Jasmine Kim adalah salah satu mahasiswi yang menggantung nasib di Eastern University. Mahasiswi yang pandai dalam hal tarik suara, dan sukses menjadi salah satu sosok terpopuler di Eastern.
Status sebagai wakil ketua angkatan, menjadikan dirinya sib...
Setiap yang bernapas detik ini, yakin memiliki masa lalu. Sekuat tekad ingin lari atau pun mencarinya kembali, tergantung pada takdir. Apa masa lalu akan pergi tanpa kembali atau akan kembali tanpa pergi?
~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ Peter Harrison, 18 tahun ]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hembusan udara berdesir, menelusuk melalui bingkai tingkap. Dalam sekejap, menyentuh permukaan kulit. Rasanya cukup untuk mengurangi canggung. Sementara di luar sana, langit bagai lembar kosong. Berwarna biru cerah tanpa awan, membuat terik mentari tersalurkan tanpa halang.
Dua sejoli menambahkan perpustakaan sebagai salah satu kunjungan wajib. Setelah Damian memutuskan menjadi dosen pembimbing, mereka sepakat akan melangsungkan proses pembelajaran jika jam mengajar Damian sedang kosong.
"Mr. Damian," Jasmine berujar hampir berisik. Kepalanya dicondongkan sedikit, takut suaranya tak terdengar saking kecilnya. "Mr. Damian."
"Hm." Laptop di depan masih digeluti dengan saksama, tak melirik sedikit pun untuk panggilan Jasmine. Daftar nilai mahasiswa pada layar lebih menarik perhatiannya sekarang.
"Mr. Damian," Sekali lagi Jasmine berujar membuat Damian jengah. Napas kasar disalurkan guna menyiratkan penatnya. Jika tak meladeni Jasmine, maka wanita itu tak hentinya memanggil dan membuyarkan konsentrasi. Matanya beralih menatap Jasmine, menunggu wanita itu kembali berujar. "Saya tidak nyaman belajar di sini. Bagaimana kalau pindah tempat?"
Damian berdehem, sandaran kursi digunakan sebagai penahan punggung, sementara tangannya terlipat di depan dada. Sorot matanya tampak tajam.
"Kurasa masih belum terlambat bagiku jika ingin berubah pikiran. Kau berniat mencari dosen pembimbing yang baru?"
"Huh?" Terlalu lama bersitatap dengan huruf dan angka menyebalkan, membuat kinerja otak Jasmine kandas sejenak. Selalu saja seperti ini.
Kurang lebih dua jam keduanya menghabiskan waktu di perpustakaan. Berkutat dengan berbagai jenis buku, ditambah beberapa penjelasan Damian. Walau belum menyelesaikan urusan yang ada pada laptop, pria itu akan menjelaskan untuk memberi pemahaman pada Jasmine jika dia mengajukan pertanyaan.