XIX

4.9K 411 10
                                    

"Yeonji?!"

"Yeonsoo..."

"Yeonji, kaukah itu?" tanya Hara tak percaya. Ia membelalakkan matanya melihat arwah Yeonji di hadapannya.

Yeonji melengkungkan senyumannya perlahan. "Ini aku, Kak."

"Kau sudah tahu?" gumam Hara pelan. Ia memindai penampilan Yeonji dari atas sampai bawah. Menurutnya, Yeonji mirip dengan dirinya saat SMP. Ia tersenyum haru. Baru kali ini ia bisa melihat kembarannya dengan jelas. Jadi ini cinta pertama Jongin, pikirnya.

"Bagaimana kehidupanmu selama ini?" tanya Yeonji.

"Baik. Kau?"

Yeonji tersenyum simpul. "Lumayan. Ibu Panti Asuhan membesarkanku dengan baik," jawabnya. Namun, Hara bisa menangkap kesinisan dalam nada bicaranya.

Hara mengangguk-angguk. "Tidak kusangka kembaranku adalah cinta pertama Jongin."

"Aku juga tidak menyangka kembaranku dekat dengan pemuda yang aku cintai," kata Yeonji dengan penekanan di empat kata terakhir.

"Kau tahu, dulu Jongin anak yang ceria dan terbuka. Ia cerewet, tukang komentar, dan heboh." Yeonji tertawa pelan. "Namun, semenjak kepergianku, ia berubah drastis. Jarang sekali kata-kata terlontar dari mulutnya yang dulu selalu mengoceh itu."

Hara terdiam. Tepatnya, setelah mendengar pengakuan tidak langsung Yeonji bahwa ia mencintai Jongin. Barangkali Jongin juga cinta pertamanya. Meskipun Hara ingin sekali protes bahwa Jongin yang sekarang juga suka berkomentar, namun ia memilih menyimpannya saja dan larut dalam pikirannya sendiri. Pembicaraan pertama dalam 16 tahun dengan kembaran terasa tidak terlalu menyenangkan.

"Yeonsoo."

Hara memfokuskan pandangannya pada Yeonji. "Ya?"

"Bolehkah aku minta sesuatu?"

"Apa?" tanya Hara tidak bisa membaca air muka Yeonji.

"Pinjamkan aku tubuhmu saat aku butuh."

*

"Lama tak berjumpa, Kkamjong."

Jongin terpaku. Pandangannya terkunci pada kedua mata Hara yang memancarkan aura berbeda malam itu. Ia membuka mulutnya yang bergetar takut. "Yeonji?"

"Kau merindukanku, kan?" tanya Yeonji penuh percaya diri. Ia tahu Jongin merindukannya karena Hara menceritakan padanya seberapa senang pemuda itu saat mengetahui Hara bisa melihat arwah. Tak bisa dipungkiri, ia pun merindukan Jongin. Sebelum kedekatan Jongin dengan Hara, Yeonji tidak bisa menatap wajah pemuda yang dirindukannya itu karena tidak adanya energi di sekelilingnya yang dapat menembus batas alam mereka. Setelah ada Hara, segalanya terasa lebih mudah. Mimpi Yeonji hampir menjadi nyata.

"Ya, aku merindukanmu," lirih Jongin berusaha menguasai diri. Seharusnya ia merasa senang saat akhirnya bisa berbicara lagi dengan cinta pertamanya, namun mengapa ia merasa ada yang salah dengan semua ini? Ada sesuatu yang terasa tidak benar.

Saat terakhir kali Jongin melihat Yeonji, keadaannya sungguh mengerikan. Tubuh Yeonji hancur dan mengeluarkan banyak darah. Pemandangan itu masih terekam jelas di ingatan Jongin. Bagaimana bisa Yeonji muncul di hadapannya seolah tak terjadi apa-apa padanya di masa lalu?

"Aku juga," balas Yeonji pelan. "Sekarang aku sudah ada di hadapanmu, bagaimana perasaanmu?"

Jongin diam. Ia sendiri tidak mengerti perasaannya. "Bagaimana... kau bisa merasuki tubuh Hara?" Bukannya menjawab, ia justru melontarkan pertanyaan.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang