. Bukannya berjuang untuk membuktikan bahwa mereka tidak bersalah dengan terlibat dalam kasus penggelapan, malah Kim mengeluarkan statement seperti tadi.

"Jika itu bukan kesalahan anda, lalu anda ditinggalkan begitu saja, apa yang akan--"

"Seharusnya anda berusaha lebih keras lagi membuktikan bahwa anda tidak bersalah pak Edward yang terhormat, kecuali jika anda memang mengakui bahwa itu kesalahan anda, anda tidak perlu memikirkan hubungan itu lagi baik mengikhlaskan nya untuk segera berakhir!" Kim yang sudah mulai gregetan dengan pertanyaan yang tidak berujung ini mulai mengeluarkan ototnya.

Rey yang putus asa melihat Kim yang sedang berdebat dengan Seorang Edward Collins pun makin dibuat lemas.

"Pardon me?" Edward mengangkat sebelah alisnya, dan Kim sangat membenci ekspresi itu, "Jadi maksud anda ini adalah kesalahan saya?"

"Itu jawaban saya pak Edward, bukan menghakimi bahwa anda yang bersalah." Kim menjawab sambil tersenyum senetral mungkin untuk menekan emosinya dalam-dalam.

Rasanya sudah cukup lama perdebatan ini dimulai, dan Edward dengan para pemegang saham yang lain pun mulai mendiskusikan keputusan akhir. Rencananya pada akhir rapat nanti akan dilaksanakan Voting untuk melihat siapa saja pendukung atau yang menginginkan Mountain group hancur.

"Baiklah, anda bisa mengacungkan tangan untuk yang masih ingin berlanjut melanjutkan investasi pada Mountain group atau meletakkan tangan di atas meja saja untuk yang ingin menarik modal."

1 detik

2 detik

3 detik

Beberapa orang mulai mengacungkan tangannya dan sebagian menaruh tangan diatas meja. Perdebaran di hati Rey pun terjadi. Apapun hasilnya nanti ia akan menerimanya, lagi pula ia sudah putus asa dengan segala hasil kerjanya.

Akumulasi hasil voting pun dimulai, mendapatkan sembilan orang berlanjut investasi dan sembilan orang menghentikan. Namun ada dua orang yang belum memberikan keputusan apapun, diantara lain Edward dan satu lagi diketahui anak dari perusahaannya.

"Baik pak Edward, jadi apa keputusan anda?" sang moderator bertanya.

Sesaat ketegangan itu mulai memuncak kala sang pemegang saham misterius itu mulai mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja.

Tidak terkecuali Rey yang sudah keringat dingin dan Kim yang tampak tak acuh namun sangat gelisah di dalam hati.

Ceroboh.

Satu kata yang mampu mendeskripsikan tindakan impulsifnya barusan. Mungkin karena apa yang Edward katakan tadi sedikit menyentil ego-nya.

Tidak berapa lama menunggu, mereka yang berada di ruangan itu pun dibuat bingung oleh jawaban Edward.

"Saya memilih..."












To be Continue

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang