XI

5.8K 471 8
                                    

Jongin menatap layar ponselnya dengan kening berkerut. Ia baru saja selesai mandi dan sedang menggosok-gosokkan rambutnya yang basah dengan handuk saat tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Pesan itu dari Hara.

Ada begitu banyak hal mengerikan. Aku takut

Jongin pikir Hara sedang berhadapan dengan hantu. Ia ingin membantunya terlepas dari hantu, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain mengetik balasan karena ini sudah larut malam. Jongin tidak mengerti apa sebenarnya maksud gadis itu dengan hal mengerikan.

Jangan ikuti perintah arwah-arwah itu. Tenang dan tidurlah. Besok jam 10 kujemput.

Jongin mengklik tombol kirim lalu meletakkan ponselnya di atas nakas sebelah tempat tidurnya. Ia kembali mengeringkan rambutnya dan berencana untuk langsung tidur. Ia meletakkan handuknya ke tempatnya lalu mematikan lampu kamar dan menyisakan cahaya lampu tidur. Ia sudah berbaring saat ponselnya berbunyi kembali. Ia meraih ponselnya.

Mau kemana?

Jongin berdecak. Gadis itu mudah sekali lupa. Padahal tadi di sekolah Jongin sudah mengajaknya ke panti asuhan besok. Jongin sengaja mengajak Hara karena Hara adalah orang yang terlihat paling peduli dengan anak koki itu dan Hara tidak tahu di panti asuhan mana anak itu sekarang berada. Semua keperluan anak itu ditanggung oleh Kim Jaehwan.

Jangan heran. Sebenarnya Jaehwan sangat bangga pada Jongin. Ia senang sekali mendengar kabar bahwa anaknya bisa melindungi dirinya sendiri dan juga orang lain, walaupun ia sempat kesal juga melihat luka di sudut bibir Jongin. Sudah tiga tahun ini anaknya seolah tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Itu membuat Jaehwan miris dan memutuskan untuk bersikap keras pada Jongin.

Panti asuhan. Kau lupa? Sudahlah, aku mau tidur.

*

Hara membuka lemarinya lebar. Ia memeriksa baju-baju di dalamnya dengan hati-hati. Ia sedang mencari baju yang pas untuk digunakan nanti saat pergi dengan Jongin. Ini memang bukan kencan, tapi Hara tetap ingin terlihat cantik.

Mata Hara menangkap varsity LA Dodgers milik Chanyeol. Ia mengambilnya dan menatapnya sedih. Jaket ini menyimpan banyak kenangan tentang Chanyeol yang tidak bisa dihapus dalam ingatan. Hara mendekatkan jaket itu ke hidungnya dan menghirup aromanya dalam. Wangi parfum Chanyeol masih bisa tercium sedikit. Hara hampir saja tenggelam dalam kenangan masa lalu kalau ia tidak cepat menggelengkan kepala. Chanyeol sudah mencampakkannya. Ia tidak boleh memikirkannya. Walaupun sebenarnya ia masih penasaran kenapa Chanyeol mencampakkannya, ia tetap tak ingin mengingatnya.

Hara kembali mencari pakaian yang cocok untuknya. Setelah mencoba beberapa baju, melepas, mencoba lagi, melepas lagi, sampai berulang kali, akhirnya Hara memutuskan untuk memakai kaus putih bergaris merah dan celana jeans. Ia lalu bersiap untuk pergi.

Seperti yang sudah dijanjikan, Jongin menjemputnya tepat pukul 10. Tapi kehadiran satu orang asing tidak pernah dijanjikan Jongin sebelumnya.

"Hai!" sapa Jihyun saat Hara muncul dari balik pintu.

"Hai, Kakak," balas Hara yang kali ini berhasil ramah. Selama ini ia pikir Jihyun adalah pacar Jongin, ternyata dia adalah kakaknya. Hara akan bersikap baik pada Jihyun mulai sekarang.

"Maaf, anak ini memaksa ikut," ucap Jongin merujuk pada kakaknya.

Hara mengangkat bahu. "Tak apa, kok," jawabnya sambil tersenyum.

"Kita pergi sekarang?" tanya Jihyun penuh semangat.

"Kenapa kau yang semangat?" kata Jongin sinis.

"Memangnya tidak boleh?" balasnya.

Hara terkekeh pelan melihat tingkah kakak-beradik itu. Ia mengajak mereka berangkat sekarang. Untunglah ada Jihyun, jadi mereka tidak perlu naik bus karena Jihyun sudah boleh mengendarai mobil. Hara duduk di kursi penumpang depan, sementara Jongin duduk di belakang sambil terus menggerutu.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang