~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
Kau benar-benar menjadi kalah bila berhasil dikendalikan oleh emosi.
~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
Suara denting jarum jam menyelimuti sunyi di penghujung sore, seolah mengejek mereka yang tengah bersitegang dalam rana batin.
Obsidan tajam mengunci sepasang iris mata kelam penuh kegelisahan, syarat ketakutan yang melahirkan seringai puas. Hembusan napas dan pacuan jantung terus meningkat tiap detik, adalah apa yang pendengaran Jasmine tangkap.
Suasana mencekam membuat Jasmine tanpa sadar meremas secarik kertas yang digenggamnya sebagai pelampiasan sementara. Peluh di pelipis tidak dihiraukan sebab tangannya tak mampu ia gerakkan walau hanya menyeka, ada yang lebih penting dibanding menguapkan perasaan gelisanya.
Di sana, tepat di depannya, duduk 'si tampan berbahaya' mungkin tengah menertawakan dalam hati untuk sikapnya seperti buku yang terbuka, sangat mudah di baca.
Jasmine masih dengan perasaan yang sama, kembali mengingat kejadian kemarin siang. Ketika ia masuk ke dalam ruangan Damian dan pria itu menyapanya lebih dulu.
Detik berikutnya, Damian menerima telepon dan mengharuskan dirinya untuk bergegas pergi. Dan begitulah, asal mula Jasmine berada sendiri di ruangan Damian tanpa sempat berkata sedikit pun, padahal tangannya telah terangkat untuk menyerahkan secari kertas.
Ia bersumpah, itu kejadian yang cukup memalukan dalam hidupnya. Untung saja tak seorang pun yang melihatnya, kecuali Damian jika dosen tersebut memperhatikannya.
"Apa kau ke sini hanya untuk berdiam diri di sana?" Jasmine terkesiap akibat lontaran kalimat yang tiba-tiba keluar dari mulut Damian. Lamunannya tiba-tiba lenyap dalam waktu singkat.
Jasmine menghela nafas dalam, di ikuti oleh dorongan untuk menguatkan diri sembari berdoa pada Tuhan akan keselematan dirinya.
Baiklah Jasmine, ini saatnya.
"Begini Mr. Damian, maksud kedatangan saya," Jasmine mengulurkan kertas yang sedari tadi di genggam. "Ingin menunjukkan nilai yang--"
"Remedial, maksudmu?" potong Damian secara sarkastis. Jasmine tak bergeming seolah rentetan kata yang baru di dengarnya, menyihir tubuhnya menjadi kaku. "Jangan sedikitpun berharap, melihat kertas yang kau sodorkan saja cukup membuatku tahu seberapa tidak seriusnya dirimu."
Tidak mengerti, Jasmine menarik kembali kertasnya dan menelaah kesalahan yang mungkin saja luput dari perhatiannya. Apa yang salah dari kertas ini? Tidak mungkin dosen tersebut mengetahui kesalahan dalam susunan kata di kertas ini jika melihatnya saja belum pernah.
Samar-samar telinga Jasmine menangkap tawa penuh ejek dari arah depan. Kepalanya mendongak lalu sedikit dimiringkan. Ada apa dengan dosen killer ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEDIAL
RomanceJasmine Kim adalah salah satu mahasiswi yang menggantung nasib di Eastern University. Mahasiswi yang pandai dalam hal tarik suara, dan sukses menjadi salah satu sosok terpopuler di Eastern. Status sebagai wakil ketua angkatan, menjadikan dirinya sib...