"Jongin!" panggil Jihyun sambil mengetuk pintu kamar adiknya. "Jongin, bukalah!"
Jongin bangkit dari tempat tidurnya dan dengan langkah berat berjalan membukakan pintu untuk Jihyun. "Apa?" tanyanya malas.
"Oh, Tuhan! Ada apa dengan wajahmu?" tanya Jihyun kaget melihat wajah adiknya yang lesu dan tak bersemangat.
Jongin tidak menanggapinya. Ia hanya melangkah kembali ke tempat tidurnya dan berbaring di atasnya dengan mata yang ditutupi dengan lengan. Jihyun segera mengikutinya dan duduk di sampingnya. Ia menghela napas melihat adiknya.
"Kau ada masalah?" tanya Jihyun penuh perhatian. Walaupun ia sering mengganggu Jongin, sebenarnya ia sangat menyayangi adik satu-satunya itu. Makanya, saat melihat sikap adiknya yang berbeda ia langsung menanyakannya.
"Tidak."
"Hei, aku sudah mengenalmu sejak kau lahir. Kau tidak bisa membohongiku," ketus Jihyun. "Biar kutebak. Kau berkelahi dengan Hara?"
Tepat sasaran. Jongin terdiam sejenak sebelum membuang napas kasar. Ia mendudukkan tubuhnya dengan gusar.
"Apa seharusnya aku pindah ke London saja?" ucap Jongin dengan nada frustasi.
"Kenapa?"
"Dia bukannya senang saat kubilang aku tidak jadi pindah, malah marah. Sebenarnya dia itu kenapa?" Jongin berdecak kesal. "Aku tidak mengerti perempuan."
"Itu artinya dia tidak menyukaimu," canda Jihyun berusaha membuat adiknya rileks.
"Tidak mungkin!" sergahnya cepat. "Mana mungkin ia tidak menyukaiku."
Jihyun menatap adiknya takjub. "Wah, kau percaya diri sekali, ya. Pantas saja Hara ingin kau pergi."
"Kakak!" tegur Jongin sebal dengan candaan kakaknya.
Jihyun tertawa bahagia melihat adiknya yang setengah frustasi. Ia menghentikan tawanya setelah mendapat tatapan membunuh dari Jongin. Ia berdeham pelan di akhir tawanya.
"Sebenarnya, Hara itu kembaran Seo Yeonji," ucap Jongin lemah.
Ia menantikan reaksi berlebihan dari kakaknya, namun yang didapatnya hanya senyuman tipis di wajah kakaknya. Sebersit kecurigaan mencuat di pikirannya. "Kau sudah tahu?" tanyanya dengan alis bertaut.
Jihyun menarik napas, lalu menghembuskannya pelan. "Iya."
"Sejak kapan kau tahu?"
"Sudah lumayan lama. Sekitar... 1 bulan yang lalu?" Jihyun memiringkan kepalanya berusaha mengingat.
"Kenapa kau tidak memberitahuku?!" jerit Jongin histeris. Awalnya ia mengharapkan reaksi berlebihan dari kakaknya, sekarang justru ia yang bereaksi berlebihan.
Jihyun hanya mengangkat bahu. "Kupikir kau sudah tahu," jawabnya acuh tak acuh. Padahal sebenarnya ia tahu kalau Jongin tidak tahu, tetapi Hara melarangnya untuk memberi tahu. Jongin hanya menatap kakaknya tajam.
"Well, jadi, kau bingung dia kenapa?" tanya Jihyun seolah tidak bersalah.
"Iya. Memangnya dia tidak bisa mengerti kalau aku membatalkan kepergianku karena dirinya?"
"Kau sudah bilang padanya kalau kau membatalkannya karena dia?" tanya Jihyun sambil duduk di samping Jongin.
"Belum, sih," gumam Jongin pelan.
Jihyun menepuk lengan adiknya. "Hei, bodoh! Bagaimana dia tahu kalau kau saja tidak mengatakannya? Kau pikir dia cenayang?" bentak Jihyun kesal pada adiknya.
"Kenapa kau malah marah padaku?" kata Jongin dengan mata melebar. "Lagipula, bukankah kalian lebih suka jika kami menunjukkan kasih sayang lewat perbuatan, bukannya ucapan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/18279499-288-k161118.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionJung Hara, seorang remaja berusia 15 tahun yang baru saja menduduki bangku SMA di Felicity High School. Ia cantik, pintar, dan populer. Itu sebabnya ia terpilih menjadi penyiar di radio sekolah. Tanpa disadarinya, ia bisa melihat apa yang tidak oran...