BAB 16 : Romansa Tujuh Kali Dua Puluh Empat Jam [ 6 ]

107 16 13
                                    

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ •

Salah satu pencapaian tinggi sebagai manusia adalah jika kau mampu menyeimbangkan antara kerasionalan dan perasaan.

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ •

Entahlah keinginan Damian memberitahu kebenarannya lebih besar dibanding ia yang harus dijauhi Jasmine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entahlah keinginan Damian memberitahu kebenarannya lebih besar dibanding ia yang harus dijauhi Jasmine. Melihat gadis itu membatin dalam luka, rasanya Damian ingin berbagi kesedihan itu dengan Jasmine dan menjadi penyembuhnya.

Dan keputusan yang tepat telah ia yakinkan dalam hati, membawa langkahnya menuju Ben.

"Bisa kita bicara sebentar?" Pertanyaan tersebut adalah permintaan dengan nada tegas yang mana membuat Ben menyimpulkan bahwa Damian ingin membicarakan sesuatu yang penting.

"Saya pamit sebentar." Ben tidak melupakan norma-norma kesopanan sebelum ikut bersama Damian. Sepertinya ini akan menjadi pembahasan yang seru mengingat bagaimana kilat di mata Damian yang sirat akan sesuatu.

Ben yang mengikuti langkah Damian, sedikit heran mengapa mereka berhenti di luar gedung yang sedikit remang karena kurang cahaya, seserius ini kah?

"Baik aku mulai takut Damian, kau tau kan aku dan Calista sudah memiliki Devan yang tengah berulang tahun hari ini? Maaf menyakitimu, tapi aku menolakmu." Bagaikan dialog yang telah dihafal, Ben dengan lancarnya menggoda Damian.

Itu merupakan hal yang Damian benci dari Ben. Ketika ia mulai serius, Ben malah membuat lelucon di saat yang tidak cocok. Lawakannya pun sebenarnya sangat menjijikkan untuk Damian yang dingin.

"Bisakakah kau menanggapinya dengan serius?" Baiklah, itu sedikit menakutkan. Nada bicaranya tidak tinggi namun sangat tegas terdengar. Damian tidak dalam situasi santai sekarang dan Ben paham leluconnya tidak berpengaruh sama sekali.

"Maaf, aku hanya ingin kau terlihat sedikit santai. Ada apa?"

Bisa Ben dangar hembusan nafas Damian yang berat. "Beberapa hari yang lalu, ayahku mengenalkanku dengan wanita." Sampai di situ Ben paham, walau hanya dalam beberapa kata namun Ben tau kemana arah pembicaraan mereka berujung.

"Maksudnya perjodohan?" Sangkaannya tersebut dijawab oleh anggukan kepala Damian, "Lalu? Kau menolak?"

"Tentu saja, aku bahkan tidak mengenalnya." Damian bukan lelaki yang gampang menyukai seseorang sekalipun itu wanita cantik, baginya paras rupawan tidak menentukan apakah ia bisa jatuh cinta atau tidak.

"Aku menolaknya dan mengatakan aku sudah mempunyai Jasmine." Dapat Damian lihat bagaimana tekukan alis Ben saat ia menyelesaikan ucapannya. Ini memang sedikit gila, dosen mana yang tega memanfaatkan mahasiswanya dengan berpura-pura berkencan agar nilainya kembali bagus?

REMEDIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang