Bisnis Gelap dan Dunia Gelap

1.3K 125 0
                                    


.
.
.
Kobaran api dan panasnya tidak membuat langkah panjang Liora melewati tangga darurat untuk menuju lantai empat. Dia harus melewati banyak tangga untuk sampai di ruangannya sementara itu balok mulai berjatuhan. Kaca mulai retak dan api semakin ganas melahap kain di sana.

Di tengah langkah kaki Liora yang terburu-buru, di belakangnya menyusul beberapa pria yang sedang memegang pistol. Sementara itu, pemadam kebakaran terus berusaha memadamkan api.

Brak!

“Akh!” Liora segera menarik tubuhnya ke samping karena hampir ditimpa kayu. Ia menoleh ke bawah melihat banyak orang mengejarnya.

“Oh, shit! Aku terjebak!” batin Liora gelisah. Ia segera menambah laju kakinya menuju ruangannya dan betapa frustrasinya saat tiba di depan ruangannya, ia mencoba memutar knop pintu, tetapi tidak terbuka.

“Bodoh ... bodoh! Tentu saja tidak bisa karena kuncinya di rumah!” teriak Liora geram. Sementara itu, ia semakin merasa orang mendekat. Liora berlari dan bersembunyi di salah satu ruangan.

Ia memiringkan tubuh untuk melihat ke sana, tetapi ia dengan sigap menarik diri mendengar suara tembakan. Siapapun di luar, Liora yakin mereka sedang menarik timah panas.

Di tengah kepanikannya, Liora hanya memikirkan suaminya. Ia tidak membawa ponsel dan suatu kesialan baginya. “Aku tidak mau mati sia-sia di sini,” ujarnya. Ia merogoh jaket yang ia kenakan dan merasa di balik jaket ada sesuatu.

Liora menggigit bibir bawahnya. Terakhir ia menggunakan benda yang kini berada di tangannya saat malam ia hampir mati. Namun, beruntung suaminya datang menolongnya.

“Aku tidak tahu cara menggunakan pistol.” Liora semakin cemas dan dia memajukan kepalanya mengintip beberapa orang di sana tengah memasang benteng.

“Umhhh!” Liora meronta saat mulutnya dibekap. Ia membulatkan mata karena takut. Biar bagaimanapun ia juga wanita yang punya rasa takut dalam situasi genting seperti ini.

“Diam.” Rasa takut Liora sirna saat mendengar suara dingin yang sangat ia kenali. Ia melepas tangannya yang sedang memegang tangan pria yang membekapnya.

“Taehyung,” lirihnya saat suaminya tidak lagi membekapnya. Ia memutar tubuh dan memeluk erat suaminya. Air matanya meleleh. Emosional memenuhi perasaannya. Ada takut, marah, dan senang di waktu bersamaan.

“Sebagai Nyonya Bos Mafia, kau tidak boleh menangis, apalagi takut.” Taehyung mendekap istrinya.

Taehyung merasa beruntung karena meminta bodyguardnya untuk menyadap ponsel istrinya sehingga data-data di ponsel istrinya masuk ke dalam ponselnya. Dengan mudah, ia bisa membaca dan melihat siapa saja yang menghubungi istrinya.

Saat ia melihat berita yang keluar secara mendadak, ia mendapat sadap pesan dari ponsel istrinya dari nomor asing dan juga nomor staff dan jejeran orang-orang Smith.

Taehyung sudah menyiapkan segalanya dan meminta Black Hold mengintai di sekitar lokasi kebakaran dan tidak menimbulkan kecurigaan kepada kelompok penyebab kebakaran hotel istrinya.

Dan, tepat sasaran. Segala langkahnya memang sesuai dengan prediksinya. Ia yakin, ini adalah jebakan dan benar saja, banyak kelompok lain berada di sana ikut mengintai.

Flashback

Kebiasaan Taehyung dihafal oleh Liora. Entah sejak kapan wanita itu menyadari kebiasaan suaminya, tetapi tanpa sadar mulai tahu sifat suaminya.

Ia tahu suaminya tidak akan ada di rumah jika bukan mengajaknya bercinta. Setelah ia terlelap, ia tahu suaminya pasti pergi dan tidak ia temukan di pagi hari.

Nyonya Bos Mafia (KTH)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang