"Jongin, apa kau ingin ikut bersamaku?"
"Ikut ke.. mana?" tanya Jongin tergagap.
"Ke alamku."
"Memangnya bisa?"
Yeonji mengangguk yakin. "Bisa. Kalau kau mau ke alamku, kau tinggal mengikuti langkahku. Sebenarnya, aku bisa ke alammu. Hanya saja, kesempatan itu telah hilang karena kembaranku telah menghapus kemampuannya."
Jongin memicingkan matanya. "Maksudmu, kau ingin aku mati?"
"Tidak. Aku ingin kita kembali bersama," jawab Yeonji tegas.
Kaki Jongin melangkah mundur, sementara Yeonji terus mendekatkan jarak antara mereka. Kepalanya menggeleng lemah. "Aku tidak mau."
"Kenapa? Bukankah dulu kau bilang semua lebih indah jika kau bersamaku? Dulu kau bilang tak ada satupun orang yang peduli padamu selain aku. Kenapa kau mau hidup di dunia yang kejam, Jongin?" lirih Yeonji.
"Memang tak ada yang peduli padaku. Tapi, itu dulu sebelum Hara masuk ke dalam hidupku. Dia merubah segalanya. Karena dia, hubungan antara aku dan ayahku yang telah kau rusak kembali utuh seperti sediakala. Karena dia, aku melupakan rasa sakitku akibat kau tinggalkan."
Yeonji mendengus meremehkan, namun matanya menyiratkan bahwa dirinya terluka. "Kau pikir dia peduli padamu?"
"Walaupun ia menolakku, aku tidak akan menyerah. Kau tahu, setidaknya dia jujur terhadap perasaannya. Tidak sepertimu. Dulu, rasanya hanya aku yang mengejarmu seperti orang bodoh. Kau menerima kehadiranku mau tak mau. Kau tidak sejalan denganku. Kenapa sekarang kau mengejarku? Kau menyesal? Percuma, semua itu terlambat. Kita... Kita sudah berbeda alam, Yeonji. Takdir menuliskan bahwa kau hanya bagian dari kesalahan masa lalu yang tak boleh terulang."
Mata Yeonji sudah berkaca-kaca mendengar penuturan Jongin. Bibirnya bergetar pelan menahan isakan keluar dari mulutnya. "Jadi, selama ini kau pikir aku tidak mencintaimu? Setelah semua usahaku untuk bertemu lagi denganmu, kau mau mencampakkanku?"
Jongin membuang napas kasar. "Kau bilang kau mencintaiku? Omong kosong. Aku mengenalmu. Aku tahu kau tidak mencintaiku. Aku tahu kau hanya ingin kembaranmu merasakan kesakitan mendalam. Kau hanya iri karena dia hidup bahagia dengan keluarga barunya, sementara kau menderita di panti asuhan. Koreksi aku jika aku salah."
Yeonji menatap Jongin nanar. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Sesuatu dalam dirinya ingin meledak, tapi ia tidak tahu itu apa. Memang Yeonji teramat iri terhadap kehidupan Hara yang serba mewah. Tapi, ia benar-benar mencintai Jongin. Meskipun ia mencintai Jongin di waktu yang salah, itu bukan dosa, kan? Apakah berdosa jika arwah mencintai manusia?
Yeonji menarik napas dalam, lalu menghembuskannya pelan. Sepertinya ia tahu apa yang ingin meledak dalam tubuhnya. Itu adalah penyesalan.
Jongin mengangkat kedua alisnya. "Kau tidak mengoreksiku. Berarti aku benar," simpulnya.
Yeonji hendak membuka mulut, tapi ditutupnya lagi. Ia seperti kehabisan kata-kata. Kemudian, ia menundukkan kepalanya. Ia merasa tersudut. Pengorbanannya terbuang sia-sia. Ia pun terpaksa menelan kepahitan itu sebagai karma akibat perlakuannya terhadap Jongin dulu.
Dulu, Jongin adalah anak seorang donatur panti asuhan tempat Yeonji diasuh. Disanalah ia bertemu dengan Yeonji. Ia sangat kagum dengan gadis kecil yang mandiri itu. Saking kagumnya, ia bahkan meminta pada Jaehwan untuk dipindahkan ke sekolah yang sama dengan Yeonji. Tidak mau anaknya mendapat pendidikan kelas rendah, akhirnya Jaehwan menyekolahkan Yeonji di sekolah Jongin. Disanalah perasaan Jongin berkembang menjadi sayang dan cinta. Terlalu dini bagi seorang anak SMP yang belum memahami arti cinta sesungguhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
ФанфикJung Hara, seorang remaja berusia 15 tahun yang baru saja menduduki bangku SMA di Felicity High School. Ia cantik, pintar, dan populer. Itu sebabnya ia terpilih menjadi penyiar di radio sekolah. Tanpa disadarinya, ia bisa melihat apa yang tidak oran...