BAB 17 : Romansa Tujuh Kali Dua Puluh Empat Jam [ 7 ]

138 14 3
                                    

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ •

Untuk beberapa detik yang Tuhan beri, sebentar saja aku ingin melupa tentang posisi seharusnya. Hanya demi perasaan tak terkontrol ini.

~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ •

Eastern University adalah tempat yang tidak lepas dari hiruk-pikuk kesibukan dan kegiatan mahasiswanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eastern University adalah tempat yang tidak lepas dari hiruk-pikuk kesibukan dan kegiatan mahasiswanya. Walaupun langit telah berganti menjadi senja tidak menjadi alasan bagi beberapa warga Eastern untuk pulang ke rumah, taman yang luas dan sedikit berbukit akan sangat sayang jika dilewatkan di sore hari.

Ingat, ini musim panas.

Ada yang masih saja sibuk keluar masuk gedung untuk mengumpulkan tugas, ada juga yang menikmati waktunya untuk bersantai setelah penat berkutat di kelas, dan ada pula yang hanya duduk terdiam sambil senyam-senyum.

Ya, itu Jasmine. Duduk beralaskan rumput sambil bibirnya tertarik pada dua sisi. Menikmati setiap pemandangan di depan mata adalah apa yang telah setengah jam ia lakukan.

Seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik perutnya, mengundang senyum yang terus mengembang pada bibir ranum.

Tidak ada yang bisa menandingi perasaan bahagia Jasmine sekarang, beban dan batin yang berhari-hari menjadi teman pada akhirnya selesai dengan begitu manis.

Pipinya terasa pegal karena terlalu lama tertawa tanpa suara, tapi itu semua dibendung oleh rasa bahagianya hari ini. Ia dan sahabatnya telah berbaikan, tidak ada kesalahpahaman yang membatasi mereka lagi.

Semuanya sudah jelas.

Begitu kelasnya selesai, Jasmine memilih taman Eastern sebagai tempat dimana ia bisa sedikit bersantai setelah lelah membuat makalah.

Dering ponsel membuyarkan lamunan, itu panggilan masuk dari sahabatnya, Calista.

Jarinya mengeser tombol angkat dan langsung terhubung dengan Calista.

"Jasmine kelasmu sudah selesai? Kau melewatkan makan siangmu, bukan? Kutunggu di ruangan rektor, mengerti?"

Begitu panggilan terangkat, Jasmine diserbu dengan berbagai pertanyaan. Layaknya seorang ibu yang bertanya kepada anaknya. Kini, Jasmine mengerti mengapa Calista yang paling cepat menikah di antara mereka.

"Astaga, pelan-pelan. Aku tidak tau mau menjawab yang mana lebih dulu. Baik, kelasku sudah selesai setelah jam makan siang dan tidak ada kelas tambahan. Kedua, ya aku melewatkan makan siang dan hanya kuganjal dengan jus dan roti. Ketiga, kenapa harus di ruang rektor kalau bisa di kantin saja?"

Terdengar helaan napas sebentar kemudian diikuti suara rengekan anak yang meminta digendong, itu Devan yang sedang merengek.

"Iya, Sayang. Sebentar, Mommy sedang terima telfon. Kau dengar itu? Devan sedang rewel dan tidak mau keluar. Ke sinilah Jasmine, tenang saja suamiku sedang rapat, dan seseorang akan mengantarkan makanan kemari. Mengerti?"

REMEDIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang