BAB 4 : Permohonan Jasmine

185 42 0
                                    

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~

Sesal menghantui mereka yang pendek akal di awal.

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~

Bunyi wajan penggorengan dan sendok berpadu di dalam ruang makan keluarga mereka, suara ribut televisi yang menyiarkan cuaca hari ini, turut ambil bagian dalam meramaikan suasana kediaman Jasmine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi wajan penggorengan dan sendok berpadu di dalam ruang makan keluarga mereka, suara ribut televisi yang menyiarkan cuaca hari ini, turut ambil bagian dalam meramaikan suasana kediaman Jasmine. Harum masakan Marioline kembali tercium, menambah selera makan keluarga kecilnya. Omelet gulung dan sosis, kali ini menjadi menu sarapan.

Kopi hangat sudah tersaji di depan Kennan sebagai penyemagat pagi hari untuk bekerja setelahnya. Dan sebagai kepala rumah tangga yang baik, tak lupa Kennan berucap 'Terima Kasih' serta kedipan mata untuk sang istri tercinta yang kemudian di balas sanjung oleh belahan jiwa. Jasmine bersemu melihat adegan manis orang tuanya.

Umur tidak masalah. Biarkan saja tak
usah diganggu, asal cinta masih setia, kenapa tidak kau sertakan pula kisah kasih klasik seperti drama yang menggebu dan membara. Itulah cerita mereka.

Pagi yang sedikit besa karena tidak biasanya si bungsu di keluarga mereka bangun cepat untuk bergabung untuk sarapan bersama, yang mana membuat Jasmine menatap heran pada adiknya, hendak menyatakan protes, Ayah lebih dulu bersuara.

"Seperti biasanya, mari awali hari ini dengan berdoa kepada Tuhan atas syukur dan rahmat karena diberi kesempatan menyantap hidangan ini." Kepala menunduk, kemudian dalam hati berucap doa. Jasmine bersyukur karena terlahir di keluarga kecil yang harmonis dan bahagia ini. Dengan membawa nama Tuhan dalam tiap langkahnya, menyebut ampun untuk dosa yang tak luput dari jiwa raga. Mereka semua adalah tempat Jasmine pulang, tak ingin kehilangan hangatnya kebersamaan ini sampai nanti.

"Aamiin," tutup Kenan setelahnya.

Siap menyantap telur dan sosisnya, garpu Jasmine menggantung di udara karena pertanyaan spontan ayahnya.

"Ku dengar dari ibumu semalam, kau punya masalah dengan kuliahmu. Apa yang terjadi?"

Aldrich dan Marioline menoleh bersama. Meski tak satu nama terucap, semuanya tahu kalau pertanyaan itu untuk Jasmine, yang saat ini tengah berdehem canggung.

"Aku sempat mendapat nilai merah di beberapa mata kuliahku, tapi aku sudah mendapatkan kembali nilaiku, jadi ayah tidak perlu khawatir."

Jasmine menyegir di akhir kalimatnya, lalu kemudain pandangannya tak sengaja menoleh ke samping dan melihat Aldrich menatapnya dengan alis terangkat tanda tidak percaya.

"Singkirkan tatapan menghakimimu dan buang semua pikiran buruk di kepala besarmu, Aldrich," sembur Jasmine.

Bagaimana bisa Aldrich langsung percaya dengan perkataan Kakaknya, sedangkan dirinya sangat tahu kalau Jasmine sangat malas dan suka membolos kelas. Bukannya apa, tapi Aldrichlah yang hampir setiap kali mengantar Jasmine ke mana pun termasuk kampus sebagai alasan yang berakhir mengantar ke tempat bolos Kakaknya yang lain. Lalu mulut Aldrich selalu ditutup dengan lembaran uang saku sang kakak agar tidak bocor.

REMEDIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang