Jasmine Kim adalah salah satu mahasiswi yang menggantung nasib di Eastern University. Mahasiswi yang pandai dalam hal tarik suara, dan sukses menjadi salah satu sosok terpopuler di Eastern.
Status sebagai wakil ketua angkatan, menjadikan dirinya sib...
Walaupun dunia ini adalah tempat penuh misteri, setidaknya ada satu prinsip kerja yang tidak pernah berhenti. Bahwa setiap masalah, memiliki solusinya masing-masing.
~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hei lihat Hot Wils keluaran terbaru ini!" seru Rachel ketika menemukan mainan di rak paling atas, tangannya hampir mencapai benda tersebut ketika Bella menginterupsi pergerakannya.
"Guys, aku pikir anak laki-laki harus mengoleksi boneka Ken," kata Bella sambil memandang takjub kotak mainan di depan Stephanie. Langsung saja ia merampas dan sedikit menyenggol sahabatnya. Pergerakan spontan barusan menyadarkan Stephanie dari lamunannya.
Rachel yang kesal karena diabaikan perkataannya lantas melotot ketika mendengar ide tidak logis dari Bella. Layaknya anak kecil yang pelit berbagi, Rachel merampas kembali mainan tadi kemudian menyimpannya di tempat semula.
"Kau tidak ingat Devan itu anak laki-laki?" Rachel berkacak pinggang sambil menunjuk-nunjuk gadis berpenampilan feminim itu dengan mobil mainan pilihannya. Kemudian atensinya jatuh kepada gadis lain yang lagi-lagi hanya melamun, entah apa yang dipikirkannya. "Bukankah begitu Nyonya spatula?"
"Hm? A-ah, iya iya," ucapnya sambil terbata-bata. Jawaban Stephanie berhasil menciptakan kerutan paling dalam pada dahi masing-masing temannya. Penasaran dengan apa yang gadis itu pikirkan, mereka pun mulai menerka-nerka.
Bella yang notabene-nya memang senang frontal, lebih dulu angkat suara. "Hei, kau baru diputuskan Nickhun?
Mendengar itu, dua pasang mata mendelik sebagai respon atas ucapan yang tidak disaring dahulu. Sejurus kemudian, tanpa belas kasih Rachel mendorong mulut Bella dan berakhir tangannya yang tercoret oleh noda merah lipstik.
"Kau gila?! Ini lipstik dari brand ternama, butuh banyak rayu sebelum menjadi BA-nya!"
"Ya aku memang gila!" Bukannya meminta maaf, Rachel malah kembali melakukan hal yang sama namun kini lebih kasar dan lebih konstan. "Kenapa?! Aku hanya ingin membantumu menyaring ucapan, mungkin saja kata-kata yang lebih sopan tersumbat di mulutmu."
Stephanie yang menjadi pokok pembahasan, bukannya marah dan memperkeruh suasana, malah melibatkan diri sebagai wasit di tengah-tengah gadis itu. "Apa yang kalian lakukan? Ini tempat umum dan banyak anak-anak yang telah melihat sedari tadi."
Benar saja, rupanya mereka secara tidak langsung telah menjadi tontonan gratis untuk pengunjung lain. Sedikit memalukan.
Tangan Stephannie terangkat untuk mengambil satu set alat tulis menulis. "Aku akan ambil ini sebagai kado untuk Devan, terserah kalian mau mengambil yang mana."