Menghadapi Semua

1.5K 138 1
                                    


Liora sampai dengan selamat, ia langsung menyeret tungkainya ke kamar. Kepalanya sedikit pening, mungkin mabuk perjalanan. Ah, andai saja dia punya pesawat sendiri, dia tidak akan menunggu lama di bandara. Namun, sayangnya meski ia masuk jejeran wanita kaya, tetapi ia tidak bisa membeli pesawat seperti suaminya.

Mungkin ia bisa jika berusaha, tetapi ia masih berpikir untuk landasannya. Sangat membutuhkan biaya dan Liora merasa cukup  menggunakan pesawat dengan kelas utama.

Seharian yang Liora lakukan adalah bersantai di penthousenya. Ia membuka ponselnya dan melihat banyak email yang dikirim Oliv kepadanya. Dengan cekatan ia memeriksa dan membacanya detail tanpa terlewatkan sedikit pun.

Dahinya mengerut melihat jadwal yang Oliv kirim untuknya. Ia hampir mengumpat ketika melihat nama pria yang sangat ia benci sekarang.

“Bagaimana bisa aku seceroboh ini sampai terikat kontrak dengan Zone Crop?!” Liora mengembuskan napasnya kasar dan menyurai rambutnya dengan kesal.

Ia mulai mondar-mandir di dalam kamar. Pikirannya mulai berkelana. Ia tidak tahu motif Sadam menjalani kerja sama dengannya, tetapi pasti tujuan pria itu untuk menjatuhkannya dan balas dendam kepadanya.

“Apa aku membatalkan saja?” gumam Liora. Ia segera ke ruang kerjanya dan mencari dokumen kontraknya dengan Sadam.

Ia merasa sial setelah menemukan dan membaca isinya. Ia tidak bisa lepas begitu saja sesuai dengan kontraknya karena ganti ruginya adalah enam puluh persen sahamnya harus dimiliki Sadam. Ia pasti sudah merasa kurang waras dengan kecerobohannya!

“Baiklah, kita lihat permainan apa yang coba kau berikan kepadaku,” batin Liora yang sudah pasrah dengan kontraknya.

Ia bukan takut dengan Sadam, tetapi ia terlalu malas berurusan dengan pria itu kembali setelah sepuluh tahun berlalu. Ia tidak akan melupakan semua perbuatan orang-orang di masa lalu sampai mereka semua menyesal. Bagi Liora, mereka harus membayar mahal penderitaannya selama ini.

***

Liora mengenakan blouse hitam dengan kemeja merah dipadukan dengan rok pendek sebatas paha. Tidak lupa hig hels yang senantisa membungkus kakinya.

Hentakan hig helsnya menggema memasuki ruang meeting. Pada hari ini, ia tidak pernah membayangkan harus berurusan bisnis dengan Sadam Zone.

Ketika ia masuk pria itu menatapnya dengan datar disertai seringai kecil yang ditangkap oleh ekor mata Liora. Namun, wanita itu tidak menggubrisnya. Jika Sadam bisa berlaku licik, maka ia hanya perlu untuk menjadi lebih licik lagi.

“Selamat pagi, Miss. Smith atau Miss. Waston?” Terdengar sekali Sadam sedang mencemoohnya.

“Saya sangat suka dengan nama belakang saya, tetapi saya sadar sebagai 'istri seorang Waston' sudah seharusnya saya memakai marga suami saya.” Liora begitu santai membalasnya dan menekan kata 'istri seorang Waston' untuk memperjelas statusnya.

Banyak yang terkejut mendengar pengakuan Liora. Mereka kira itu hanya gosip belaka, apalagi media menyebar kemesraan Liora dengan Mr. Waston di Bandara. Meski hanya dari samping, tetapi mereka sangat yakin jika itu adalah Miss. Smith dan Mr. Waston dan tidak mereka sangka ternyata benar.

“Miss, Waston, kenapa Anda tidak mengadakan pesta pernikahan dan sejak kapan Anda menikah dengan Mr. Waston?” tanya salah satu kliennya. Memang mereka setengah mati penasaran dengan kehidupan percintaan Liora Smith yang tidak pernah dekat dengan pria manapun, terlebih Mr. Waston yang tidak pernah tersentuh kehidupan pribadinya.

Mereka tentu penasaran bagaimana dua orang yang sama-sama punya kehidupan tidak terlibat cinta dikabarkan menikah? Sungguh membuat mereka ingin menggali informasi lebih dalam.

“Lima tahu yang lalu." Liora membuka laptop yang ada di depannya . "Sebaiknya kita fokus pada rapat kita,” ujar Liora membuat mereka terpaksa tidak bertanya lebih lanjut.

“Lima tahun yang lalu? Dasar wanita jalang, bisa-bisanya dia mengatakan menderita selama sepuluh tahun sedangkan dia sudah menikah lima tahun yang lalu. Dia memang pembohong andal,” batin Sadam.

Suasana meeting sangat dingin. Sadam tidak pernah gentar memberikan kritikan kepada Liora, dan bahkan menyindir gadis itu secara terang-terangan. Liora hanya berusaha memperlihatkan wajah datarnya dan menanggapinya dengan cuek.

“Saya rasa meeting kali ini sampai di sini. Saya harap kita bisa bekerja profesional! Bila saya mendapati segala kecurangan dalam kerja sama kita, saya akan membuat perhitungan!” Liora membuat mereka meneguk ludah, tetapi tidak dengan Sadam, pria itu justru memandang mengejek.

Liora dan Oliv meninggalkan ruang meeting. Sesampai di ruangannya, Liora memanggil Oliv untuk memberinya air putih. Ia merasa Sadam akan menyebar masalah sepuluh tahun yang lalu untuk menjatuhkan namanya.

“Liona, seandainya kamu tidak bodoh!” umpat Liora mengingat adiknya itu. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasa prihatin dengan kondisi kematian adiknya . Namun, rahasia masih ia tutup rapat sampai nanti tiba waktunya karena saat ini ia belum punya panggung untuk menghentikan panggung sandiwara Joanna.

Liora duduk di sofa dan membuat kakinya berselonjor di atas meja kaca di ruangannya. Tubuhnya menyandar dengan pikiran yang mulai ia kontrol.

Tiba-tiba ponselnya berdering membuat ia membukanya dengan cepat. Alisnya terangkat melihat salah satu artikel. Napasnya tercekat. Emosinya yang hampir menguap kini berada di ujung tanduk.

“Taehyunggg! Ah, apa dia budek untuk tidak mendekati Stella?! Sepertinya wanita itu juga tidak menyayangi karirnya,” kesal Liora.

Ia segera menelepon Axelio yang sedang menjalankan misi dari suaminya. Pria itu dengan cepat mencari tempat aman dan mengangkat telepon istri Bosnya.

“Halo, Nyonya.”

“Axelio, kau seret Tuanmu itu ke New York malam ini!” Mata Axelio membulat. Ia tidak berani mendekati Bosnya dengan jarak sangat dekat, apalagi untuk menyeretnya. Bisa-bisa kepalanya berlubang dan tubuhnya terbujur kaku.

“Ny—Nyonya, saya tidak bisa menyeret Tuan ke sana,” tolak Axelio dengan hat-hati. Pria itu sekarang cemas luar biasa.

Liora yang mendengarnya geram sekali. Ia berteriak seolah ingin memakan hidup-hidup Axelio.

“Axeliooooo!”

Axelio langsung pucat pasi mendengar teriakan menggelegar istri Bosnya.

“Nyonya,” lirih Axelio.

Tiba-tiba anak buahnya datang.

“Maaf, Tuan Axelio. Anda diminta untuk menemui Mr. Waston,” ujar salah satu anak buah Axelio. Pria itu mengangguk dan memintanya untuk pergi.

“Axelio, kau dengar tidak?!”

“Nyonya, saya harus pergi sekarang menemui Mr. Waston dan maaf Nyonya, untuk sementara ini, saya sudah menyiapkan orang untuk Nyonya sesuai perintah Tuan agar bisa membantu Nyonya di sana.”

“Beraninya kau!”

“Maaf, Nyonya. Saya diminta untuk menerima perintah Tuan saja,” ujar Axelio berusaha tegas.

Klik!

Liora memutuskan sambungannya dan menggenggam erat ponselnya. Ia berteriak memanggil Oliv membuat gadis itu langsung masuk ke dalam ruangannya. Ia sudah ketakutan sejak tadi di luar mendengar luapan amarah Bosnya.

“Oliv, carikan informasi tentang Stella Angelicia.”

“Ba—baik, Miss.”

Tatapan mata Liora begitu mematikan. Ia berjalan ke arah jendela di ruangannya. Tatapannya menghunus ke bawah. Ia merasa tidak beres dengan Stella. Seolah gadis itu adalah ancaman untuknya.

“Miss,” panggil Olv.

“Ya?”

Liora berbalik saat sekretarisnya masuk kembali.

“Ada seseorang yang ingin menemui Anda.”

***

Bersambung ....

Nyonya Bos Mafia (KTH)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang