BAB 1 : Nilai Merah

440 58 10
                                    

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~

Hidup bukan tentang berapa kali kita berhasil mewujudkan sesuatu akan tetapi tentang seberapa gigih kita dalam berusaha setelah mengalami berbagai kegagalan.

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Jasmine Kim, 22 tahun )

Senin pagi, hari dimulainya aktivitas setelah beristirahat di akhir pekan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin pagi, hari dimulainya aktivitas setelah beristirahat di akhir pekan. Kembalinya setiap individu ke rutinitas masing-masing mampu memperpadat setiap sudut jalan. Ramai kendaraan berlalu lalang yang mengeluarkan asap dari knalpot dan memperparah kualitas oksigen di sekitarnya.

Terik mentari di belahan Asia cukup hangat pagi ini. Beruntung kaca pembatas di salah satu kafetaria yang terdapat di persimpangan jalan kota turut menyamankan setiap pengunjung di sana. Promosi dan menu baru, adalah alasan para konsumen rela berdatangan demi sebuah macaron sebagai santapan baru yang mereka baca pada papan promosi di etalase depan.

Wajah-wajah asing tampak memenuhi tempat tersebut. Sesekali mereka yang belum mendapat tempat, menyenggol meja di sekitarnya akibat saling berdesakan.

Namun, hal tersebut bukan berarti apa-apa untuk sekelompok wanita yang berada di salah satu meja dekat kaca pembatas sambil berbincang di meja sudut dekat jendela. Pertandingan basket pekan sore kemarin, adalah topik pembahasan mereka pagi ini. Mengeluh-eluhkan ketampanan Martin---si kapten basket---yang digilai mahasiswi Eastern karena berhasil mencetak skor untuk tim mereka secara berturut-turut, dilanjut dengan membahas rencana berburu barang diskon akhir bulan.

Meja mereka dipenuhi berbagai sarapan pagi dan minuman hangat juga minuman dingin. Tidak lupa mereka menyempatkan diri mengisi ulang baterai handphone sambil menyuapkan makanan untuk mengisi perut kosong kemudian dilanjutkan dengan bertukar cerita yang menambah bisingnya kafetaria. Belum lagi suara kendaraan di luar sana yang sepertinya mulai macet.

Semua asyik berkoar, terkecuali gadis yang sedang bertopang dagu di bangku paling ujung sana. Menghela nafas terus ia lakukan mengingat apa yang harus ia lakukan untuk kali ini. Lemon Ice Tea yang ia pesan sudah tidak berasa karena didiamkan saja sehingga membuatnya mencair.

REMEDIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang