X

5.8K 481 16
                                    

Hara berjalan mengendap-endap menuju rumah kecil milik koki itu demi mengikuti keinginan arwah anak laki-laki itu. Ia mencoba mengintip dari balik jendela, tapi tak tampak apa-apa. Kemudian terdengar suara tamparan yang dibalas raungan oleh seorang anak kecil di dalam rumah itu. Bulu kuduk Hara merinding mendengarnya.

Ia menoleh pada arwah anak laki-laki itu yang sedang menunjuk pintu depan rumah. Anak itu mengisyaratkan agar Hara membuka pintu itu. Hara menelan ludah. Tangannya gemetar ketika ia meletakkannya di kenop pintu. Ia sangat gugup karena ia tidak tahu apa yang akan dia hadapi.

Hara melirik anak itu sekilas. Anak itu menatapnya penuh harap seolah Hara adalah satu-satunya pahlawan bagi adiknya. Melihat kedua mata yang seharusnya menyeramkan mamun kali ini terlihat menyedihkan memberi Hara sedikit keyakinan. Hara memutar kenop pintu lalu mendorongnya pelan.

Ia melongokkan kepalanya ke dalam untuk memastikan bahwa tempat itu aman sebelum melangkah masuk. Ruang tamunya hanya diisi oleh satu sofa dan satu meja saja. Ruang televisi berhadapan langsung dengan ruang tamu. Rumah kecil ini lebih sederhana dari perkiraan Hara.

"Dasar anak kurang ajar!" teriak seseorang di dalam rumah itu.

Suara itu berasal dari dapur belakang. Hara berjinjit-jinjit mendekati dapur dan mengintip apa yang sebenarnya terjadi. Seorang anak perempuan duduk menangis dan meronta kesakitan kala ayahnya memukul kepalanya dengan talenan kayu. Sang ayah melayangkan tangannya kalap. Terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya, Hara menahan napas dan membekap mulutnya.

Satu sifat yang tak bisa lepas dari diri Hara: ceroboh. Ia berdiri di posisi yang tidak menguntungkan sehingga menyebabkan bayangannya terlihat oleh koki itu. Sang koki berbalik badan menatap Hara berang, sementara Hara yang tertangkap basah ingin segera kabur tapi didapatinya dirinya mematung di tempat.

Belum sempat kaki Hara bergerak, koki itu telah mencengkram pergelangan tangan Hara kuat. Hara menjerit ketakutan, sementara koki itu tidak mengatakan apa-apa selain menyuruhnya diam dan mengancamnya. Takut dirinya terluka, Hara menurut saja saat koki itu mendudukkannya di sebuah kursi yang diambilnya dari kamarnya. Dalam gerakan cepat, kaki dan tangan Hara sudah tak bisa bergerak karena diikat oleh tali-temali. Tak lupa pula mulutnya diikat dengan saputangan.

Setelah memastikan Hara tidak bisa kabur, koki itu kembali ke dapur belakang. Ia terus memukuli anaknya tanpa ampun menggunakan tangan kosong. Tak peduli betapa keras rintihan anak itu, ia seolah lupa bahwa orang yang dipukulnya adalah darah-dagingnya sendiri.

Hara semakin diliputi ketakutan dan kecemasan. Bila pada anaknya sendiri ia tega, bagaimana nasib Hara yang bukan siapa-siapanya? Rasa takut Hara meluap pada airmata yang mengalir di wajahnya. Sejenak ia merasa menyesal mengikuti arwah anak itu kesini, tapi ketika dilihatnya arwah anak itu berdiri di ambang pintu menyaksikan adiknya dipukuli sambil menangis dan berteriak menyuruh ayahnya berhenti, penyesalan itu berganti menjadi keberanian.

Anak perempuan itu mencoba berdiri, namun ayahnya membanting keras tubuh ringkih itu ke lantai. Tubuh anak itu menabrak tembok sebelum akhirnya jatuh ke lantai dan menghasilkan suara yang memancing adrenalin Hara. Ia mulai mencoba berteriak melalui saputangan yang terikat di mulutnya, namun yang keluar hanya berupa cicitan. Ia melenguh putus asa.

Sedetik kemudian, Tuhan mengirimkan malaikat pelindung Hara ke rumah koki itu. Mata Hara membulat kala dilihatnya Jongin mendobrak pintu depan dengan wajah yang terlihat panik. Jongin yang kaget melihat Hara segera berlari ke arahnya dan membukakan semua ikatan di tubuh Hara dengan cekatan.

"Hara, apa yang terjadi?" tanya Jongin ketika semua ikatan di tubuh Hara sudah terlepas.

Hara cepat-cepat meletakkan jari telunjuknya di depan bibir untuk menyuruh Jongin diam. Ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita. Ia meraih pergelangan tangan Jongin untuk membawanya keluar dari tempat mengerikan itu. Namun, ia terlambat karena koki itu sudah berada di belakang Jongin dengan wajah yang sama berangnya dengan tadi.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang