V

5.5K 508 17
                                    

"Jung Hara, terima kasih," ucap Dahee tulus. Ia datang ke kelas I-2 hanya untuk berterimakasih pada Hara yang telah menggagalkan usaha bunuh dirinya.

Hara tersenyum lembut. "Tak masalah. Kau merasa lebih baik sekarang?"

"Ya, begitulah," jawabnya.

"Bagus kalau begitu."

"Aku akan kembali ke kelas sekarang. Bye!" Dahee setengah berlari menuju kelasnya yang berada di ujung koridor. Hara tersenyum lega. Setidaknya kemampuannya melihat hantu bisa berguna bagi orang lain.

Hara berbalik badan untuk memasuki kelasnya namun ia segera menutup matanya. Seorang pria berwajah lebam berdiri di depannya. Pria itu mengenakan seragam sekolah yang sama dengannya.

"Pergi! Kumohon, pergi!" seru Hara ketakutan.

"Ini sekolahku," jawab pria itu pelan.

"Kau boleh pergi kemana saja di sekolah ini, asalkan jangan di hadapanku."

Tubuh Hara tiba-tiba terdorong ke samping, membuatnya membuka mata. Ia melihat ke sekeliling dan ternyata pria itu sudah menghilang. Lalu dilihatnya sebuah punggung melewati pintu kelas. Ia langsung mengejarnya masuk sambil memanggil nama pemiliknya.

"Kim Jongin! Tunggu!"

"Kau menghalangi pintu," ucap Jongin sambil terus berjalan menuju bangkunya. Dipikirnya Hara akan protes karena ia mendorong tubuhnya tadi.

"Bukan itu yang ingin kukatakan. Hei!"

Jongin meletakkan tasnya di atas meja lalu duduk di bangkunya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Jadi apa?" tanyanya sambil menatap Hara yang berdiri di depannya.

Hara berdeham pelan. "Entah mengapa, saat aku menyentuhmu seperti ini," Hara menekan lengan Jongin dengan telunjuknya yang langsung disingkirkan oleh Jongin.

"Tubuhku mahal. Tak sembarang orang boleh menyentuhnya," protes Jongin.

Hara tidak memperdulikan ucapan Jongin. Saat ini dia sedang tidak dalam keadaan untuk bertengkar. Ia sangat membutuhkan Jongin. "Saat aku menyentuhmu, semua hantu yang kulihat menghilang secara misterius," lanjutnya.

"Kau melihat hantu? Orang bodoh mana yang bisa melihat hantu? Aku tak percaya hal seperti itu," kata Jongin sarkatis.

"Kau bagaikan pelindungku saat aku ketakutan. Kau menyentuhku, lalu mereka semua hilang."

"Aku tidak pernah benar-benar menyentuhmu," ralat Jongin.

"Mulai sekarang, kau harus merelakan tubuhmu disentuh olehku." Jongin melotot mendengar apa yang barusan dikatakan Hara. "Karena jika tidak, aku akan mati ketakutan."

"Kau pikir aku peduli padamu? Bahkan jika kau mati bunuh diri aku tetap tak peduli."

Walaupun ucapan Jongin menyakitkan, tapi Hara seolah tak mendengar apa-apa. Ia yakin sekali bahwa Jongin adalah pelindung yang telah dikirim Tuhan untuknya. Yah, pelindung yang menyebalkan, tepatnya.

"Kumohon, izinkan aku menyentuhmu kapan saja," pinta Hara sambil memasang wajah memelas.

"Aish. Kau terdengar seperti gadis kesepian yang haus akan belaian kasih, kau tahu?"

"Ah, aku tak peduli lagi. Aku-" Hara menghentikan ucapannya dan memejamkan mata. Jongin mengerutkan keningnya. "Jongin-ah...." panggil Hara dengan suara bergetar. Tangannya mencari-cari tangan Jongin tapi yang dirabanya hanya meja dan kursi.

"Ini sekolahku," bisik hantu pria itu tepat di telinga Hara. Itu membuat bulu kuduknya berdiri. Ia tak bisamembayangkan betapa dekatnya tubuh hantu itu dengannya sekarang. Ia semakin ketakutan sampai ia tak kuat menahan airmatanya agar tidak keluar dari matanya yang masih terpejam.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang