XVIII

5.1K 421 16
                                    

"Aku mencintaimu, Jung Hara."

Hara membeku di tempatnya. Ia mencoba namun gagal meyakinkan diri bahwa tadi itu hanya khayalannya saja. Darahnya seolah berhenti berdesir karena ia merasa seperti kehilangan kesadaran. Pemuda di hadapannya masih menatap kedua matanya dalam dan tatapan itu sukses mengunci seluruh tubuhnya agar tidak berkutik.

Setelah beberapa detik, akhirnya Jongin memutuskan kontak mata mereka. Ia melihat ke kanan dan kiri salah tingkah. Melihat reaksi Hara yang tidak seperti harapannya membuatnya bertanya-tanya apa ia membuat kesalahan. Sementara itu, Hara menundukkan kepalanya mencoba mengumpulkan akal sehatnya.

"Maaf," gumam Hara pelan.

Jongin tersentak. Ia kembali memusatkan perhatiannya pada gadis itu. "Untuk?"

Hara mengangkat kepalanya yang terasa berat. "Aku... tidak bisa."

Jongin tersenyum pahit. Walaupun ia sudah menduga Hara akan menjawab seperti itu, tetap saja hatinya serasa ditusuk besi panas saat mendengarnya. "Tak apa. Mungkin kau bukan tak bisa, tapi belum bisa. Aku akan menunggu," tuturnya mencoba tegar.

"Jangan!" sergah Hara cepat. "Kau sudah menunggu Yeonji terlalu lama. Kau tak bisa menungguku juga. Jangan membuang waktumu, Jongin!"

"Kenapa? Kau takut kalau kau akan jatuh cinta padaku? Kau bilang kau bisa mengatasinya, bukan?" tantang Jongin. Ia menyumpahi dirinya yang menciptakan bumerang bagi dirinya sendiri. Bagaimana kalau ternyata Hara memang tidak bisa membalas cintanya? Namun, kali ini Jongin berani mengambil semua resiko yang barangkali akan ia hadapi.

Seandainya saja Jongin bisa mendengar hati Hara yang sudah meraung tak tahan dengan tantangannya, pasti ia tak akan bersusah payah membangun benteng pertahanan untuk hatinya. Sayangnya, Hara justru mengingkari kata hatinya sendiri. "Baiklah. Aku terima tantanganmu."

Jongin menyunggingkan senyuman asimetrisnya. Ia sedikit tak percaya Hara akan menganggap serius ucapannya. Tapi, dadu baru saja dilempar dan permainan harus dimulai.

"Beri aku waktu seminggu."

*

"Ini."

Hara menatap sebungkus hamburger di depannya dengan dahi mengkerut, lalu memindahkan pandangannya ke orang yang meletakkan benda itu. Ia mendengus mengetahui Jongin-lah yang memberinya hamburger itu. Ia bangkit dari kursinya dan membereskan naskah siaran. Jongin sama sekali tidak digubrisnya. Setelah semua tersusun rapi, ia bergegas keluar dari ruang penyiaran.

Jongin menghela napas melihat kepergian gadis itu. Bagaimana bisa ia membuat Hara mencintainya kalau melihat wajahnya saja gadis itu tak mau? Ia melangkah lunglai menuju sofa dan menghempaskan tubuhnya kesana. Ia menautkan jari-jarinya, lalu menumpukan tangannya ke atas paha. Kepalanya tertunduk lemas.

"Hei, sepertinya ada yang aneh dengan mereka berdua," bisik Jongdae kepada Lay yang tengah membaca buku.

Lay menghentikan kegiatannya dan mengamati Jongin yang tampak begitu sedih. Ia menepuk paha Jongdae memberi kode padanya untuk mendekati Jongin. Mereka pun segera beringsut ke sebelah Jongin.

"Hei, anak nakal," panggil Jongdae.

Jongin mengangkat kepalanya dan menatap Jongdae malas. "Apa?"

"Kau terlihat aneh belakangan ini. Ada apa?"

"Iya. Kalau ada masalah, kau bisa cerita pada kami," tambah Lay.

Jongin memandangi wajah khawatir kedua seniornya itu. Ia melepas tautan jarinya dan menyandarkan punggungnya. Tak ada tanda-tanda Jongin akan segera bercerita, Lay langsung saja menebaknya, "Kau berkelahi dengan Hara?"

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang