XX

5.4K 435 23
                                    

"Hara, Jongin tidak bisa hadir hari ini. Ia masuk rumah sakit. Ia demam tinggi. Tolong sampaikan pada gurumu, ya! - Jihyun."

Tangan Hara gemetaran. Kemudian, seluruh tubuhnya ikut bergidik ngeri memikirkan kemungkinan yang terjadi. Kenapa Jongin tiba-tiba sakit? Bukankah energi mereka sudah diputuskan? Pandangan matanya tidak bisa fokus, namun ia berusaha menata pikirannya.

Beruntung Bu Guru Nam sedang sibuk berbicara dengan Taehyun sehingga ia tidak menyadari bahwa Hara sedang menelepon Jihyun. Sambil mengendap-endap, ia menanti Jihyun menerima panggilannya. Ia nyaris frustasi saat Jihyun akhirnya mengangkat teleponnya di dering terakhir.

"Kakak!" pekik Hara bahkan sebelum Jihyun sempat menyapanya.

"Ya, Hara. Ada apa?" tanya Jihyun pelan.

"Jongin kenapa, Kak? Dia sakit apa? Sejak kapan ia sakit? Di rumah sakit mana?" Hara membombardir Jihyun dengan segudang pertanyaannya.

"Dia demam tinggi. Hasil pemeriksaan belum keluar, jadi ia dirawat dulu di Rumah Sakit Kim Medica," jawab Jihyun dengan nada sedih. Tadi pagi Jongin tidak keluar kamar padahal sudah pukul setengah delapan. Jihyun pun berniat membangunkan adiknya. Betapa kagetnya ia saat dirasakannya panas di kening Jongin. Ia langsung membawa adik kesayangannya itu ke rumah sakit milik ayahnya.

"Aku kesana, ya, Kak!"

"Memangnya kau tidak sekolah?"

"Ah, aku bisa melewatkan kelas hari ini. Tunggu aku, ya, Kak!" seru Hara sebelum memutuskan sambungan telepon.

Ia lalu berdiri dan menghampiri Bu Guru Nam dengan tertatih-tatih sambil memasang wajah kesakitan. Tidak mungkin ia bisa melewatkan kelas kecuali dengan cara ini. Ia memegang perutnya seolah-olah merasa sakit disana.

"Bu, bolehkah saya pulang? Perut saya sakit sekali," rintihnya.

Bu Guru Nam menautkan alisnya. "Sakit perut? Kenapa tidak tidur di UKS saja?"

"Semacam nyeri haid, Bu. Saya merasa lebih nyaman di rumah. Bukankah lebih baik jika saya pulang? Soalnya ini sakit sekali," ucapnya melebih-lebihkan kebohongan yang ia buat. Hanya alasan itulah yang selalu berhasil membuatnya lolos.

"Ya sudah kalau menurutmu begitu," jawab Bu Guru Nam pasrah.

Setelah mendapat izin, Hara mengambil tasnya dan keluar lingkungan sekolah dengan mudah karena telah mendapat surat izin. Ia menaiki bus menuju rumah sakit tempat Jongin dirawat. Perjalanannya terasa menegangkan akibat rasa cemas yang meliputi Hara.

Setibanya di Rumah Sakit Kim Medica, Hara langsung bergegas ke ruangan 701. Jihyun mengirimkannya nomor kamar Jongin selagi ia dalam perjalanan tadi. Setelah dentingan terdengar yang menandakan bahwa lift sudah tiba di lantai tujuh, Hara bergerak cepat menuju ruangan 701 yang terletak di sudut koridor. Ia membuka pintunya perlahan dan mengintip dari celahnya. Jihyun yang menyadari pintu kamar terbuka menoleh ke arahnya.

"Kau sudah datang?"

"Iya, Kak," jawab Hara pelan seraya melangkah masuk dan menutup pintu dengan hati-hati.

Perhatiannya langsung tertuju pada Jongin yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan selang infus di tangannya. Baru semalam ia bertemu dengan Jongin, sekarang pemuda itu sudah tertidur lemas. Ia menatap Jongin merasa bersalah. "Dia sakit karena aku," gumam Hara lirih.

Jihyun berjalan menuju kulkas dan mengambilkan sekaleng minuman jeruk untuk Hara. Ayahnya yang sedang sibuk dengan pekerjaan tidak bisa menemani Jongin, maka Jihyun-lah yang bertanggungjawab atas adiknya. Lagipula, ayahnya merasa bahwa demam adalah hal yang wajar, namun Jihyun yakin bahwa demam itu adalah gejala dari suatu penyakit yang lebih parah.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang