BAB 3

8.9K 38 1
                                    

Kim yang kini sudah berada di sebuah kafe bersama satu rekan kerja atau yang bisa disebut sahabatnya, Ariel- Untuk makan siang itu pun menjambak rambutnya kuat-kuat sambil mengerang frustasi.

"Coba ceritakan dulu Kim, sayang. Apa yang terjadi pada rapat tadi?" tanya Ariel yang sedari keluar dari pintu lift saat ia menunggunya di lobby perusahaan keluar dengan wajah yang super kusut.

"Apa sesuatu yang buruk terjadi?!" tanyanya lagi.

Kim menghela napas panjang sebelum menjawabnya, namun sebelum itu ia meminum sebentar air putih dingin yang tadi sempat dipesannya untuk menelan bulat-bulat kekesalannya.

"Ini bahkan yang terburuk dari yang paling buruk terjadi, Ariel!" jawabnya kesal sambil beberapa kali mengusap wajahnya yang sudah memerah.

"Hei-hei bisa kau katakan, pelan-pelan saja, sekarang tarik napasmu dan hembuskan perlahan!" Ariel mengintruksikannya dengan gerakan tangan dan diikuti patuh oleh Kim.

Setelah mulai tenang dan kekesalannya sedikit mereda, akhirnya Kim mulai bersuara.

"Dia. Pria itu. Memintaku sebagai ganti rugi atas masalah kita!" jawabnya lirih terdengar hampir mau menangis.

"Maksud-maksudmu, ia memintamu menjadi pengganti atas kerugian yang dialami oleh para perusahaan itu?!" tanyanya antusias.

Kim yang membenarkan ucapan sahabatnya itu hanya mengangguk lemah dengan tatapan kosong melihat piring yang masih berisi penuh makanan didepannya.

"Jadi.. Kau akan dipindahkan ke kantor pusat Collins?" tanyanya lagi menatap takjub kearah Kim.

"Iya!"

"Woah!" respon Ariel berlebihan, "Selamat Kim, akhirnya kau mendapatkan promosi!"

Ariel yang begitu terkejut meliat perkembangan dari sahabatnya itu malah berdiri dan mendekati Kim sambil memeluknya.

"Aku bangga padamu!" lanjutnya.

Kim mengerang frustasi. Ia jadi teringat ucapan pria itu saat detik-detik akhir penentuan hasil rapat tadi.

"Sebenarnya, saya sangat terkesan dengan semua jawaban dari Nona Kim sejak tadi," ucap Edward sambil mengarahkan pandangannya kepada Kim, "Seperti yang ia bilang. Benar sekali bahwa Collins group sudah menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya, dan itu hanyalah tipu daya yang dilakukan perusahaan lain untuk menjebak Mountain Group dalam upaya persaingan yang saling menjatuhkan."

"Saya salut dengan, jawabannya!" lanjut Edward yang membuat hati Rey sangat lega.

Ternyata, tidak seperti yang sudah ia bayangkan tadi bahwa Kim akan merusak usaha mereka. Justru wanita itu yang malah sepertinya akan menyelamatkan perusahaan peninggalan ayahnya. Rey sangat bersyukur memiliki Kim sebagai sekretarisnya.

"Namun.." Edward kembali melanjutkan ucapannya dan kini beralih pada Rey, "Prosedur tetaplah prosedur. karena kasus ini telah melibatkan banyak pihak dan sudah sampai pada penanganan badan hukum, hal ini tidak dapat berakhir begitu saja."

Rey yang mendengar ucapan Edward itu sekali lagi merasakan tekanan beban yang begitu berat menempa hatinya, dan Kim bisa melihat itu semua. Bagaimana hancurnya seorang Reynand jika ia harus dipenjara.

"Kecuali," Edward kembali menatap Kim yang kini tidak melepaskan atensinya dari pria itu, "Jika pak Reynand ingin berbijaksana dan mengganti semua kerugian yang terjadi."

"Baiklah, terimakasih atas keputusan Pak Edward," Jawab Rey yang tampaknya sudah mendapat pencerahan, "Saya akan berusaha menggantinya, apapun yang terjadi."

"Tapi sebagai sebagian ganti rugi tersebut, saya meminta sekertaris pak Reynand yang cerdas ini untuk menjadi asisten pribadi saya, bagaimana?" lanjutnya yang Kim dapat tangkap sedikit seringai di wajah Edward saat mengatakan itu.

Kim agak shock mendengarnya, tidak terkecuali Rey yang terkejut mendengar permintaan dari Edward Collins.

Baginya, Kim adalah aset perusahaan yang sudah sejauh ini menemaninya dalam membangun kembali perusahaannya yang hampir runtuh. Mengetahui fakta bahwa Edward tertarik pada Kim untuk menjadi asisten pribadi dari pria itu, Agak membuat pikirannya terganggu.

Itu berarti ia harus mencari pengganti Kim, dan melepaskannya begitu saja. Namun, seakan berada diujung tanduk. Dengan segala pengertian yang ia isyaratkan pada Kim melalui pandangan matanya. Ia langsung saja menyetujui persyaratan itu.

Dan hal itulah yang kini membuat Kim uring-uringan.

Bukan, karena apa. Kim hanya kesal kepada Rey yang begitu mudahnya melepaskan Kim untuk menjadi bawahan dari pria itu. Terlebih lagi, Ia pernah terlibat affair yang menyebabkan-- ah, sudahlah! Kim malas memikirkannya.

Mungkin nanti, jika pikirannya sudah kembali tenang ia akan kembali menceritakan kejadian pahit di masa lalunya itu.

Dan itu ada hubungannya dengan Edward Collins.

👠👠👠

Karena hari sudah mulai gelap, dan Kim yang sudah membereskan meja kerjanya karena esok ia sudah mulai tidak bekerja lagi di Mountain group -berpindah ke kantor pusat The Collins.

Dengan langkah gontai karena lelah, Kim membawa box sedang berisi berkas beserta pot tanaman yang menghiasi meja kerjanya selama ini menuju lift. Sesaat ia berbelok dari ruangan Presdir yaitu Rey, ia sudah melihat pria itu yang tampak seperti sudah menunggunya lalu beralih mengambil box di tangan Kim secara inisiatif dan mengikuti langkah wanita itu.

Kim yang melihatnya tidak menolak, itu dan berjalan berdampingan dengan Rey menuju lift.

"Kau tau Kim," ucap Rey membuka suara, "aku sungguh beruntung memilikimu sebagai sekertarisku selama ini."

"Dan aku menyesal telah melepaskanmu begitu saja, Kim." lanjutnya dengan suara parau.

Kim menghela napasnya lelah, ia sudah memikirkan lamat-lamat tentang hal ini. Sebenarnya ini bukan sepenuhnya kesalahan Rey, Ia tahu betul bahwa perusahaan mereka yang sedang dipertaruhkan disini, dan tidak ada pilihan lain yang bisa dibuat Rey selain memenuhi persyaratan Edward.

"Aku tau," ucap Kim berusaha melerai ketegangan yang terjadi, "Aku harap kau menemukan pengganti yang lebih baik daripada aku."

"Terimakasih-terimakasih Kim," ucap Rey dengan haru yang takjub dengan kelapangan hati Kim, "tidak akan ada yang bisa menggantikanmu di hatiku."

"Apa kau sekarang sedang berusaha berselingkuh denganku dari Ami?" tanya Kim dengan nada main-main.

"Begitukah kedengarannya?!" lalu mereka tertawa bersama-sama dan kembali kepada pembicaraan kasual seperti sebelumnya.

Saat sampai di lobby dan Rey yang sudah memesankan taksi untuk mengantar Kim, -karena ada pekerjaan lain yang harus ia selesaikan, Pria itu melambaikan tangannya untuk melepas kepergian Kim.

"Aku harap kau senang berada ditempat kerja yang baru." ucap Rey melambaikan tangannya pada Kim.

"Ya, kuharap begitu!"

Sesaat taksinya sudah berjalan. Kim menghela napasnya lagi. Semoga, semoga saja ia bisa bersabar-sabar dikantornya yang baru esok hari.



To be continue

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang